13

12.8K 731 25
                                    

Dengan senyum merekah, lelaki itu berjalan menuju suatu ruangan yang sejak tadi menghantui fikiranya.

Langkahnya langsung terhenti, membelokan tubuhnya, menelisik dua pelayan yang Jevas pahami seperti memandangnya aneh.

"Kenapa?" Datar Jevas.

Kedua pelayan itu terlihat gagu, bahkan badanya pun ikut bergemetar tak karuan, "Tidak pa—pa, Tu—an," Salah satu dari mereka memberanikan diri.

Mengernyitkan dagu aneh, "KENAPA?!" teriaknya nyaring.

Fakta, Jevas tidak mempunyai kesabaran sebanyak itu. Entah kenapa Jevas saat ini sangat parno untuk menjaga penampilannya, ia sadar akan hal itu, yang ia tak sadari adalah perasaan takut saat Lilith akan ilffel denganya jika ia terlihat berantakan.

Ia takut para pelayan tadi menertawai penampilannya yang terlihat aneh.

Dua pelayan itu terlonjak kaget, "Tuan senyum sendiri." Latahnya.

Pelayan yang sempat latah tadi langsung disikut oleh temanya, saat sadar otomatis tangan mendarat sempurna di mulutnya.

Jevas membelalak, apakah iya? apakah benar dari tadi ia senyum-senyum tak jelas? "Salah lihat kamu!" Tekan Jevas.

Setelah mengatakan hal demikian, Jevas langsung melangkahkan kakinya pergi dan dengan wajah yang dibuat sedatar mungkin. Untuk menutupi rasa malunya.

"Bangsat." Cibirnya selirih mungkin, bisa-bisanya ia tak sadar.

Langkahnya terhenti saat sudah sampai didepan sebuah pintu. Bimbang? tentu.

"Masuk gak ya?" Bingung Jevas, "Eh? tapi gue ngapain ya repot repot kesini? buang buang waktu." Lanjutnya sambil membalikan badan seolah sadar akan keanehan.

Belum sempat melangkahkan kaki terlalu jauh, Jevas seolah buta arah, ia malah menggaruk kepalanya, lalu berkata, "Bodo amat! gue kesini karena pengen bully cewek biadap itu. Bukan karena hal lain."

Ucap Jevas menyakinkan dan membenarkan diri sambil membalikan badan lagi dan dengan langkah cepat menuju pintu itu lalu membukanya dengan kunci cadangan yang ia punya.

Memasuki ruangan dengan tenang. Setelah itu, ia hanya berhenti tegak sambil mengamati seorang gadis yang tengah tertidur pulas.

"Cantik juga istri gue," Ucapnya tanpa sadar.

Jevas terlonjak kaget saat kelopak mata yang semula tertutup itu tiba-tiba terbuka sambil nyengir lebar.

Seseorang yang semula tertidur itu langsung berdiri sambil sedikit mengibaskan rambutnya, berjalan dengan anggun mendekat kepada Jevas, Matanya menyelisik, "Gue tadi denger ada yang muji gue, Siapa ya?"

Lilith berucap demikian dengan wajah tengil yang jarak ditampakanya.

Jevas terdiam kaku. Hari ini sangat sial untuknya, ia merasa malu untuk kedua kalinya.

"Siapa, ya?" Ucap Lilith, "Apa mungkin gue salah denger?" tekan perempuan itu tepat dihadapan Jevas.

Tak tahan dengan tingkah Lilith, Jevas pun membuka suara, "Apa sih lo," Ujarnya datar.

Bahkan wajah lelaki itu sudah memerah. Hancur sudah harga dirinya.

"Gue emang cantik bahkan lebih cantik dari selingkuhan biadap Lo. Makanya buang aja dia, jelek soalnya." Setelah berkata itu Lilith sedikit memejamkan mata, ia seperti sudah siap dengan reaksi Jevas padanya.

Tetapi ditunggu-tunggu tak kunjung juga reaksi itu Lilith dapatkan. Ia membuka mata, melihat langsung ekspresi Jevas, tetapi yang ia dapatkan malah membuat bulu kudunya merinding.

Jevas menampilkan semyum mengerikan.

Sedangkan Jevas sendiri juga tak tahu mengapa gejolak marah seperti sebelum-sebelumnya yang ia dapati jika perempuan kesayanganya dihina, itu bisa hilang.

Tidak seperti dulu, bahkan jika Stela mengadu tidak sengaja di tubruk seseorang, Jevas akan tak segan-segan mengamuk dan mencari orang itu bahkan sampai keujung dunia sekalipun.

"Boleh," Jawab Jevas seperti tak ada beban.

Mendengar jawaban itu, Lilith sedikit memundurkan langkahnya, menjauhi Jevas, "Gila banget ini orang," Ucapnya dalam hati.

Sadar akan sesuatu, "Eh Lo kok bisa masuk kamar gue?" Tanyanya heran, karena ia sangat sadar betul jika pintu itu sudah dikuncinya.

Tak menjawab, Jevas malah melangkahkan kaki menuju kasur Lilith dan menidurkan tubuhnya.

Lilith melotot, apa-apaan lelaki didepanya ini?! "Ngapain Lo? Jangan tidur di kasur gue, pergi sana!"

"Gue bakalan tidur disini." Ucapnya enteng, kelopak lelaki itu bahkan terpejam, seperti menikmati suasana kamar Lilith.

"Gak, Gak, Gak mau! Pergi aja sana." Usir Lilith secara terang-terangan. "Lo juga punya kamar sendiri, ngapain sih ngungsi disini?"

Jevas mengendikan bahu acuh, "Buat nge-bully Lo."

Lilith menggelengkan kepalanya tak habis fikir, "Beneran gila nih orang." Lirihnya.

Menarik tubuh Jevas pelan, "Lo mau pergi dari sini atau gue yang pergi?!"

"Lo aja yang pergi."

Terkejut? tentu. Jawaban lelaki itu memang selalu diluar nalar. "Oke, Gue aja yang pergi. Ogah banget tidur sama lo."

Lilith benar benar menepati ucapanya, ia melangkah pergi namun setelah didepan itu ia terdiam. Tanganya mencoba membuka pintu itu yang entah sejak kapan tertutup.

Cara pelan bahkan sampai cara kasarpun ia coba namun tak ada hasilnya.

Wajah Lilith merah padam. Ia membalikan badan saat sadar jika pintu itu terkunci, langkah selanjutnya yang ia ambil adalah mengambil kunci kamarnya yang ia taruh dilaci.

"Cari ini?" Setelah itu Jevas terkekeh sambil menggoyang goyangkan dua benda ditanganya.

"Kunci gue? balikin gak?!" Tekan Lilith yang sudah tersulut emosi.

"Udahlah. Lo dengan senang hati aja tidur disini sama gue, atau gue bakalan macem macemin Lo?"

*******

Vote and comment gak?!👊👊

Husband Death Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang