12

9.3K 592 38
                                    

Melipat tangan didepan dada, tetap pada posisi angkuh, Lilith sendari tadi hanya diam didalam mobil, tak ada rasa ingin keluar dari besi berjalan itu.

"Mati lo Jevas," Kesal Lilith saat bayangan sekelebat tentang bagaimana Jevas memperlakukannya muncul kembali.

Setelah hampir membunuhnya, Jevas membelanjakanya, lalu meninggalkanya.

Malang.

"Coba aja kalau Atlas pasti udah dirangkul di lus-lus gu——"

"Apa? gue juga bisa kalau cuman kayak gitu aja!" Sentak Jevas yang entah sejak kapan sekarang berada disampingnya, pintu mobil itu terbuka.

Lilith sedikit tersentak, sekian detik kemudian memutarkan bola matanya malas, "Beda rasa." Jawab Lilith dengan acuh tak acuh.

"Mau nyoba?" Smirk Jevas dengan spontan terpancar, menatap Lilith penuh jail. Sumpah, Lilith benci tatapan itu?!

"Gak sudi."

Jevas membalas dengan kekehan, "Ayo turun! udah 2 jam lo diem disini."

Kalimat itu hanya mendapat gelengan semata saja oleh sang empu.

Menghembuskan nafas kasar, "Turun atau nyawa si bangsat itu yang jadi taruhan?"

Kalian tau kan arti kata si bangsat itu mengarah kepada siapa? Ya! Atlas.

Lilith menoleh, melototkan matanya tak terima, bahunya luruh, ia hanya bisa pasrah, "Its Ok, Bastard."

Kalah? oh tentu tidak. Lilith akan membalas perlakuan Jevas padanya dan punjaaan hatinya dilain waktu.

Dengan sengaja Lilith keluar dari mobil dan meyenggol tubuh Jevas dengan keras, menandakan betapa kesalnya ia saat ini.

Langkah Lilith yang cepat kemudian disusul oleh langkah panjang Jevas.

"Jelek Lo." Ujar Jevas saat dirasa posisinya sudah sejajar dengan Lilith.

Lilith tak mempedulikan itu, ia hanya tetap fokus berjalan.

Dertttt derttt

Dering ponsel dari saku Jevas berbunyi, melirik Lilith sekilas lalu menyekal tanyanya, tak membiarkan gadis disampingnya itu mendahuluinya.

"Apasih?!"

Tanpa merespon kalimat berontak Lilith, tangan Jevas malah bergerak merogoh saku lalu mengambil ponsel.

"Hallo?"

"Hai sayanggg~~~"

"Pasti si jalang." Gumam Lilith saat mendengar suara orang disebrang sana yang tak lain dan tak bukan adalah Stela.

"Ada apa?" Tanya Jevas datar kepada orang disebrang sana. Uh lelaki itu tetap terlihat sangat kaku.

Lilith tersenyum miring saat ide cemerlang masuk keotak nya. Ia akan melancarkan aksinya!

"MATIIN TELFONYA?!" Teriak Lilith, ia sangat bersemangat untuk menganggu keharmonisan hubungan mereka. Salah siapa mengganggu terlebih dahulu.

Mendengar teriakan itu Jevas tentu kaget, tetapi sedetik kemudian ia membuang ekspresi itu dan hanya melirik Lilith sekilas lalu kembali melanjutkan aksi telefonanya.

Melihat respon Jevas Lilith tentu kesal bukan main. Sebagai wanita yang mempunyai gengsi yang tinggi, hal itu sangatlah memalukan.

Tak habis akal, tanpa basa-basi Lilith langsung menyaut hp Jevas lalu membuangnya kesegala arah. Setelah itu meninggalkannya.

Jevas kaget tentunya tetapi respon dia selanjutnya juga tak kalah epic. Bukanya panik mencari handphone nya yang hilang ia malah pergi menyusul Lilith dengan senyum yang tersungging di wajahnya.

"crazy girl."

*******

"Perketat penjagaan, tambah cctv, Jangan kasih lolos."

Ujar seorang lelaki tampan yang duduk disana tak lupa kacamata dan koran yang setia menemaninya

"Baik, Pak." Jawab para bawahan dengan serentak. Setelah itu mereka melangkahkan  kakinya pergi. Mengerjakan perintah tuannya.

Mata Jevas kini beralih melihat cctv yang terpancar jelas disalah satu ruangan. Lilith, gadis itu terpampang jelas dibalik layar.

Tak beralih, mata Jevas setia melihat kearah layar dengan seksama mengamati gadis yang sangat menyebalkan, menurutnya.

Tokk Tokk Tokk

Ketukan pintu mengalihkan perhatian Jevas. Matanya mengernyit, lalu berucap, "Masuk!"

"Sayang~~~" Teriakan itu menggema di sudut-sudut ruangan Jevas.

Mendengar suara itu jevas menarik nafas kesal, ia tau itu siapa, itu pasti Stela. Entah kenapa akhir-akhir ini Jevas sangat kesal dan malas sekali harus berurusan dengan Stela. Tidak seperti dahulu kala.

Stela lari langsung mendudukan diri disamping Jevas dan merangkul lenganya bak wanita penghibur.

"Apa?" Datar Jevas tak sekalipun melirik Stela, ia malah sibuk membenarkan kacamatanya.

"Ish kamu kok gitu sih?" Rengek Stela sembari cemberut.

"....."

"Jevass," Tak mendapat balasan Stela tentu kesal. Tidak seperti biasanya Jevas begini, ada apa sebenarnya?

"Belanja?"

Mendengar kalimat yang dilontarkan Jevas, Stela mendongak dengan mata berbinar, dengan singkat melupakan kekesalannya barusan.

Tanpa menunggu balasan dari Stela, Jevas menyodorkan sebuah uang yang cukup banyak, "Ambil!"

Stela menyaut barang itu dengan riang, "Makasih sayangg, kamu memang ter the best."

"Hmm."

"Yaudah Jevas, Aku mau pergi belanja dulu. Kamu semangattt ya kerjanyaaa, muahh." Sebelum pergi Stela menyempatkan diri untuk mencium pipi Jevas. Dan melangkahkan kakinya menuju pintu.

Entak kesambet apa, reflek Jevas langsung mengelap pipinya dengan ekspresi jijik. Perbuatan itu tanpa sadar dia lakukan.

Melihat Stela pergi, Jevas langsung tersenyum lega.

Sungguh hawa yang Jevas rasakan barusan adalah engap, dan mencekam. Berada didekat Stela membuat bulu kudunya merinding.

*******

Vote and comment ya!

Husband Death Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang