𝟢𝟧

57 4 1
                                    

        Sunwoo kembali merasa tenggelam. Kali ini, entah kenapa jauh terasa sulit untuk menggerakkan diri untuk kembali berenang. Telinganya seolah dipenuhi air, dan genggaman tangan Younghoon yang mengajaknya untuk berenang mencari daratan untuk bernapas seolah tidak bisa lagi dilihatnya.

  Seperti biasa, yang pertama kali menyadari adalah Eric. Kening sahabat Sunwoo itu berkerut tidak suka kala melihat garis-garis merah kembali muncul di pergelangan tangan Sunwoo. Juga ketika disadarinya Sunwoo segera beranjak ke toilet setelah makan sudah cukup terang menjelaskan.

Sunwoo tidak baik-baik saja. Tetapi, bahkan Eric pun tidak bisa membantunya. Untuk ukuran teman yang sudah saling kenal super lama, Eric tahu Sunwoo tidak perlu terlalu diurusi. Karena Sunwoo sedari dulu begitu; tidak pernah mau dibantu.

  “Kakak masih berharap kau akan baik-baik saja, kau tahu? Sedih rasanya melihatmu begini, Sunwoo.” Younghoon berucap dengan sedih kala keduanya malam itu kembali berbaring di kasur yang sama sembari berpelukan.

  “Entahlah, aku juga tidak tahu.” Sunwoo bahkan tidak tahu kemana perginya emosi di dalam suaranya, tetapi yang tidak disangkanya adalah ketika akhirnya sesuatu yang sudah sering ditahannya untuk keluar ikut terselip terucap begitu saja. “Kalau terlalu melelahkan, kakak boleh pergi, kok. Aku paham, rasanya melelahkan.” ucapnya, dan Sunwoo mendengar helaan napas kasar dari Younghoon untuk sesaat membuat tengkuknya merinding.

Tentu saja, bohong kalau Sunwoo bilang dia akan baik-baik saja. Tetapi, ketika entah kenapa kondisinya tidak segera membaik begini, rasanya lebih sulit untuk melihat orang mati-matian berusaha berjuang untuknya sedangkan Sunwoo saja sudah kelelahan.

  “Kenapa kau selalu berkata seolah meninggalkanmu itu hal yang mudah, Sunwoo?” dan Sunwoo tidak melewatkan adanya suara serak frustasi yang ditahan untuk tidak keluar sepenuhnya. Younghoon, untuk kali pertama, benar-benar frustasi dan tersinggung.

“Karena memang mudah? Aku rasa, aku meninggalkan orang dengan mudah, jadi meninggalkan satu orang yang rusak seperti ini seharusnya tidak sulit, kan? Tetapi, kalau kakak memang mau aku bertahan, aku akan berusaha. Kalau kakak mau aku pergi, aku pergi. Mudah, kan?”

Dan yang Sunwoo sadari adalah betapa datar dan tiada emosinya perkataan itu terucap. Sunwoo tidak melewatkannya, bagaimana Younghoon mengendurkan lengannya yang tadinya memeluk Sunwoo erat.

  “Wah, ternyata tidak berubah sedikitpun, ya? Aku mengerti. Selama ini aku ternyata hanyalah pengemis yang memintamu untuk mencintaiku, Sunwoo? Terima kasih sekali, faktanya akhirnya keluar.” kali ini Younghoon yang melangkah pergi, dan Sunwoo yang terdiam tanpa sanggup mengatakan bukan begitu.

Kini tangan yang menuntunnya untuk berenang mendadak pergi, Sunwoo tenggelam lagi. Tetapi, Sunwoo kehabisan kata-kata untuk mengatakan apapun. Dibiarkannya Younghoon pergi.





     Sejujurnya, yang ditunggu Sunwoo hanyalah ketika Younghoon berkata bahwa sudah cukup, dirinya lelah. Tetapi, ketika dilihatnya pria itu datang kembali dan berkata mau penjelasan, Sunwoo tidak habis pikir. Apakah Younghoon memang tidak punya rasa lelah dalam dirinya? Sunwoo bertanya-tanya.

“Aku, tidak tahu ... kalau itu akan menyakiti kakak. Maksudku, kakak tidak pernah kuanggap sebagai pengemis cinta begitu, kok. Tidak pernah sekalipun, kak. Sedikitpun tidak. Aku hanya ....” mendadak lidahnya kelu, untuk sesaat air memenuhi pandangan Sunwoo dan Younghoon seolah tidak ada di sana.

“Hanya apa, Sunwoo?” suara lembut Younghoon terdengar, dan tangannya kembali berada di hadapan Sunwoo. Benar, seharusnya Sunwoo masih berusaha, kan? Younghoon masih di hadapannya lagi saat ini. Menunggunya dengan sabar.

• 𝑻𝒉𝒆 𝑫𝒓𝒐𝒘𝒏𝒊𝒏𝒈 𝑺𝒘𝒊𝒎𝒎𝒆𝒓 • Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang