Langit mulai gelap, tapi tawa di dalam apartemen Rony dan Paul belum juga reda.
Novia dan Syarla sedang membujuk Aksa untuk pakai piyama kecil bergambar dinosaurus. Si bocah malah lari-lari keliling sofa, masih pakai kaus kebesaran punya Paul.
"Gue nyerah. Nih bocah harusnya jadi atlet lari, bukan anak panti," keluh Novia sambil ngelap keringat.
"Eh, tapi lucu banget ya. Gimana kalo dia tinggal sama kita aja?" celetuk Nabila setengah serius.
Semua terdiam sejenak. Rony yang dari tadi berdiri di dapur, menyendok bubur kecil ke dalam mangkuk plastik, menoleh.
"Kalau semudah itu, udah gue peluk dari dulu, Bil."
Aksa akhirnya duduk di pangkuan Salma, terlihat mulai lelah. Tangannya mencengkeram ujung lengan Salma, seperti nggak mau lepas.
"Besok kita ke tempat baru ya, Sayang," bisik Salma pelan ke telinganya.
Aksa hanya menatapnya tanpa mengerti, lalu menyandarkan kepalanya di bahu Salma.
"Ada kemungkinan dia nangis nggak ya besok?" tanya Danil.
"Nggak tau sih, tapi kayaknya gue yang nangis duluan deh," jawab Paul dengan suara pelan.
"Aku bantu bawain barangnya deh besok," ujar Syarla tiba-tiba.
"Hah? Barang? Dia punya barang?" tanya Edo, bingung.
"Gue nyiapin koper kecil kok, baju hasil patungan kita waktu itu udah dicuci juga," sahut Rony.
Malam makin larut, satu per satu mulai rebahan di karpet. Nabila tertidur di kursi dengan tangan masih memegang es krim, Danil dan Edo sibuk main game berdua pakai ponsel.
Salma masih belum bergerak dari tempatnya. Aksa sudah tertidur di pangkuannya, napasnya tenang.
Paul duduk di lantai dekat mereka, menatap kosong ke arah jendela.
"Nanti kalau dia nggak betah di sana, lo mau jemput dia lagi, Ul?" tanya Salma setengah berbisik.
Paul diam sesaat. "Gue nggak tau. Tapi kayaknya... iya."
---
Pagi itu datang terlalu cepat. Sinar matahari belum terlalu tinggi, tapi alarm di beberapa ponsel sudah bersahut-sahutan. Suara Nabila paling keras, seperti biasa.
"Gue kuliah jam 8, gue kuliah jam 8!" teriak Syarla dari balik selimut, setengah panik.
Paul mengucek matanya. "Seriusan? Astaga, gue pikir hari ini Sabtu."
"Emang Sabtu, tapi kita ada kelas pengganti, beb," balas Neyl dari dapur sambil nyeduh kopi sachet. "Pak Hermawan ngide banget ngadain kelas jam segini, online si."
Rony nyengir lesu. "Sial, gue juga ada kuis. Fix, panti sore aja ya?"
Mereka pun bergegas. Beberapa masih ngantuk berat, tapi harus cabut. Hanya tersisa Neyl, Paul, Salma, dan Novia yang kebetulan gak ada kelas pagi. Dan, tentu saja... Aksa.
Aksa masih setengah terbangun di atas kasur kecil di pojok ruang tengah, matanya yang bengkak karena bangun tidur menatap sekeliling dengan heran.
"Pagi, sayang," sapa Salma lembut sambil mendekat, lalu duduk di pinggir kasur dan mengelus kepala bocah itu. "Masih ngantuk ya?"
Aksa mengangguk kecil. Paul datang membawa susu hangat dalam gelas kecil.
"Nih, minum dulu. Terus nanti kita nonton kartun ya?" ujarnya sok manis, padahal tangan kirinya masih sibuk pegang HP, scroll story.
Momen pagi itu terasa sunyi tapi hangat.
Novia duduk di lantai, membuka laptopnya karena harus revisi tugas. Tapi matanya sesekali melirik Aksa yang kini duduk di pangkuan Salma, menyandarkan kepala dengan manja.
"Dia beneran nempel banget ke lo, Sal," komentar Novia sambil senyum.
"Gak tau kenapa, dari semalam dia nempel terus," jawab Salma pelan, ada binar kecil di matanya.
"Kayak udah nemu orang yang nyaman," timpal Paul. "Lucu ya... anak kecil aja bisa ngerasain mana yang bikin tenang."
Salma diam, mengusap punggung Aksa pelan.
Detik itu, mereka berempat seperti tenggelam dalam keheningan yang manis.
Sampai akhirnya..."Eh, pesen makan siang yuk. Sekalian buat Aksa juga," usul Novia.
---
Sore pun tiba.
Satu per satu teman-teman mereka berdatangan kembali ke apartemen. Ada yang masih pakai totebag kuliah, ada yang sudah ganti outfit santai.
"Sorry ya, tadi gue langsung cabut, dosen killer banget," kata Danil sambil masuk dan memberi tos ke Rony.
"Udah, yang penting sekarang kita nganterin Aksa ya," ucap Nabila sambil memakaikan topi kecil ke kepala Aksa.
Aksa hanya senyum kecil. Kali ini, dia gak rewel. Mungkin karena dia tahu-waktunya sebentar lagi.
"Makan dulu yuk sebelum jalan," ajak Paul.
Dan seperti biasa, mereka ramai di ruang tengah. Tapi kali ini suasananya agak berbeda.
Lebih tenang. Lebih mellow.
Seakan-akan... mereka semua tahu, momen bersama Aksa ini gak bakal datang dua kali.
***
Enjoy All!
