Bab 3 Pertemuan

9 8 2
                                    

Bersyukur adalah suatu perbuatan yang mulia. Bisa dilakukan oleh siapapun, baik dalam perkataan dan perbuatan. Tuhan telah menjanjikan akan menambah nikmat pada mahluknya yang selalu bersyukur dan akan memberikan azabnya pada mahluknya yang ingkar akan nikmatnya. Manusia yang tidak bensukurpun tetap di beri nikmat oleh Sang pemberi nikmat. Begitulah yang selalu di dengar Tian dari beberapa ustad di setiap pengajian yang di ikutinya. Sekarang Tian aktif di Remaja Mesjid dan Muda-Mudi di lingkungannya. Tujuannya untuk menambah wawasan dan mengisi kekosongannya. Buka yang di dapatkannya dari Imron pun mulai di pelajari dan di pahaminya satu per satu, sehingga dia tidak ketinggalan dengan perkembangan zaman. Bahkan Imron dan Suryapun sering berdiskusi masalah pelajaran mereka dengan Tian.

“Nak, nama kamu siapa?” Tanya ustad Salman setelah selesai pengajian kepada Tian. “Nama saya Tian ustad” jawab Tian sembari menyalami ustad Salman. “Saya lihat akhir-akhir ini kamu aktif di kegiatan kita. Apa kamu mau jadi anggota tetap kegiatan ini” Tanya ustad Salman. Tian hanya bisa tersenyum menanggapi pertanyaan sang ustad. Terlintas di fikirannya kalau dia tidak memiliki pengalaman tentang itu. “Sebenarnya saya ingin ustad, tapi saya tidak berpengalaman dalam kegiatan ini” jawab Tian sopan. “Itu tidak jadi masalah nak, yang penting kamu mau belajar dan mengikuti berbagai saran dari saya dan rekan-rekan lainnya” jawab ustad Salman memberi nasehat. “Nanti kamu akan di bantu sama bendahara tim kita, kebetulan dia anak saya. Salma namanya” tambah sang ustad. “Insya Allah ustad. Akan saya pertimbangkan tawaran baik ini” sahut Tian. Disela perbincangan hangat itu, tiba-tiba Salma datang menghampiri mereka kedalam mesjid. “Assalamualaikum” ucap Salma memasuki mesjid dan langsung menghampiri abinya. “Waalaikumsalam” jawab sang ustad dan Tian bersamaan. “Sudah selesai diskusinya” Tanya sang ustad pada putrinya yang langsung duduk di sebelahnya. “Alhamdulillah, sudah Abi” jawab Salma sopan. “Syukurlah. Kenalkan ini nak Tian pendatang baru di lingkungan kita. Dia akan bergabung di majelis kita dalam waktu dekat” ucap Abinya. Tian dan Salma hanya bisa tersenyum dan langsung berjabat tangan mendengar pernyataan sang ustad. “Kamu harus banyak bantu nak Tian agar dia cepat faham dengan majelis kita” jelas ustad Salman. “Insya Allah Abi” jawab Salma sambil tersenyum pada Tian. “Kalau begitu kita pulang sekarang, nanti semakin larut” saran sang ustad. “Baik ustad” jawab Tian.

Merekapun langsung bergegas keluar dari mesjid tersebut. Mereka berjalan beriringan sambil berbincang-bincang seputar majelis. Tian yang masih canggung dengan pembahasan tersebut memilih banyak diam dan mendengarkan hingga mereka terpisah di ujung gang mesjid tersebut menuju rumah masing-masing. Merekapun saling berpamitan.

Sesampai dirumah, Tian langsung bergegas kedalam kamarnya. Tian masih teringat dengan tawaran ustad Salman tadi di mesjid untuk bergabung di majelis tersebut. Sebenarnya Tian tidak begitu tertarik sebagai pengurus majelis tersebut. Dia hanya ingin mendapatkan motivasi dan mengisi kekosongan saja agar dia tetap mendapatkan tambahan ilmu dari apa yang di pelajarinya. Tapi karena dia ingin tetap bisa berinteraksi dengan lingkungannya dan menambah teman, tidak ada salahnya menerima tawaran ustad Salman. “Salma catik juga” batin Tian dalam hati. “Rasanya tidak masalah punya teman cewek seperti dia” ucap Tian dalam hatinya. Diapun langsung merebahkan badan di tempat tidurnya. Sesekali dia tersenyum membayangkan wajah Salma yang berhasil mencuri perhatiannya. “Ternyata di sudut kota ini bukan hanya tersimpan surga yang indah, juga dilengkapi dengan bidadari yang cantik seperti Salma” ucap Tian sambil tersenyum membayangkan wajah Salma yang mengagumkan.

“Nak, besok jangan lupa Imron dan orang tuanya jadi datang. Tadi dia nelfon kamu, karena hp tinggal, ibu jawab saja” ucap ibunya memasuki kamar Tian. Membuat Tian kaget dan sadar dari hayalannya. “Surya juga ikut dan beberapa orang temannya. Katanya, sekalian mau diskusi kelompok tentang tumbuhan” lanjut ibunya. “Iya bu. Terimakasih informasinya” jawab Tian. “Bagaimana kabar Alfi, apa dia tidak kalian ajak” Tanya ibu nya. “Kurang tahu bu. Tian belum dapat kabar dari Surya tentang Alfi” jawab Tian. “Ya sudah. Ibu mau kekamar istirahat. Jangan lupa makan dulu baru tidur, nanti sakit” jawab ibunya. “Iya bu” jawab Tian. Ibunya pun langsung meninggalkan Tian di kamarnya. Tian segera menuju dapur untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan. Dia juga tidak lupa menyambar hp nya dari atas meja belajarnya dan di bawa keruang makan.
*****

Surga di Sudut Kota Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang