“Pak, acaranya sudah bisa kita mulai. Semua tamu sudah datang di loby” ucap sang pembawa acara mendatangi Surya dan yang lainnya. “Tapi Salma dan yang lainnya belum datang” jawab Selfi. “Mereka sudah datang mbak, sudah menunggu di loby” jawab sang pembawa acara. “Ya sudah. Kita kesana sekarang biar acaranya kita mulai” ucap Surya. Merekapun langsung berjalan menuju loby untuk memulai acara. Setiap sudut loby sudah di penuhi tamu dan undangan. Semuanya sudah membeli buku yang di terbitkan oleh Surya dari hasil karya sahabatnya.
“Kalian kok gak bilang kalau udah datang?” Tanya Selfi berbisik pada Salma dan duduk di sebelahnya dan yang lainnya. “Tadi dari parkiran langsung di arahkan kesini sama panitia” jawab Salma berbisik. “Kalian dari mana?” Tanya Nurul di sebelahnya. “Kami dari toko Surya lihat-lihat buku yang lain” jawab Baron. “Oh…” jawab Nurul. “Tian gak ikul Sal?” Tanya Alfi. “Lagi sama neneknya. Mereka mau ke kebun jumpai karyawan” jawab Salma. “Hmhm” jawab Alfi. “Kalian gak bareng sama Sarah” Tanya Surya mendekati mereka. “Gak” jawab Nurul dan Salma bersamaan. “Acaranya mulai saja, biar aku telfon mereka. Mungkin masih di jalan” jawab Alfi tenang. “Tolong ya Fi” pinta Surya dan meninggalkan mereka.
Dia langsung mengarahkan sang pembawa acara untuk memulai acara hari itu. Acaranyapun di mulai dengan lancar, semua tamu antusias mengikuti acara tersebut. Ribuan terimakasih di ucapkan Surya pada Tuhan dan Sahabat-sahabatnya yang telah membantunya hingga berhasil. Akhirnya masuk ke sesi Tanya jawab dari narasumber yang telah yang telah di tentukan. Sang pembawa acarapun mengarahkan jalannya acara dengan baik.
“Silahkan penanya pertama” ucap sang pembawa acara mengijinkan. “Terimakasih” ucap sang penanya. “Sebenarnya cerita ini fiksi atau non fiksi?” Tanyanya. “Cerita ini sebenarnya non fiksi tapi saya campu dengan fiksi agar lebih menarik” jawab Surya. “Apa alasan anda mengatakan ini non fiksi?” tanyanya kembali. “Karena cerita ini tentang perjuangan persahabatan saya, dan sahabat saya yang lain. Mereka ada di kursi VIV paling depan” jawab Surya menunjuk sahabatnya di kursi paling depan. Semua matapun tertuju pada mereka dan memperhatikan satu persatu.
“Jadi apa motivasi anda mengangkat cerita ini?” Tanya penanya lainnya. Surya tersenyum dengan pertanyaan tersebut. Dia langsung teringat almarhum Tian sahabatnya yang sangat berperan penting dalam keberhasilannya. “Motivasi saya mengangkat cerita ini karena saya ingin kisah persahabatan kami tetap ada sampai kapanpun” jawab Surya tersenyum pada yang lainnya. “Dan saya juga ingin semua orang tahu tentang perjuangan Tian yang sangat mulia” tambah Surya bangga. “Dia manusia yang sangat baik” ucap Surya pelan hingga suasana dalam ruangan itu terasa sangat sepi, hening dan tenang. “Dia berjuang dari titik nol dengan dengan pendidikannya yang terbatas dan akhirnya dia berhasil dengan keyakinan dan kerja kerasnya” tambah Surya tersenyum.
“Dimana Tian itu, apakah dia juga ada disini?” Tanya sang penanya lainnya. Surya dan sahabatnya yang lain kaget mendengar pertanyaan itu. Seakan di pukul keras oleh pertanyaan itu, hingga rasa sakit itu terkenang kembali. Surya hanya bisa tersenyum dan diam, fikiran dan hatinya mulai terisak mengingat semua tentang Tian. Sementara waktu itu dia tidak ada ketika Tian meninggalkan mereka selamanya. “Dia sudah tidak ada” ucap Salma pelan dan tersenyum. Semua mata tertuju padanya dan Surya langsung menatap Salma kaget. “Salma” ucap Nurul berbisik pada sahabatnya itu. “Tuhan lebih menyayanginya. Jadi kami harus ikhlas dan pasrah di atas kehendaknya” tambah Salma tetap tersenyum menyembunyikan kesedihannya. Semuanya semakin hanyut dalam keheningan ruangan itu.
“Tapi dia ada disini” ucap Imron yang tiba-tiba berdiri di depan pintu ruangan tersebut. “Dia ada disini, di hati ini” tambah Imron menunjuk hatinya dan tersenyum pada semua tamu tersebut. Semua matapun tertuju pada Imron dan Sarah yang baru saja datang dan langsung melangkah kedepan bersama Surya dan pembawa acara. “Dia juga ada di buku ini” jawab Sarah dan menunjukkan buku yang sedang di promosikan. “Dia ada di setiap lembaran buku ini” tambah Sarah yang membolak balik buku yang ada di tangannya. Semua orang dalam ruangan itu membolak balik buku yang di sediakan untuk mereka, buku yang berjudul untukmu sahabat.
“Dia juga pernah meraih dan menggenggam tangan ini” ucap Alfi tersenyum menatap tangan kanannya yang sukses mencuri perhatian semua orang. “Hingga membawaku ketempat yang lebih baik” tambahnya. “Dia juga pernah mengulurkan tangannya mengajakku mencari warna seindah pelangi” ucap Baron sendu mempertahankan senyumnya hingga semua matapun beralih menatapnya.
“Mengapa kita di pertemukan dan akhirnya di pisahkan” ucap Salma pelan dan suaranyapun semakin terisak dan bergetar. “Mungkinkah ini menguji kesetiaan, kejujuran dan kemanisan iman” tambahnya membuat semua orang hanyut dalam suasana itu. “Itu salah satunya” jawab Nurul tersenyum pada Salma sahabatnya. “Karena dia sahabat dan teman sejati” tambahnya tetap tersenyum menahan air matanya. “Coba perhatikan puisi yang di buat oleh saudara Surya di halaman terakhir buku ini” ucap Selfi menunjukkan buku yang di pegangnya dan segera membuka halaman terakhir. Semua orangpun melakukan hal yang sama sesuai yang di sarankan Selfi.
“Karya itu berjudul Kau Sahabat Kau Teman” tambah Selfi dan segera membacakan puisi tersebut.
“Kau Sahabat Kau Teman”
Telah tiba saat waktu kau tinggalkan kami
Karena takdir yang Maha Esa telah menetapkan
Sedih rasanya hati ini bila mengenangkan
Kau sahabatku kau teman sejati
Tulus ikhlasmu luhur budimu Bagai tiada pengganti
Senyum tawamu juga katamu Menghiburkan kami
Memori indah kita bersama terus bersemadi
Kau sahabatku kau teman sejati
Sudah di takdirkan kau pergi dulu
Di saat kau masih di perlukan
Tuhan lebih menyayangi dirimu
Ku pasrah di atas kehendak Yang Esa
Ya Allah tempatkannya di tempat yang mulia
Tempat yang dikau janjikan nikmat untuk hambaMu
Sahabatku akan ku teruskan perjuangan ini
Walauku tahu kau tiada di sisi
Perjuangan kita masih jauh beribu batu
Selagi roh masih di jasad hidup di teruskan
Sedih rasa hati ini mengenangkan dikau
Bagai semalam kau bersama kami
Moga amanlah dan bahagia dikau disana
Setangkai doa juga fatiha terus ku kirimkan
Moga di sana kau bersama para solihin
Kau sahabat kau teman sejati
Lirik lagu Hijjaz
Setelah membaca puisi itu, Selfipun menangis dan memeluk Baron suaminya. Semua orang ikut hanyut dengan puisi yang di bacakan Selfi. Dengan senyum di bibir masing-masing akhirnya air mata itupun menetes tanpa dii sadari. Nurul tidak sanggup melihat Salma yang menahan tangisnya dalam senyum itu dan akhirnya dia memeluk Salma dan menangis dalam pelukan Salma. Sarahpun mendekati Salma dan Nurul dan memeluk keduanya. Sementara Imron memeluk Surya yang terus menangis ketika Selfi membacakan puisi yang di ciptakannya untuk almarhum Tian sahabat mereka. “Puisinya indah Sur” ucam Imron dalam pelukan itu. Surya hanya bisa menganggukkan kepala dan semakin menangis dalam pelukan Imron.
Sang pembawa acara berkali-kali menghapus air matanya dan tetap berusaha tersenyum melihat persahabatan mereka. "Persahabatan ini sangat indah dan layak di ketahui dunia" ucap sang pembawa acara dan disambut tepuk tangan meriah dari para tamu dengan air mata yang berusaha mereka hapus tapi tetap mengalir. Acarapun di tutup dengan khitmat oleh sang pembawa acara, di lanjutkan dengan foto bersama dan pemberian tanda tangan di beberapa buku untuk penggemar dari karya tersebut. "Makasih ya Sur, berkat idemu persahabatan kita bisa di terima di manapun" ucap Imron menjabat tangan Surya. "Sama-sama Ron. Ini semua untuk kita" jawab Surya menerima jabatan tangan Imron. Sahabatnya yang lainpun bergantian menyalaminya untuk berterimakasih. “Besok jangan lupa datang ke sekolah ya” ucap Alfi. “Emang besok ada acara apa?” Tanya Baron dan yang lainnya penasaran. “Udah, datang aja. Jangan banyak pertanyaan” jawab Alfi tersenyum pada semua sahabatnya.
Malampun berlalu dengan keindahan bintang dan rembulan yang berpasangan di langit dunia. Ribuan bintang menyaksikan kebahagiaan persahabatan itu menuju rumah masing-masing untuk menyambut sang fajar. Sang fajarpun datang membelai bumi, dengan kesejukan embun di pagi hari yang selalu di dambakan oleh siapapun di dunia ini. Kesejukan, kenyamanan dan ketenangan selalu di dapatkan di pagi yang segar ini tanpa terlewatkan oleh siapapun yang mendambakannya.
Sekolahpun mulai ramai di kunjungi oleh murid yang datang untuk mendapatkan pendidikan. Tak lupa dengan orang tua murid yang di undang untuk datang kesekolah. Di tambah dengan kedatangan para sahabat almarhum Tian yang berhasil membangun pendidikan tersebut. Semuanya sudah siap dengan peran masing-masing dan berkumpul di lapangan sekolah dengan barisan yang rapi. Suasana semakin hening ketika kepala sekolah memimpin doa dan sumbangan Al-Fatiha untuk almarhum Tian yang sudah berjasa untuk sekolah dan masyarakat di sini.
“Akhirnya hari ini kita sudah bisa bersaing dengan sekolah lainnya dan fasilitas kitapun sudah di penuhi dengan baik” ucap kepala sekolah yang di dengarkan oleh semua orang yang ada di lingkungan sekolah tersebut. “Dan hari ini saudara Alfi dan orang tuanya menambah fasilitas kita dengan membangun pendidikan di sudut kota ini hingga jenjang Sekolah Menengah Atas/SMA secara gratis” tambah sang kepala sekolah semangat. Semua yang mendengarkan tersenyum bahagia dan bertepuk tangan bersahutan. “Makasih ya Fi” ucap Imron memeluk sahabatnya. “Iya Ron, sama-sama” jawab Alfi membalas pelukan hangat sahabatnya. “Ini semua cita-cita kita dan juga keingian Tian” tambah Alfi melepas pelukan itu. “Hmhm” jawab Imron mengangguk dan tersenyum pada sahabatnya itu. “Terimakasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan pada saudara Alfi dan orangtuanya yang berpartisipasi dalam perkembangan pendidikan ini” ucap Kepala Sekolah bangga pada Alfi. Tepuk tangan yang meriahpun berkumandang dari semua orang yang ada di sekolah itu.
“Maaf Ron, ada yang kurang” ucap Alfi mengagetkan Imron. “Ada apa” Tanya Imron bingung. “Udah, kamu bawa Tian kedepan” perintah Alfi dan Alfipun langsung mendatangi kepala sekolah sementara Imron langsung meraih Tian dari tangan Salma. “Pinjam bentar jagoannya ya Sal” ucap Imron membawa Tian kedepan. Salmapun langsung melepaskan putranya di bawa oleh Imron. “Mau ngapain mereka?” Tanya Sarah bingung. “Gak tahu” jawab Nurul dan Salma bingung. “Ustad” ucap Alfi berbisik. “Ada sedikit lagi yang ingin saya sampaikan” tambah Alfi. “Silahkan” jawab ustad Salman selaku kepala sekolah. “Ini Tian” ucap Imron. Kepala sekolah bingung melihat tingkah mereka yang membawa cucunya dalam adegan ini. Dia tidak tahu apa yang akan di sampaikan mereka.
“Karena hari ini adalah hari ulang tahunnya Tian, maka saya dan Imron sepakat mengadakan acara makan bersama hari ini di sekolah ini” ucap Alfi senang dan di sambut tepuk tangan meriah dari semua yang mendengarkan. “Kapan kita diskusinya Fi?” Tanya Imron bingung tetap tersenyum kikuk karena ulah Alfi. “Udah ikut aja” jawab Alfi tetap tersenyum. “Dasar gerot. Masih belum hilang jahilmu itu” ucap Imron kesal. Alfipun tertawa mendengar jawaban Imron yang sukses di buatnya menggerutu. “Dan orang tua saya juga sepakat akan membiayai pendidikan Tian sampai kejenjang Universitas” ucap Alfi bangga dan mencium Tian kecil itu. “Selamat Ulang Tahun Sayang” ucap Alfi memeluk Tian kecil itu. “Terimasih om” jawab Tian terbata-bata. Semuanya tepuk tangan mendengar kabar bahagia itu. “Terimasih nak” ucap ustad Salman. “Semoga semua keinginanmu tercapai nantinya” tambah sang ustad. “Amin” jawab Alfi.
Salma dan Nurul maju mendekati Alfi dan Imron, tanpa sadar mereka meninggalkan Sarah. “Makasih ya Fi” ucap Salma menyalami Alfi. “Sama-sama Salma” jawab Alfi menyalaminya. “Makasih loh Fi udah banyak bantu” ucap Nurul. “Semoga kamu cepat dapat jodoh” tambah Nurul tersenyum. “Kalau kamu mau pasti cepat dapatnya” goda Alfi membuat Salma dan Imron kaget dengan ucapan Alfi. “Mimpi” jawab Nurul menekan ucapannya dan melotot pada Alfi. Mereka langsung tertawa melihat kelakuan Nurul yang gak ada habisnya. Merekapun bersalaman satu sama lain membagi kebahagiaan masing-masing.
Sekarang surga di sudut kota itupun sudah terbentuk berkat tangan-tangan bijak dari Almarhum Tian dan para sahabatnya. Perkebunan keluarga Tian sudah memasuki berbagai pasar di kota dan menjadi penyuplai tetap buah dan sayur di berbagai Restoran dan Plaza. Pendidikan yang mereka buatpun sudah bersaing dengan pendidikan di kota. Semua fasilitas sekolah sudah di penuhi dan di berikan secara gratis pada semua siswa sampai jenjang Sekolah Menengah Atas. Suplai buku tetap di berikan langsung dari toko buku Surya yang mulai berkembang karena karya-karyanya yang di padukan dengan beberapa karya almarhum Tian sahabatnya.
“Waktunya makan besar” teriak Sarah semangat berlari semangat memeluk Salma dan Nurul. “Fikirkan itu badan, udah makin lebar” ucap Imron suaminya. “Biarin, bawel” jawab Sarah. “Inikan ulang tahunnya Tian, jadi bebas makan dong” ucap Sarah senang. “Iyakan sayang” tambahnya mencium Tian kecil itu. “Kadonya mana tante?” ucap Tian kecil itu memajukan tangannya pada Sarah. “Oh, kadonya minta sama om Imron ya sayang” jawab Sarah membawa Tian kecil itu menjajah makanan yang sudah di sediakan. Imronpun sukses di buatnya bingung tanpa komentar sepatah katapun. Mereka tertawa melihat kebingungan Imron karena ulah istrinya. Merekapun langsung menjajah makanan yang telah di sediakan Alfi sebelumnya untuk datang ke sekolah itu. Mereka langsung menyantap beberapa makanan yang telah di sediakan. Kebahagiaan itupun terpancar dari wajah mereka tanpa beban. Tian sang pemilik cita-cita yang mulia yang telah mengajak mereka kearah yang lebih baik. Tian, sahabat dan teman sejati. Sahabat yang akan selalu ada di hati mereka sampai kapanpun.
![](https://img.wattpad.com/cover/366544838-288-k844213.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Surga di Sudut Kota
Random"Assalamualaikum" ucap Salma pelan membangunkan Tian yang sedang beristirahat. "Waalaikumsalam" jawab Tian membuka matanya setelah mendengar suara Salma. "Kenapa kamu tidak menatapku" Tanya Tian pelan. "Apakah sebegitu bencinya kamu padaku" tambahny...