Bab 8 Kebenaran Part 2

6 8 2
                                    

Hari ini adalah hari yang di nantikan semua keluarga dan sahabat Tian. Semuanya telah berkumpul di ruangan Tian di rawat di Rumah Sakit itu. Hari ini adalah hari dimana semua keinginan Tian akan di penuhi oleh kedua sahabatnya, di saksikan oleh ustad Salman dan kedua orang tuannya. “Bagaimana, apa kalian sudah siap” Tanya Baron pada Alfi dan Imron. “Insya Allah” jawab Alfi dan Imron bersamaan. Merekapun memasuki ruangan Tian yang telah di penuhi oleh beberapa tamu dan keluarga. Terlihat Tian yang duduk di tempat tidurnya dengan pakaian rapi untuk mengikuti upacara sakral pagi itu.
“Imron, apa kamu sudah siap” Tanya ustad Salman. “Insya Allah ustad, saya siap” jawab Imron. “Kalau begitu silahkan duduk diatas tempat tidur bersama mempelai wanitanya” perintah ustad Salman. Imronpun mengikuti perintah tersebut dan duduk berdampingan dengan sang mempelai wanitanya. “Dihadapan saudara Tian. Saya, sebagai pengganti ayah dari calon mempelai wanita untuk menikahkan saudara Imron dan Sarah” ucap ustad Salman. Suasanapun semakin hening, semua mata tertuju pada kedua mempelai itu. “Saya nikah dan kawinkan saudari Sarah binti Akbar dengan saudara Imron bin Dino, dengan mas kawin 10 gram emas dan seperangkat alat sholat di bayar tunai” ucap ustad Salman memulai upacara sakral itu. Dengan menarik nafas panjang Imronpun segera menjawab ijab yang di sampaikan oleh sang ustad.
“Saya terima nikah dan kawinnya Sarah binti Akbar dengan mas kawin tersebut di bayar tunai” jawab Imron. “Bagaimana saksi, sah” Tanya ustad Salman pada semua tamu dan undangan. “Sah” jawab para tamu dan undangan. “Alhamdulillah” ucap sang ustad dan yang lainnya. Ustad Salmanpun memimpin doa untuk kedua mempelai dan undangan. Tianpun merasa senang melihat pernikahan sahabatnya. Sarahpun mencium tangan suaminya dan Imron mencium kening sang istri. Akhirnya permintaan Tian ingin menyaksikan pernikahan Imronpun sudah di kabulkan oleh sahabatnya. Imron langsung turun dari tempat tidur itu dan memeluk Tian dengan erat. Air matanya jatuh tak tertahankan, Tian hanya bisa senyum dan mengelus pundak sahabatnya dengan lembut.
“Selamat ya Ron. Semoga hijrahmu ini adalah awal yang baik bagimu” ucap Tian dalam pelukan itu. Alfi yang menyaksikanpun turut menangis dan memeluk kedua sahabatnya. Sarah yang menghiraukan persahabatan itu ikut terharu dan meneteskan air mata tanpa di sadarinya. “Kamu sangat cantik Sarah, kamu pantas untuk sahabatku” ucap Tian pada Sarah yang masih berdiri di sudut tempat tidur Tian. “Aku titip sahabatku padamu” tambah Tian. “Siap bos” jawab Sarah sambil menaikkan tangan kealisnya untuk member hormat pada Tian. Sambil tersenyum air matanya tetap jatuh tak bisa di bendungnya. Selfipun segera memeluk Sarah dan tetap senyum sedikit tertawa melihat tingkah Sarah barusan. Semua yang ada di ruangan itu ikut bahagia dan terharu melihat tingkah persahabatan mereka, termasuk kedua orang tua Sarah dan Imron yang hadir di ruangan itu. Permintaan terakhir Tian hanya ingin semua impiannya bisa tercapai sebelum dia meninggalkan dunia yang fana ini.
“Tian ingin, tiket keberangkatan haji kedua orang tuannya segera di tebus sebagai tanda terimakasih pada kedua orang tuannya” ucap dokter Ali waktu itu. “Dia juga ingin persahabatan kalian tetap utuh dan segerahlah berhijrah atau nikah sebelum waktunya habis” tambah sang dokter. Imron dan Alfi tak dapat berkomentar apapun, mereka hanya bisa menangis mendengar semua permintaan sahabat mereka lewat dokter Ali. “Dia juga ingin Surga di Sudut Kota ini segera di wujudkan demi masa depan anak-anak disini. Berikan pendidikan yang layak pada semua orang secara merata tanpa di bedakan sedikitpun. Cuma itu yang di inginkannya” tambah sang dokter. Terjadi jeda yang cukup lama diantara mereka, tangis yang pecah seakan tak ada hentinya. Imron dan Alfi hanya bisa pasrah dengan semua yang akan terjadi demi persahabatan mereka.
“Dok. Pasien sudah sadar” ucap dokter Ishak memasuki ruangan tersebut. “Baik dok, saya kesana sekarang” jawab dokter Ali. Merekapun segera menuju ruangan ICU tempat Tian di rawat. Di ikuti oleh dokter Ishak, Imron, Alfi langsung memasuki ruangan Tersebut. “Maaf ya pak, tunggu di luar saja” ucap dokter Ishak. “Tapi dok” jawab Imron. “Sudahlah sayang, kita tunggu saja disini” ucap Sarah yang langsung menghampiri kekasihnya. Yang lainpun sudah menunggu tidak sabar di depan ruangan ICU itu. Mereka saling mondar mandir satu sama lain.
“Tian sakit apa Ron” Tanya Selfi di sela kebingungan mereka. “Tian menderita kanker otak stadium lanjut” jawab nya datar dan air matanya kembali jatuh membasahi pipinya. “Waktunya hanya sebentar lagi” tambah Imron terisak oleh tangisnya. “Astagfirullah” ucap Selfi, Sarah dan Salma bersamaan. Tanpa terasa suara isak tangis merekapun bersahutan. Selfi segera memeluk Salma yang langsung terduduk lemas mendengar semuanya dari Imron. Salma tidak dapat berkata apapun, semua terasa membingungkan. Dalam diam dia menyukai Tian karena pribadinya yang gigih dalam hal apapun, termasuk agama dan sosialnya. Mengapa Tuhan melakukan ini padanya, mengapa Tuhan membolak balikkan hatinya dengan mudah. Hanya itu yang ada di benaknya, tangisnya pecah tanpa bersuara. Dia berusaha tegar dalam pelukan selfi. Sarahpun ikut memeluk Salma setelah dia memeluk Imron menenangkan tangis kekasihnya.
“Istigfar Salma, kamu harus kuat ucap Sarah terisak oleh tangisnya. “Tapi dia udah janji sama abi akan menikahiku” ucap Salma tegar tanpa sedikitpun terisak. Mendengar kata yang keluar dari mulut Salma, tangis Selfi dan Sarahpun semakin pecah. Mereka memeluk Salma semakin erat. Sementara Imron dan Alfi hanya bisa melihat ketiga kaum hawa tersebut. Tangis merekapun semakin terisak, Baron harus menenagkan mereka semua di depan ruangan ICU itu. “Kita harus sabar, harus kuat” ucap Baron pada Alfi. “Tapi kenapa dia harus pergi dengan cara seperti ini” jawab Alfi dengan suara bergetar menahan tangisnya. Imronpun mendekati Alfi dan segera memeluk sahabatnya itu dan tangis merekapun pecah.
“Kenapa kamu baru datang sekarang Fi. Kenapa” ucap Imron memeluk sahabatnya. “Kami kangen Fi, kangen” tambahnya semakin terisak. “Aku minta maaf Ron, aku minta maaf” jawab Alfi terisak. “Aku menyesal Ron, aku bodoh” tambah Alfi terus menangis di pelukan sahabatnya. Baronpun ikut memeluk keduanya, merekapun hanyut dalam kesedihan masing-masing.
“Mana yang namanya Salma” Tanya dokter Ishak. “Saya dok” jawab Salma melepaskan pelukan dari Selfi dan Sarah. “Saudara Tian ingin bertemu dengan anda sekarang” ucap dokter Ishak mengajak Salma memasuki ruangan itu. Salmapun menuruti perintah dokter Ishak. Salmapun duduk di kursi yang di sediakan dokter Ishak di sebelah tempat tidur Tian. Sementara Tian terbaring di tempat tidur itu di lengkapi dengan beberapa selang dan kabel monitor di badannya.

Surga di Sudut Kota Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang