Kalau mengharap hidup selalu bahagia, jangan pernah bermimpi semua jalan yang di hadapi itu rata. Berbagai cobaan Tuhan pasti akan di rasakan setiap insan, cukup hanyalah sabar sematkan di dada. Enam bulan berlalu usia pernikahan Tian dan Salma, tanpa terasa kemesraan diantara keduanya mengalir begitu saja. Kesempurnaan ibadah itupun mulai mereka dapatkan satu persatu, karena sentuhan cinta Tian pada Salma dimalam pertama itu membuahkan hasil seorang calon jagoan kecil dari hasil cinta dan kasih sayang mereka. Pendidikan yang telah mereka rencanakanpun telah selesai akibat bantuan Alfi dan kedua orang tuannya. Suplai buku dan seragampun mereka dapatkan dari bantuan Baron dan Surya.
Tian pindah dari rumah orang tuanya dan memilih hidup berdua dengan istri tercintanya di rumah kecil nan mungil yang di bangunnya di dekat air terjun di sebelah perkebunan bekas rumah baca yang pernah di tekuninya bersama istri dan para sahabatnya dulu. Merekapun memutuskan membuat pendidikan baru iitu di depan rumah Tian sesuai saran Tian sendiri. Agar nanti Salma dan calon buah hatinya tidak merasa kesepian setelah kepergiannya selamanya.
Air terjun yang dengan gagahnya menerpa batu besar di bawahnya siap mengaliri setiap sudut lekuk sungai, perkebunan, persawahan dan juga sumber air buat pendidikan dan rumah kediaman Tian. “Sayang” ucap Tian pada istrinya yang lagi asyik bersolek mengenakan jilbabnya. “Hmhm” jawab Salma yang masih asyik dengan kegiatannya. “Tak terasa sudah enam bulan berlalu aku bersamamu, semua ternyata tidak sesuai dengan prediksi dokter Ali tentang kesehatanku” ucap Tian tersenyum pada istrinya yang masih asyik dengan kegiatannya. “Apa kamu benar-benar tidak menyesal hidup bersamaku sebagai pendampingmu” lanjutnya bertanya pada istri tercintanya.
Salmapun membalikkan badan dan tersenyum pada Tian suaminya, diapun bangkit dari meja rias itu melangkah menghampiri suaminya yang sudah rapi di tempat tidur mereka. “Jangan pernah menghitung waktu, kita jalani saja dengan ikhlas” jawab Salma duduk di depan suaminya dan mengecup tangan imamnya itu. “Aku tidak pernah menyesal mempunyai seorang suami sepertimu yang kata orang sangat lemah” ucap Salma menambahi dan tersenyum pada suaminya. Tianpun membalas senyum itu dan segera memeluk istri yang di cintainya. “Bagiku kamu adalah suami yang terbaik, bertanggung jawab dan berkharisma” ucap Salma dalam pelukannya. “Kamu itu sangat memuaskan” bisik Salma pelan. “Sayang” ucap Tian menaikkan alisnya menatap istrinya yang sedang menggodanya. “Jangan pernah menggoda suami diwaktu yang tidak tepat” ucap Tian tersenyum pada istrinya. “Kan suami sendiri” jawab Salma membalas senyum suaminya. “Dan aku gak pernah nolak kalau di kasih kapanpun” bisik sang istri di telinganya dan mencium pipi suaminya. Setelah itu dia tersenyum dan keluar dari kamar tersebut meninggalkan suaminya.
“Sayang” teriak Tian malu dengan godaan istri tersayangnya. “Buruan, kita sudah ditungguin di sekolah sama yang lain” teriak Salma dari ruang tamu yang lagi menyiapkan sepatu untuk mereka berdua. Tian segera melangkah dari kamarnya sambil tetap tersenyum merona di pipinya karena ulah istrinya yang sukses membuat dia linglung.
*****
“Sel, bagaimana” Tanya Alfi pada Selfi yang masih mempersiapkan pita untuk di gunting nantinya sebagai peresmian. “Bentar ya Fi, Nurul masih bantu anak-anak memakai baju seragam mereka” jawab Selfi. “Baron dimana” Tanya Alfi lagi. “Tadi ada didalam sama Dayat dan Andrian” jawab Selfi yang masih fokus pada pekerjaannya. Alfipun langsung menuju kedalam sekolah, tepatnya dalam kantor guru dan kantor kepala sekolah yang sudah mereka siapkan. “Baron, Surya jadi datang gak” Tanya Alfi memasuki ruangan itu. Baron dan yang lainnya pun spontan menatap Alfi. “Kurang tahu Fi. Dari tadi gak ada kabar dari dia. Gue telfon juga gak di jawab” jawab Baron. “Mungkin dia lagi di jalan” ucap Dayat. “Sabar saja, kita gak perlu tergesah-gesah” tambah Andrian tersenyum pada mereka. “Tapi” jawab Alfi sedikit berfikir. “Ya sudalah, ayo kita kedepan. Disana sudah ramai tamu dan undangan, gak enak di tinggal” tambah Alfi mengajak mereka menemui para tamu dan undangan di depan lapangan sekolah itu.
Di barisan para tamu sudah ada orang tua siswa, orang tua Tian, orang tua Imron, kepala desa dan jajarannya serta ustad Salman yang di nobatkan sebagai kepala sekolah dan juga para sponsor yang membantu pendanaan dan fasilitas sekolag tersebut. Merekapun segera bergabung dengan keramaian di depan mereka. Tian dan Salma memasuki gerbang sekolah di ikuti oleh Imron dan Sarah dari belakang. Selfi yang menyaksikan kedatangan mereka segera berlari kedalam membantu Nurul mengajak anak-anak kelapangan dengan seragam mereka untuk memulai acara.
“Salma” teriak Sarah dari belakang. “Assalamualaikum” lanjutnya. “Waalaikumsalam” jawab Salma dan Tian bersamaan. “Sarah” ucap Salma. “Kamu cantik sekali” tambahnya memuji kecantikan Sarah. “Kamu juga cantik” jawab Sarah menjabat tangannya dan memeluknya. Imron dan Tianpun berjabat tangan dan berpelukan. Setelah itu mereka melanjutkan langkah menuju tamu dan undangan yang lainnya. “Assalamualaikum” ucap mereka ramah sambil menyalamai ustad Salman dan yang lainnya. “Waalaikumsalam” jawab tamu dan yang lainnya yang ada disana. Tian dan Salmapun duduk di dekat ustad Salman dan kedua orang tua Tian. Alfipun langsung menuju kedepan untuk memandu acara peresmian tersebut. Nurul dan Selfipun sudah berada di lapangan bersama murid baru mereka.
“Assalamualaikum wr.wb” ucap Alfi membuka acar. “Waalaikumsalam” jawab semua tamu dan undangan. “Untuk mendapatkan berkah dari acara ini, ada baiknya kita mendengar lantunan ayat suci al-Quran dari saudara Tian dan saritilawah dari saudari Salma” ucap Alfi. “Kepada kedua saudara di persilahkan” tambah Alfi memberikan waktu. Tian dan Salmapun maju mengambil tempat di depan untuk menjalankan tugas mereka. Semua mata tertuju kepada pasangan itu. Suara alunan Tian membaca ayat suci itu sangat nyaman di telinga semua orang, di tambah penjelasan terjemahan dari Salma di sebelahnya.
“Terimakasih kami ucapkan kepada saudara Tian dan saudari Salma, semoga kita mendapatkan berkahnya” ucap Alfi. Salmapun segera kembali kebarisan para tamu di ikuti oleh Tian di belakangnya. “Selanjutnya sambutan hangat dari ustad Salman sebagai kepala sekolah dan kepala desa. Semua merasa bangga dan bahagia dengan adanya pendidikan yang bermutu di sudut kota itu. “Tibalah acara peresmian sekolah baru ini oleh saudara Tian” ucap Alfi memandu acara tersebut hingga selesai. “Kepada saudara Tian kami persilahkan” tambah Alfi. Tianpun segera maju menghampiri Alfi dan Nurul segera membawakan gunting untuk memotong pita tersebut.
“Bismillahirrohmanirrohim” ucap Tian memulai pemotongan pita sekaligus peresmian sekolah. “Semoga pendidikan baru ini menjadi motivasi dan bermanfaat bagi kita semua. Semoga dengan adanya pendidikan ini, semua anak yang ada disini mendapatkan pendidikan yang merata” tambah Tian. “Amin” ucap semua tamu dan undangan lainnya. Nurulpun memberikan gunting pada Tian dan Tianpun langsung menggunting pita tersebut. Suara gemuru tepuk tanganpun terdengar setelah pita itu putus di gunting oleh Tian.
Semua sponsor pendanaan, kepala sekolah, dan para sahabatnya maju membentuk barisan diantara Tian. Semua muridpun melakukan hal yang sama di depan barisan Tian dan yang lainnya untuk berfoto bersama. Setelah itu banyak kejutan yang mereka dapatkan dalam acara sederhana itu. “Berkat kerja keras dan pengabdian saudara Tian pada orang tuanya, maka dia mempersembahkan tiket keberangkatan haji untuk orang tuanya tahun ini” ucap Alfi menjelaskan. Tianpun segera memberikan tiket itu pada kedua orang tuanya. “Pak, bu. Cuma ini yang bisa aku berikan. Tolong selalu doakan Tian walau Tian sudah tidak ada nantinya” ucap Tian pada orang tuannya. “Kami akan selalu mendoakanmu nak” jawab ayahnya mengecup kening Tian dan memeluknya. Ibunya tidak dapat berkata apa-apa menatap Tian anaknya, dia hanya bisa menangis bahagia.
“Selanjutnya kabar bahagia dari rekan kita pengantin baru Imron dan Sarah yang ternyata sudah mendapatkan calon jagoan orang tuanya” ucap Alfi berteriak. “Alhamdulillah” jawab semua yang hadir di ruangan itu. “Semoga semuanya sehat dan lancar sampai lahiran. Amin” ucap Alfi mendoakan. “Selanjutnya kabar gembira dari saudara Baron. Kami persilahkan” ucap Alfi memberi kesempatan. Baronpun maju menghampiri Alfi dan menyampaikan kabar gembira darinya. “Maaf, aku tidak pandai berkata mesra, karena aku bukan seorang pujangga” ucap Baron membuat semuanya hening. “Aku tidak dapat memberi janji, tapi aku bisa membuktikan kesungguhan hati ini” ucapnya kembali. “Selfi” ucap Baron menatap Selfi. Semua matapun tertuju pada Selfi yang bingung kenapa namanya di sebutkan. Baronpun menghampiri Selfi yang ada di sebelah Nurul.
“Maukah kamu menyempurnakan ibadah bersamaku” ucap Baron dengan bertekuk lutut memberikan dua cincin di tangannya. Suasanapun semakin hening, Selfi kaget tak terkira. Namun senyum itupun muncul di wajahnya. “Aku mau menyempurnakannya bersamamu” jawab Selfi memecah keheningan. Suara tepuk tanganpun terdengar sangat meriah bersahutan. Baronpun memasangkan cincin itu pada jari Selfi dan Selfi memakaikan pada jari Baron.
![](https://img.wattpad.com/cover/366544838-288-k844213.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Surga di Sudut Kota
Random"Assalamualaikum" ucap Salma pelan membangunkan Tian yang sedang beristirahat. "Waalaikumsalam" jawab Tian membuka matanya setelah mendengar suara Salma. "Kenapa kamu tidak menatapku" Tanya Tian pelan. "Apakah sebegitu bencinya kamu padaku" tambahny...