Bab 12 Sudah di Takdirkan Part 2

7 8 0
                                    

“Bagaimana keadaan Salma sekarang?” Tanya Imron pada Sarah istrinya. Mereka semua masih berkumpul di rumah kediaman almahrum Tian untuk menemani Salma beberapa hari. “Salma masih di kamar di temani Nurul dan Selfi” jawab Sarah. “Dia masih belum mau makan” tambah Sarah cemas. “Mungkin dia masih terpukul dengan kejadian yang menimpanya” ucap Alfi sendu. “Bukan cuma Salma, kita juga sangat kehilangan Tian” tambah Alfi sedih. “Kita harus kuat untuk Salma” saran Baron. “Ini saat yang paling berat buat dia. Mulai hari ini dia akan berjalan sendiri tanpa suaminya” tambah Baron.
“Hmhmhm” jawab Imron. “Aku masih belum percaya sekarang kita tanpa Tian” tambah Imron. “Udah ah sedihnya, gak enak nanti di dengar Salma” ucap Sarah mengingatkan. “Untuk sementara yang cowok tidur di ruang tamu ya, biar kami nemani Salma di kamar” tambah Sarah. “Sur, kamu mau nginap juga” Tanya Alfi. “Iya, aku nginap saja” jawab Surya. “Ya udah, aku tiinggal ya” ucap Sarah meninggalkan para cowok di ruang tamu tersebut.
Suasana dukapun masih sangat terasa diantara Salma dan para sahabatnya. Kepergian Tian seakan menghilangkan separuh jiwa mereka. “Gimana, Salma udah mau makan” Tanya Sarah berbisik pada Nurul sembari memasuki kamar itu. “Belum Sar” jawab Nurul dan menggelengkan kepalanya. “Dia tetap diam dari tadi” tambah Nurul. “Kita harus gimana sekarang” Tanya Selfi mendekati Sarah dan Nurul membawa makanan di tangannya. “Salma tetap gak mau makan” tambah Selfi cemas. “Kita tetap harus sabar” jawab Sarah menenangkan. “Tapi dia harus tetap makan agar bayinya sehat” jawab Selfi makin cemas. “Iya, aku tahu” jawab Sarah. “Tapi tidak sekarang, biarkan dia istirahat dulu. Nanti tengah malam kalau dia lapar baru kita tawarkan” tambah Sarah menenangkan sahabatnya yang lain. “Kalau gitu aku bawa makannya kedapur dulu, nanti kalau perlu biar di panaskan” ucap Selfi dan segera membawa makanan itu kedapur. “Hmhm” jawab Sarah.
“Salma” ucap Sarah lembut mendekati Salma dan duduk di sebelahnya. “Kamu gak mau makan dulu” Tanya Sarah tersenyum dan sedikitpun Salma tidak meliriknya yang sedang berbicara dengannya. “Aku gak lapar Sarah” jawab Salma lembut. “Hmhm” jawab Sarah menarik nafas panjang. “Kalau gitu kamu istirahat ya, kami temani di sini” tambah Sarah. “Hmhm” jawab Salma dan langsung merebahkan badannya. Sarahpun menarikkan selimut untuk Salma. “Nanti kalau kamu lapar bilang aja, biar nanti kami buatkan” ucap Sarah tersenyum pada sahabatnya itu. “Makasih ya Sar, kalian tetap ada untukku” ucap Salma tersenyum. “Iya sama-sama” jawab Sarah tersenyum. Salmapun memejamkan matanya untuk beristirahat, sementara Nurul dan Sarah mulai menyiapkan tilam untuk mereka tidur malam ini menjaga Salma.
*****
“Alhamdulillah, akhirnya lahir juga” ucap sang dokter menghembuskan nafas sangat legah. “Tolong di bersihkan bayinya ya Suster” pinta sang dokter. “Iya dok” jawab suter tersebut dan mengambil bayi itu dari sang dokter. “Bayi anda laki-laki, dia sangat sehat” ucap dokter memberitahukan pada Salma yang masih lemas. “Terimakasih dok” jawab Salma. Sang dokter pun segera membersihkan sisa darah di tangannya dan di tubuh Salma sembari menunggu sang suster membersihkan bayi mungil itu.
Mendengar suara tangis bayi dari ruangan Salma, akhirnya penantian yang sangat menegangkan buat para sahabatnya berganti menjadi kebahagiaan yang tidak terkira. “Alhamdulillah, bayinya lahir” ucap Nurul kegirangan. “Alhamdulillah” jawab mereka serempak dan tersenyum bahagia satu sama lain. “Akhirnya kita punya ponakan” ucap Alfi senang sambil lompat-lompat kegirangan membuat yang lain tertawa. “Semoga ini awal yang baik buat kita semua” ucap Imron. “Amin” jawab mereka bersama.
Didalam senyum bahagia itu tanpa sadar Imron sangat merindukan sosok Tian sahabatnya. Sahabat yang sudah seperti saudara, yang saling tegur dan mengingatkan jika ada kesalahan. Selalu berbagi ilmu dan pengalaman, kebahagiaan, suka duka dan semuanya. Sekarang hanya tinggal sebuah kenangan dengan sosok yang mungil sebagai penggantinya, pengganti senyum dari kepergiannya. Ibarat hujan meninggalkan pelangi, walau kita tahu pelangi itu tak selamanya bisa mempertahankan keindahannya. Bahkan dalam sekejab dia bisa sirna entah kemana. Begitu pula matahari yang selalu memancarkan cahayanya dengan gagah, hanya dengan hitungan jam saja dia sudah beralih ke belahan yang lain untuk membagi cahaya terangnya. Begitu juga dengan hidup, selalu singkat bahkan padat. Ibarat sedang merantau, walaupun kita sudah sukses di rantau maka kita pasti akan rindu pulang, rindu rumah dan semuanya. Maka kita akan pulang memenuhi semua itu tanpa di minta.
“Ron, jika aku sudah tiada nanti. Apakah masih ada yang bisa di banggakan dariku” Tanya Tian pada sahabatnya Imron waktu itu didalam kantornya. “Kenapa kamu bertanya seperti itu” Tanya Imron. “Aku hanya ingin bermanfaat bagi setiap mahluk ciptaan Allah. Dalam bekerja, berbakti, belajar, berteman dan beribadah” jawab Tian santai. Imron takjub dengan jawaban sahabatnya walaupun dia kurang faham kemana arah pembicaraan sahabatnya itu. “Jasa, kenangan dan karya serta kebaikan yang akan di tinggalkan setiap insan yang berpulang ke hadapan Tuhannya” jawab Imron tersenyum. “Dan kamu sudah memiliki itu” tambahnya. “Oh iya, satu lagi. Ilmu yang bermanfaat” tambah Imron tersenyum pada sahabatnya.
“Kamu orang baik Tian, dan akan tetap baik hingga akhir” ucap Imron. “Kau sahabat juga teman” tambah Imron. Imron tersadar dari lamunannya yang hanya tertinggal seorang diri di depan ruangan Salma. Dia tersenyum ikhlas dengan semua kenangannya bersama sahabatnya itu. Hingga dia kembali duduk di kursi tunggu itu untuk menetralkan rasa bahagianya. Terngiang di telinganya lagu favorit sahabatnya itu.
“Untumu Teman”
By: Brothers
Di sini kita pernah bertemu
Mencari warna seindah pelangi
Ketika kau mengulurkan tanganmu
Membawaku kedaerah yang baru
Dan hidupku kini ceria
Kini dengarkanlah
Dendangan lagu tanda ikatanku
Kepadamu teman
Agar ikatan ukhuwahkan
Bersimpul padu
Kenangan bersamamu
Takkan ku lupa
Walau badai datang melanda
Walau bercerai jasad dan nyawa.
Tanpa terasa air mata itu jatuh membasahi pipinya mengingat semua senyum dan perkataan sahabatnya itu. Tanpa sadar Alfipun keluar dari ruangan Salma mencari Imron. Dia melihat Imron menangis dalam senyumnya, dia langsung tahu kalau tangis bahagia itu untuk sahabat mereka Tian. Alfi langsung memeluk Imron yang menangis dan menenagkannya. Imron membalas pelukan itu erat dan menambah tangisnya. “Sudahlah, bukan cuma kamu yang rindu Tian. Aku juga, sahabat yang lain juga. Semuanya rindu padanya” jawab Alfi dalam pelukan sahabatnya itu. Dia tetap tersenyum tanpa menangis mengontrol dirinya dan membawa Imron masuk setelah membersihkan air mata sahabatnya, agar nanti sahabat yang lain di dalam tidak ada yang sedih terutama Salma istri Tian

Surga di Sudut Kota Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang