Bab 4 Keputusan Ustad Salman

6 8 2
                                    


Pagi ini, Imron dan teman kelompoknya menyerahkan hasil penelitian mereka kepada guru. Merekapun mempresentasekan hasil penelitian dan laporan mereka di depan kelas. Apa yang di jelaskan Tian kemarin pada mereka, sekarang mereka jelaskan kembali pada teman sekelas mereka dengan lantang secara bergantian. Guru mereka merasa puas dengan hasil penelitian tersebut, karena mereka dapat menyimpulkan dengan baik tentang menciptakan bibit unggul tanaman.

"Sur, ada Alfi di kantin?" Tanya Imron. "Gak ada" jawab Surya. "Coba telfon saja, mungkin dia lagi ngumpul sama teman-temannya" tambah Surya. "Ya sudah, terimakasih infonya Sur" ucap Imron dan segera berlalu dari hadapan Surya. Dia pun segera pergi ke taman sekolah dan mulai memainkan hp nya. "Kamu dimana Fi, pesanan kamu bagaimana" pesan Imron lewat hp nya. Dia pun menunggu beberapa  menit, balasan pesan itu pun masuk. "Nanti temanku datang menjemput pesanan itu ke rumahmu. Mungkin agak sorean. Namanya Baron" jawab Alfi dalam pesannya. "Terserahmulah gerot" batin Imron kesal. Diapun langsung menuju kantin untuk mengisi perutnya yang keroncongan dan meninggalkan taman sekolah tersebut.

Suasana sekolahpun mulai sepi. Satu per satu siswa dan siswipun meninggalkan sekolah karena proses belajar mengajarpun telah selesai. Wajah lusuh, letih bahkan gembirapun terpancar dari riak wajah mereka yang sudah melewati satu hari full di sekolah yang sudah seperti rumah kedua bagi mereka. "Baron, nanti sore kamu kerumah Imron. Kemarin mamiku ada nitip pesanan sama dia. Tolong ambilkan ya Ron" pinta Alfi. "Kenapa gak kamu saja yang jemput, dari tadi di sekolah dia nyariin kamu Fi" jawab Baron. "Udah, kamu saja. Nanti malam aku jemput ke rumahmu, sekalian kita ngeclub" jawab Alfi. "Ok" jawab Baron.

Hari ini adalah hari kesekiannya Alfi tidak masuk sekolah. Orang tuanya tidak tahu sedikitpun tentang ini, dia selalu bilang kalau dia ada bisnis dengan rekannya. Makin hari, kehidupan Alfi semakin liar karena pergaulannya yang tidak terbatas. Belum lagi kedua orang tuannya di sibukkan dengan bisnis masing-masing yang membuat dia jenuh dengan kesendiriannya. "Nak, nanti sore mami sama papi berangkat ke Paris. Mungkin makan waktu seminggu di sana. Kamu hati-hati di rumah ya" pesan maminya lewat sms pada Alfi. Alfi yang lagi asyik ngumpul dengan teman-temannya di tempat hiburan itu segera meraih hp nya dan membaca pesan tersebut. Dia hanya bisa tersenyum membaca pesan tersebut. Ini bukan kali pertama dia harus di tinggal orangtuanya,. Sudah kali ke sekian untuk nya. Dulu dia masih bisa memaklumi semua itu berkat kedua sahabatnya, tapi sekarang rasa jenuh itu menghampirinya. Sudah waktunya dia membahagiakan dirinya dengan cara dia sendiri, toh gak bakalan merugikan orangtuannya sedikitpun.

"Imron..." teriak Baron di depan rumahnya. "Cari siapa mas" Tanya satpam rumah Imron. "Imronnya ada pak, saya teman sekolahnya" jawab Baron. "Mas Baron ya" Tanya satpam itu. "Iya pak, benar. Saya Baron" jawab Baron senang. "Kebetulan mas Imronnya keluar, katanya mau ke toko buku beli pesanannya mas Tian" jawab satpam itu. "Tapi mas Imron ada nitip ini untuk mas Baron" tambah satpam itu menjelaskan. "Iya pak, makasih" jawab Baron dan segera mengambil bingkisan itu. "Kalau begitu, saya pergi dulu ya pak. Sekali lagi terimakasih" ucap Baron sembari tersenyum dan meninggalkan rumah kediaman keluarga Imron. Satpam tersebut hanya bisa mengangguk dan tersenyum melihat kepergian Baron membawa bingkisan tersebut.
*****

"Assalamualaikum Tian. Maaf, aku gak bisa antar bukunya tadi sore. Kebetulan tugasku lagi banyak-banyaknya karena udah mau ujian, jadi bukunya aku titip lewat kurir toko buku langganan kita. Besok pagi diantar kealamatmu. Maaf sekali lagi ya Tian" pesan Imron lewat sms pada Tian. Tianpun meraih hp mungil itu dari atas meja belajarnya. Dengan segera dia membaca pesan masuk itu sembari mempersiapkan diri untuk kegiatan pertemuan majelis malam ini.

"Waalaikumsalam. Terimakasih sebelumnya Ron, kamu sudah banyak bantu aku. Gak apa-apa bukunya diantar sama kurir, yang penting bukunya ada. Soalnya aku perlu bukunya" balas Tian sembari tersenyum. "Syukurlah kalau begitu" balas Imron dari seberang sana. "Jadi gabung di majelis itukan Tian. Salmanya jangan di buat nganggur" goda Imron lewat pesannya. Tianpun membaca pesan itu dengan senyum-senyum sendiri melihat godaan sahabatnya. "Jangan ngaco kamu Ron" jawab Tian lewat pesannya. "Hahahaha" balas Imron dengan senang karena berhasil menggoda sahabatnya. Dia tahu kalau Tian sangat kaku terhadap perempuan. Tian hanya bisa tertawa membaca balasan pesan dari sahabatnya itu. "Dasar Imron gerot, udah sama gerotnya sama Alfi" gumam Tian dalam hati.

Surga di Sudut Kota Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang