“ Alfi jadi datangkan?” tanya Imron pada Baron. “Jadi Ron, katanya dia udah otw kesini. Tapi gak tahu udah sampai mana” jawab Baron santai. Merekapun menikmati kopi dan cemilan yang sudah di pesan dari tadi sambil menunggu kedatangan Alfi. “Emamg kita mau diskusi apa Ron? Dan kenapa cuma kita bertiga saja?” tanya Baron sambil menikmati kopinya. “Ada sedikit yang mau di bahas masalah sekolah, tadi kepala sekolah udah bicara sama Salma. Terus Salma udah sampaikan samaku, jadi aku mau sampaikan sama kalian sekalian solusinya” jawab Imron. “Jadi yang lain kenapa gak ikut kalau mau nyarik solusinya?” tanya Baron kembali. “Yang lain minta kita aja yg menyelesaikannya, jadi yg lain ngikut aja” jawab Imron lagi. “Hmhm” jawan Baron menaikkan kedua bahu dan alisnya.
Satu jam berlalu mereka menunggu kedatangan Alfi hingga makanan dan minuman yang di sajikanpun ludes tak bersisa. Mereka masih tetap santai menunggu satu sama lain dengan memainkan gawai masing-masing, walau dalam hati mereka mulai resah dan bosan karena terlalu lama menunggu kedatangan Alfi yang dari tadi katanya sudah otw, tapi gak tahu otw kemana. “Alfi memang mau datang atau gimana Ron? Perasaan udah dua jam kita disini?” tanya Baron santai. “Gak tahu, tadikan terakhir dia ngabarin kamu” jawab Imron. “Si gerot ini kadang bikin kesal. Apa dia mulai ngulah lagi” tambah Imron khawatir. “Rasanya gak Ron, dia sekarang sibuk sama kita dan kantor orang tuanya. Tapi gak tahu juga” jawab Baron sekenanya. “Kalian masih di sanakan, aku udah di parkiran langsung ke dalam” pesan Alfi lewat gawainya pada Baron. Baronpun memeriksa gawainya yang berdering dan membaca pesan dari Alfi. “Hmhm, dia udah di parkiran. Ini pesannya” ucap Baron menunjukkan gawainya pada Imron. “Hmhm, dasar gerot. Hampir berjamur juga kita disini nunggu dia” jawab Imron sedikit kesal. Baron Cuma tersenyum melihat Imron yang mulai kesal. Padahal dia juga kesal, tapi mau gimana lagi, Alfi memang selalu terlambat dalam hal apapun.
“Ron, itu Alfikan?” tunjuk Baron melihat kedatangan Alfi. Imron pun langsung menoleh kearah tangan yang di tunjuk oleh Baron. “Iya. Tapi siapa yang bareng sama dia?” tanya Imron bingung. “Aku gak kenal Ron. Apa kamu mengenalnya?” tanya Baron. “Aku juga gak kenal” jawab Imron bingung. Alfi pun langsung menuju ke meja Imron dan Baron di ikuti oleh teman yang sedang di bawanya tanpa sepengetahuan kedua sahabatnya. Sementara Baron dan Imron sibuk dengan pertanyaan masing-masing di kepala mereka tentang teman yang di bawa Alfi malam ini, apalagi itu cewek bukan cowok. “Wah, si gerot udah mulai main cewek ni” gumam Baron dalam hati. “Apa Alfi udah punya cewek. Alfikan jomblo” ucap Imron dalam hatinya. Merekapun sibuk berargumen dengan fikiran masing-masing karena menunggu Alfi sampai dua jam dan ternyata dia datang dengan cewek. Apa Alfi pacaran dulu baru menyempatkan datang kesini? Itulah yang ada di fikiran mereka berdua.
“Assalamualaikum” ucap Alfi membuat kaget keduanya. Tanpa mereka sadar kalau Alfi sudah ada di hadapan mereka. “Waalaikumsalam” jawab mereka gugup. “Kalian kok ngelamum, aku kelamaan ya datangnya. Atau kecepatan?” tanya Alfi mencairkan suasana. “Gak kok, kami yang kecepatan datangnya” jawab Baron sinis menatap Alfi. Alfi tersenyum melihat Baron menatapnya sinis. “Kamu kok telat Fi, kita udah dua jam loh” tanya Imron penasaran. “Terus ini siapa?” tanya Imron lagi. “Sorry, tadi aku lupa kasih kabar kalian kalau kami datangnya telat. Soalnya aku jemput temanku dulu dari pesta ulang tahun sahabatnya” jawab Alfi santai. “Oh iya. Kenalkan, ini Santi. Santi ini sahabatku Baron dan Imron yang sering aku ceritakan” ucap Alfi memperkenalkan temannya. “Teman atau teman ini gerot?” tanya Imron menggoda sahabatnya. “Untuk sekarang teman dulu, besok baru beda cerita” jawab Baron membuat Santi malu. “Sotoi lu” jawab Alfi menimpuk Baron. “Aduh” rintih Baron kesakitan. Merekapun bersalaman dengan Santi satu sama lain saling memperkenalkan diri, setelah itu mereka langsung membahas permasalahan yang di sampaikan Nurul pada Imron.
“Kalau untuk guru SMP dan SMA aku dan teman-temanku bisa kok. Kami juga udah pada wisuda dan sekarang lagi nyarik kerja semua. Aku rasa mereka pasti mau. Tapi tetap aja kalian harus cari satu atau dua orang yang lebih berkompeten atau berpengalaman untuk mengimbanginya” saran Santi mencampuri diskusi mereka. “Aku setuju sama saran Santi, kita tinggal siapkan yg lebih ahli saja beberapa orang. Selebihnya bisa di bantu Santi dan teman-temannya, sekalian biar mereka dapat kerjaan juga” jawab Baron. “Gimana menurut mu Fi?” tanya Imron. “Kalau aku setuju-setuju aja, asal itu baik dan tidak ada yang di rugikan” jawab Alfi santai. “Ok. Kalau gitu, kapan kalian mau lanjut ke jenjang pelaminan?” tanya Imron ngaur. “Ha?” jawab mereka bertiga bingung. “Eee, sorry. Maksud aku kapan kalian bisa mulai ngajarnya Santi? Inikan udah tahun ajaran baru” jawab Imron sengaja menggoda keduanya sambil tersenyum. Santi dan Alfipun hanya bisa tersenyum binggung karena ulah Imron. “Wah, ada faktor kesengajaan ini” ucap Baron bersemangat membuat Alfi semakin terpojokan. “Wah, bahaya ini. Kok aku jadi kaku ya” jawab Alfi menetralkan kebingungannya. Merekapun tertawa mendengar jawaban Alfi yang melepaskannya dari pertanyaan Imron tersebut. Alfi memang paling sulit di taklukkan, bahkan masalah asmara sekalipun. Dia selalu terlihat santai kalau berurusan dengan masalah asmara dan perjodohan. Mungkin dia belum siap atau belum kefikiran untuk menikah makanya dia tidak begitu tertarik dengan pembahasan yang berhubungan dengan asmara.
"Ya sudah begini saja. Besok aku diskusikan dulu sama teman-temanku, kalau mereka mau batu aku kabari Alfi. Karena mereka juga butuh pekerjaan. Kalau aku pribadi bersedia biar aku ada pekerjaan" jawab Santi meyakinkan ketiganya. "Ok, gfitu saja. Besok kabari aku bagaimana keputusan darimu. Jadi biar aku langsung kabari Imron dan Baron sekalian" jawab Alfi. "Semua setujukan" tanya Alfi memastikan. "Ya sudah gitu aja, jadi bisa hemat waktu" jawab Imron. "Sekalian besok jangan lupa jawaban kapan kalian mau lanjut?" Tanya Baron mengingatkan. "Astaga, kami cuma berteman" jawab Santi malu. "Wah, bahaya. Cuma sekedar teman ternyata" ucap Baron menatap Alfi jahil. "Semangat terus kawan, jangan sampai kandas menjadi kakak adek aja" tambah Baron menjahili Alfi dengan kebingungannya. Merekapun tertawa girang melihat kepolosan Alfi yang sudah tidak tahu harus menjawab pertanyaan Baron. Imron mengelus pundak sahabatnya itu memberi semangat dan memberi isyarat kalau ini hanya sekedar gurauan atau bercanda saja. Alfipun mulai ikut tertawa atas kebingungannya sendiri.NANTIKAN SERIES II NYA READER....
KAMU SEDANG MEMBACA
Surga di Sudut Kota
Rastgele"Assalamualaikum" ucap Salma pelan membangunkan Tian yang sedang beristirahat. "Waalaikumsalam" jawab Tian membuka matanya setelah mendengar suara Salma. "Kenapa kamu tidak menatapku" Tanya Tian pelan. "Apakah sebegitu bencinya kamu padaku" tambahny...