─ two

230 18 0
                                    

HYOMI TIDAK membawa serius rasa pegal di kakinya siang hari itu. ia diajak oleh Hari dan Yuuna untuk berkeliling sekolah selama beberapa waktu. sekarang, mereka sedang berada di lapangan. beristirahat sejenak melepas penat sehabis berjalan sekitar 30 menit.

"bagaimana, Hyomi? kamu betah disini?" Yuuna memulai topik. sedikit menyindir perkataan Rion di tempo hari.

"iya, aku betah. terima kasih tour-nya. sangat menyenangkan," balas Hyomi dan mematri senyuman cantik. ditangannya, ada sekotak jus jeruk yang hampir kosong. faktanya, Hyomi menyukai jus jeruk; dan hampir menyetok 10 kotak di apartemennya.

"omong-omong," Gaeun mendongak, menatap Hyomi. "kamu tinggal dimana?" tanyanya.

"Apartemen Shinbi." Hyomi terkekeh dan menyesap jus jeruknya; itu tegukan terakhir. "aku tinggal sendiri. karena aku ingin mandiri."

"begitu! aku dan Hyunwoo juga ada di Apartemen Shinbi." Hari membalas gembira. "kita bisa berkunjung ke kamar masing-masing!" sambungnya, membayangkan pesta piyama yang asyik.

"boleh," Hyomi meremas kotak jusnya dan membidik, dengan sempurna melemparkan kotak kosong itu ke tempat sampah. "terdengar menyenangkan."

****











WAKTU MENJELANG petang saat Hyomi keluar dari kelasnya. hari itu dia harus mengurus beberapa hal, sebagian besar soal kepindahannya.

Hari, Hyunwoo dan seorang anak laki-laki lain telah menunggu didepan gerbang sekolah. Hyomi berjingkrak menuju mereka, lantas berkata. "duh, maaf jika aku terlalu lama."

"tak apa, kita juga baru tiba." Hari memberi afeksi, membuat Hyomi merasa lega. "oh, iya. ini Koo Doori. Adikku," Hari menepuk bahu adiknya, lantas lelaki itu tersenyum. "Halo, Kak Hyomi." sapanya sopan.

"ah, iya. salam kenal, Doori!" Hyomi mengelus kepala Doori lembut, membuatnya sedikit salah tingkah.

"oke, mau pulang sekarang?" tanya Hyomi. Hari, Hyunwoo dan Doori mengangguk, menyetujui perkataan Hyomi. mereka lantas melangkah ke Apartemen Shinbi bersama-sama, dan sesekali membuka beberapa topik untuk diobrolkan.

****














"...yang."

"sayang."

"keluarlah, sayang. kita tidak akan selamat."

gadis kecil itu terisak sekali lagi. tangan kecilnya yang bergetar menyentuh bahu wanita didepannya. baju anak itu compang-camping, padahal dulunya, gaun itu merupakan gaun yang cantik.

"tidak! aku harus menyelamatkan semuanya!" rengek perempuan 10 tahun itu. ia menggenggam sekuat tenaga bahu orang didepannya, seolah menuntut Tuhan untuk melepaskannya dari reruntuhan.

"sayang, jangan!" si wanita terisak. mata cokelatnya mengeluarkan buliran mengilap. "kamu dalam bahaya. cepat keluar! kami tidak akan selamat..."

"tidak!" anak itu menolak mentah-mentah. dengan tangannya yang masih setengah kuat, ia menarik sang wanita sekuat tenaga. punggungnya tertimpa oleh pilar beton yang sangat kuat.

"aku... aku... harus menyelamatkan kalian!" racau si perempuan. ia terus saja berusaha menarik, meskipun tahu bahwa itu mustahil.

"tidak, sayang. tidak!" si wanita terisak lagi. dengan sisa tenaganya, ia menyentuh pipi si gadis kecil. "sayang, jangan. sekuat apapun kamu berusaha, kamu tidak akan berhasil."

"TIDAKK!" si gadis meracau. ia tetap berusaha menarik wanita paruh baya itu, atau berusaha menyingkirkan betonnya.

percikan-percikan api makin besar, asap membuat pandangannya buram. tenaganya habis, tidak mungkin lagi ia bisa menyelamatkan 'mereka'.

"aku... harus bagaimana..." gadis kecil yang baru saja berusia sepuluh tahun itu, terduduk di lantai, putus asa. ia terisak dan sesekali terbatuk akibat asap yang masuk ke pernafasannya.

"sayang," suara lemah seorang wanita menyadarkan si gadis. ia berhenti terisak dan mendekat.

"dengarkan aku," katanya. "kamu anak yang cantik. anak yang baik. kamu sangat berarti dan berharga bagiku dan dia. kamu tahu, 'kan, apa yang harus kamu lakukan."

"sebentar lagi tempat ini meledak. ayo, kaburlah. kamu masih punya kesempatan untuk hidup. kami sudah tidak punya harapan itu. kami habis disini."

"kalau kamu selamat. kamu boleh melakukan apa saja yang kamu putuskan kepada semua yang menyebabkan ini terjadi. tapi ingatlah..."

suara desingan tajam membuat si wanita terkesiap. dengan sigap, ia mengulurkan tangan dan mendorong gadis kecil itu keluar.

"TIDAKK!!!"

"SELAMAT TINGGAL, SAYANG! KAMI MENCINTAIMU─⁠─SELALU MENCINTAIMU!"

dan akhirnya anak itu terlontar ke jalanan, kepalanya terbentur kuat sekali hingga menyebabkan genangan darah yang cukup banyak. ia tak ingat apapun lagi. kecuali, suara sirine yang gaduh dan juga ledakan kuat didepannya.

namun, ia juga melihat sebuah bayangan. yang tetiba mengeluarkan sebuah cahaya dari tangannya. lalu, cahaya itu ditanamkan ke dada gadis yang terbaring lemah di jalanan.

****














"AAAAAAAAAAAAKH!"

HYOMI TERBANGUN dengan bulir keringat di dahinya. piyama putih berpasangan yang membalut figur ramping gadis itu juga basah karena pelaku yang sama.

"mimpi... mimpi." gumam Hyomi. ia mendesah dan melihat jam di ponselnya. "baru jam 1 malam?"

Hyomi menaruh ponselnya di nakas lagi. perlahan lututnya ditekuk, menyentuh dagu. badannya bergetar ketakutan. mimpi tadi─⁠─Hyomi benar-benar tak asing dengan mimpi itu. tapi, kenapa bisa? ia tak pernah mengalami peristiwa semacam itu dalam hidupnya.

"kurasa aku butuh udara..." Hyomi akhirnya keluar dari kamarnya. "di ruangan sangat pengap."

ia menyambar jaket kusut di sofa dan memakainya. ia tak peduli sedingin apa malam itu. yang ia inginkan hanya udara yang segar dan membuatnya merasa tenang.

samar-samar, Hyomi mendengar sebuah percakapan dari beberapa orang di basement. alias lantai paling bawah, menuju pintu keluar.

Hyomi turun dari lift dan akhirnya sampai kesana. namun ia terkejut melihat Hari, Gaeun, Hyunwoo, Doori dan juga Rion ada disana. tak hanya mereka, ada juga Kanglim.

samar-samar, dibalik figur tubuh Gaeun dan Hari, Hyomi melihat dua makhluk pendek─⁠─berdiri. satunya memasang pose berfikir serius. satunya lagi berdiri, mendongak dan menatap semua orang didepannya.

Hyomi mengintip dari balik tembok. lumayan jelas untuk menguping juga. ia dengan waspada, mengambil ponsel dari sakunya dan merekam.

==============================

𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐔𝐒 [shinbi's house]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang