─ fifteen

87 9 0
                                    

" 𝘺𝘰𝘶 𝘣𝘦𝘭𝘰𝘯𝘨 𝘸𝘪𝘵𝘩 𝘮𝘦. "
- 𝘙𝘪𝘰𝘯 𝘙𝘢𝘺𝘮𝘰𝘯𝘥

" 𝘺𝘰𝘶 𝘣𝘦𝘭𝘰𝘯𝘨 𝙩𝙤 𝘮𝘦. "
- 𝘒𝘢𝘯𝘨 𝘏𝘺𝘰𝘮𝘪



























HYOMI MASIH bergeming. menunggu Rion menyerang dengan kartu cliff ditangannya. "ayo, serang aku." tantang Hyomi dengan berani.

tetap saja. meski ditantang, perasaan tetap perasaan. Rion diam, tidak berkata satu patah kata pun. tangannya makin gemetar, dan Hyomi bisa melihat bahwa dia menangis.

Hyomi tersenyum melihat Rion. "tuan, kenapa menangis?" katanya pelan. tangannya menarik pedang dari sarung, namun tak diacungkannya pedang itu.

"ayo. kamu bisa habisi aku disini." kata Hyomi lagi. "mau kubantu? aku bisa membunuh diriku sendiri kalau mau."

Rion menggeleng. mendengar Hyomi berkata seperti itu membuatnya merasa sakit. baik raga dan jiwanya seperti berdenyut dan mengatakan; gagal, gagal, kamu gagal, Rion.

Rion menarik napas dan hendak mengaktifkan mantra. kartu cliff itu sudah bersinar, tinggal beberapa patah kata dari Rion sebelum Hyomi terkapar.

"kartu cliff ... ma─⁠─"

swing












BRAK

HANTAMAN KUAT pada dinding berhasil membuat senyum Hyomi terpatri. ia bertepuk tangan sambil menghampiri Rion.

iya, Rion. Hyomi baru saja membidik dan melempar pedangnya pada tudung Rion─⁠─satu senti lebih tinggi dari ubun-ubunnya. jikalau salah prediksi, bisa saja dahinya tertusuk.

Hyomi berjongkok, mencabut pedangnya dan menodongkan benda itu ke dagu Rion. perlahan, dilepaskannya tudung putih yang sedari tadi membantu sang adam menyembunyikan identitasnya.

"halo, tuan Raymond." sapa Hyomi bergurau. sementara empunya marga Raymond itu hanya bisa mengaduh beberapa kali dan akhirnya sadar bahwa tudungnya telah dibuka.

"ah!" Rion menyadari identitasnya terungkap dan mulai membuang muka dari tatapan Hyomi yang membuatnya panas dingin.

"kenapa? kamu ketahuan akan membunuhku, huh?" Hyomi tersenyum. ia meletakkan pedang yang dipakainya memojokkan Rion dan menarik dagunya lagi dengan tangan.

"ada apa? apa pihak Aegis punya masalah dengan organisasi Midnight Dream? astaga, kenapa mereka harus membunuhku? aku bukanlah seorang antagonis di kota ini." Hyomi terkekeh dan mendekati wajah lelaki didepannya.

hidung mereka bersentuhan. sangat dekat; bahkan Rion bisa merasakan deru nafas yang lembut milik Hyomi menyentuh pipinya.

"aku ..." Rion mulai bersemu sedikit. ia menghela napas dan mengangguk. "dua organisasi itu bermusuhan dari dulu. dan jikalau ketua pimpinan mendengar ada agen Midnight Dream turun ke kota, dia akan membunuhnya."

Hyomi menyeringai senang. ia terkekeh dan mengelus pipi Rion sensual. "hey, Rion. aku bukan antagonis disini. organisasi b*ngsat itu hanyalah ajang bagiku."

"a-ajang?" ulang Rion heran.

"iya. mereka telah merebut semua hal dariku. bahkan, aku dijadikan boneka bagi mereka." Hyomi menjelaskan. salah fokus kepada luka di ujung bibir Rion.

"kapan kamu mendapat luka ini?" Hyomi bertanya. Rion melirik, mengernyit bingung. rasanya ia tidak mendapat luka ini.

"tidak tahu. mungkin saat aku terbentur tadi?" ujarnya. Hyomi ber 'oh' dan mulai mengusap setetes darah yang keluar dari sana. "diam. ini perih."

dirogohnya saku, lantas mengeluarkan selembar plaster. ditempelkannya benda itu pada Rion. "kurasa ini akan membuat kamu lebih baik."

Rion bersemu sedikit. wajahnya makin terasa panas. apalagi, jaraknya dengan Hyomi sangat dekat. jika saja Rion mau, dia bisa mengecup bibir gadis itu.

"t-terima kasih." ujar lelaki itu. "dan, apakah kau bisa menyingkir? rasanya canggung. tahulah batasanmu."

Hyomi melirik. lelaki itu memang terlihat tersiksa dengan jaraknya yang sedekat ini. tapi ... dia nampak senang.

"nampaknya kamu kegirangan, kok." Hyomi menekuk bibirnya dan membentuk cemberut. "ada apa? kamu naksir padaku?"

hal tersebut sukses membuat Rion terlonjak dan menghela napas. ia menggeleng. "t-tidak, demi Tuhan. tidak."

"oh, begitu. lantas, kenapa wajahmu memerah sebegitunya? apa kamu memang malu atau bagaimana? anak aneh." Hyomi bersedekap.

"b*ngsat! iya, aku menaksirmu! peka sedikit, dasar gadis aneh!" umpat Rion dalam hatinya. ia mendorong wajah Hyomi kebelakang untuk menetralkan emosinya.

"cukup," Rion menghembuskan napas. "jangan membuatku gila. ayo, berdiri. dan tidurlah." ujarnya. berusaha bernafas dengan normal. jantungnya bisa saja mencelus sekon berikutnya jika Hyomi tiba-tiba─

puk

Hyomi menaruh tangannya di kepala Rion. ia tersenyum dan memeluk lelaki itu.

sebelum Rion sadar, gadis itu sudah melompat jauh ke gedung disebelah tempat mereka. Rion menghela napas. rona merah dadu di pipinya makin terasa panas.

"ah, s*al. gadis itu selalu berhasil membuatku sinting."

****











DI SISI yang lain, terlihat seorang perempuan dengan masker. ia berdecih setelah melihat Hyomi yang melompat ke satu gedung lainnya, lantas melompat turun dari tempatnya berdiri.

𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐔𝐒 [shinbi's house]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang