[last arc] welcome home.

83 7 0
                                    

" 𝘱𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘶𝘴𝘢𝘪
𝘱𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘶𝘴𝘢𝘪
𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨
𝘬𝘶𝘣𝘢𝘳𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘯𝘢𝘩,
𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦𝘳𝘪𝘢𝘬
'𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨'...

𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘶𝘣𝘪𝘴𝘪𝘬𝘬𝘢𝘯,
𝘢𝘴𝘢𝘭 𝘬𝘢𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢
𝘳𝘢𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘯𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢
𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘭𝘦𝘨𝘢
𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘭𝘦𝘨𝘢

𝘬𝘶 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘥𝘪𝘴𝘢𝘯𝘢,
𝘬𝘢𝘶 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘥𝘪𝘴𝘢𝘯𝘢.
𝘬𝘶 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘥𝘪𝘴𝘢𝘯𝘢,
𝘬𝘢𝘶 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘥𝘪𝘴𝘢𝘯𝘢. "

𝑑𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔
𝑛𝑎𝑑𝑖𝑛 𝑎𝑚𝑖𝑧𝑎ℎ














" 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨. 𝘢𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘩𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶. " []




































SUARA BANTINGAN yang mengalahkan suara speaker bergema di ruangan itu. setelah buku binder tebal, lantas sebuah figur merpati dari kaca yang usut punya usut itu adalah benda keramat.

"B*NGSAT! DASAR ANJ*NG S*ALAN! DIA SUDAH BERSUMPAH! GADIS B*JINGAN, MATI KAMU!"

satu benda lagi yang menjadi sasaran adalah segelas jus─⁠─yang entah bagaimana, masih bertahan diantara hiruk pikuk si wanita yang sedang ditelan rasa murkanya sendiri.

gelas porselen yang mahal itu terbanting, pecah menjadi puluhan kepingan kecil. motif bunga forget me not biru itu seperti terlepas dari tangkainya.

akhirnya, seorang pria menerobos masuk dan menenangkan si wanita paruh baya. "tenang, ketua." ujarnya. "takkan saya biarkan dia hidup."

"AAAKH, B*NGSAT!" wanita itu makin menjadi, lantas memungut kembali buku binder tebal yang dilemparkannya beberapa waktu yang lalu. membolak-balik halaman, sampai menemukan biodata seorang gadis.

ditatapnya dengan teliti irisnya. namun foto gadis itu nampak cuek dengan pukulan-pukulan itu. dia masih tetap tersenyum.

"tenang, saya takkan biarkan dia hidup. saya akan membunuhnya," kata si pria. dia mendesah pasrah melihat perilaku gila wanita itu.

"DIAM! SAYA YANG AKAN MEMBUNUHNYA SENDIRI!" ujar wanita itu, menepis tangan petutur dari bahunya. ia jatuh ke lantai.

namun wanita itu nampaknya tidak peduli. ia mendudukkan diri di sofa, satu-satunya benda yang masih utuh di ruangan itu.

"anak b*jingan..."

perlahan, asap-asap hitam mulai muncul dari berbagai arah ruangan. termasuk tubuh pria yang masih mengaduh kesakitan dilantai. ia menatap asap-asap itu bingung.

perlahan, asap-asap mulai mendekati tubuh sang puan. meraba lengannya, dan merasukinya. si puan menjerit kesakitan, namun pria itu tidak bisa menyelamatkannya, karena dia juga sudah dirasuki asap hitam yang sama.

si wanita epilepsi beberapa saat, dan terduduk lagi di kursinya. pingsan.

namun matanya terbuka perlahan-lahan. irisnya berubah menjadi merah darah, dan perlahan berubah kembali ke warna semula.

asap hitam itu keluar lagi. ia tersenyum, dan berbisik.

"lenyapkan jika kamu murka."

****























HUJAN DERAS masih mengguyur kota Seoul dua hari kedepan. Hyomi terpaksa harus diam di kamar apartemennya, dan sesekali ia mengunjungi kamar Hari dan Hyunwoo jika bosan.

seluruh kegiatan terhenti disana. para pejalan kaki mulai menghilang, hujan itu terlalu deras untuk memakai payung. karena mereka yakin payung mereka akan tertiup angin.

Hyomi diam disamping jendela kamarnya, dengan santai menatap kilat-kilat dan merasa tenang mendengar guntur bergemuruh di langit. tidak seperti orang lain yang merasa ketakutan setengah mati saat mendengar guntur.

pikiran gadis itu nyatanya tak setenang parasnya. logika dan hati berperang tanpa henti, kepala Hyomi terdengar berisik sekali. sel-sel otaknya mulai menyusun satu persatu susunan puzzle memori, informasi, dan lainnya sampai tersambung jadi satu benang merah yang saling sambung menyambung.

Hyomi terlonjak saat mengetahui seluruh hal yang dipikirkannya dari dahulu kala ternyata memang tersambung menjadi sebuah bagian-bagian yang masuk akal dan bukti-buktinya juga termasuk fakta. Hyomi menggeram, memukul kepalanya sekali agar hal-hal mengganggu yang lain tak mengusik pikirannya yang sedang membuat sebuah teori.

gadis itu menarik napas, rasa bak dadanya ditikam pisau puluhan kali. sesak dan amarah tercampur, teraduk-aduk di perut Hyomi seperti bubur bayi.

Hyomi beranjak dari tempat tidurnya, memakai baju seragam pemburu makhluk khas dirinya, dan menyampirkan jubah Gwido. lambangnya menyala, bersamaan dengan guntur yang bergemuruh murka di langit.

ramalan ketiga terjadi hari ini. dan Hyomi yakin, pastinya wujud setan manusia itu akan dikirim ke rumah Shinbi. ketua pimpinan organisasi Midnight Dream itu cerdas; Hyomi yakin.

gadis 16 Tahun itu membuka pintu balkonnya, dan melompat kebawah. bergelantungan di kisi jendela kamar dibawahnya, dan turun di lantai 4. tempat kamar Hari dan Doori berada. benar saja, aura makhluk seram mulai terasa dan jeritan seorang perempuan bergema di lorong.

Hyomi dengan gesit menghampiri sumber suara itu. jeritan melengking yang didengarnya adalah suara dari Hari, dan Hyomi yakin bahwa bola makhluk miliknya dan Doori telah dirampas.

=========

𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐔𝐒 [shinbi's house]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang