[second arc] : li'l secret

121 13 1
                                    

BULAN PURNAMA terlihat sangat cantik malam itu. jarum jam pendek mengarah pada angka 12, dan yang panjang juga sebentar lagi akan tiba.

tepat pada jam 12 malam, jam besar di ruangan itu berdetum. bergema ke seluruh sudut kamar, membuat seseorang yang sedang berbaring mulai membuka matanya.

ia mengerjap untuk menetralisir keburaman. mulailah kepalanya dilirikkan sana-sini, mengamati keadaan. dan dia mulai sadar bahwa dirinya sedang terbaring lemah dengan tangan yang diinfus dan juga alat deteksi detak jantung.

ia terduduk. mulai menggaruk belakang lehernya dan menguap. "kurasa ini saatnya."

dengan mudah, dia melepas jarum infus yang bersemayam selama beberapa jam didalam aliran darah tubuhnya. ia mulai melangkah, sadar bahwa masih memakai pakaian yang sama dari yang dipakainya kemarin.

dengan luwes, ia melangkah keluar dari rumah sakit. seperti tidak merasakan rasa sakit apapun.

terus saja ia melangkah, dan akhirnya sampai ke sebuah gedung kosong. di lantai paling atas, ia melihat seseorang dengan jubah hitam memperhatikannya.

dengan senyum yang terpatri, si gadis cantik itu naik keatas. sepatunya berketuk lantang di malam hari itu, seolah menunjukkan bahwa dialah ratu disini. bukan siapapun.

"kamu sudah datang," pria berusia sekitar 20 Tahun itu melirik kebelakang saat si puan menghampirinya. "untunglah. ini penting."

"cepatlah. tubuhku pegal," ujar petutur. ia menekuk kepalanya, bunyi krek pelan terdengar dari tindakannya itu. "kasurnya empuk. aku ingin kesana lagi."

"diamlah, b*ngsat." si pria berdecih, mengaduk-ngaduk sakunya sampai menemukan ponsel. diambilnya benda pipih seribu umat itu, lantas pergi ke aplikasi rekaman. memutar sebuah audio.

petutur mencondongkan tubuh, tampak tertarik. "kamu dapat info lagi? kamu disuruh oleh dia untuk memata-matai?" tanyanya.

"tak perlu kau tanya. sekarang dengarlah ini dulu."

****
















"aku merasakan sesuatu."

"apa itu, ....?"

"menurutku, yang terakhir agak mustahil. bunyinya juga seperti tak pumya makna."

"tanya kepada .... saja, bagaimana?"

"justru itu! aku tidak ingin dia tahu, karena energi aneh itu berasal darinya."

"menurutku dia normal, kok."

"kamu tidak bisa merasakannya sepeti kami, 'kan? jangan sok tahu!"

"tapi, apa yang dikatakan .... benar. dia memiliki energi aneh yang tidak dapat aku definisikan. seperti..."

"energi gelap dan energi cahaya?"

"tepat."

"dan, aku merasakan sedikit hawa dari kelompok .... . apakah dia salah satunya?"

"kamu bohong. aku malahan merasakan energi kelompok .... lebih besar daripada kelompok ....!"

"sudah, kalian. aku bisa asumsi kalau dia mengikuti keduanya."

"bisa saja."

"tapi, serius, deh. masa' sih, organisasi ....? mereka, 'kan, sudah lama tidak menampakkan diri. masa' mereka tiba-tiba muncul dan mengirim intel?"

"benar juga, sih. tapi tidak menutup kemungkinan bahwa mereka hanya beraksi dalam diam saja."

"omong-omong, dimana ....? dia tidak kelihatan hari ini."

"entahlah. kami juga kehilangannya tadi siang. benar, 'kan? .... dan ....?"

"iya, benar."

"sudahlah, sebaiknya kita kembali ke rumah masing-masing dan memikirkan langkah kedepannya. kita juga harus mulai waspada pada ...., takutnya dia tiba-tiba mengambil tindakan. kita harus analisis ini secara tutup mulut darinya."

"oke."



[a/n: titik empat ditengah kalimat (....) itu nama ya, sengaja tidak kukasih tahu biar kalian teori sendiri, hehe.]

****














"mereka sudah tahu tentang kamu." ujar si pria, iris gelapnya berkilat waspada ditengah cahaya bulan, pupilnya mengarah pada pupil lain didepannya.

"aku tidak khawatir kalau mereka tahu bahwa aku mengikuti organisasi ini," si gadis berjalan lebih dekat ke pembatas dan menghela napas.

"s*alnya, mereka tahu aku berada di organisasi satunya lagi." tangan mengepal dan tinju melayang. besi pembatas yang rapuh itu retak, dan akhirnya patah. bagian yang patah lantas jatuh kebawah.

"tak apa." kata si tuan. "bukankah itu memudahkan untuk mencapai tujuanmu?" katanya lagi kepada gadis didepannya. ia merangkul bahu idealnya.

"br*ngsek, justru kalau mereka tahu, aku akan dijauhi. dan misiku untuk memancingnya akan gagal." si gadis berdecih dan menyambar jubah hitam dari si pria.

kancing kemeja yang dipakai dilepas sebanyak dua buah. tangannya dilipat keatas. dan jubah hitam itu disampirkan dibahu, dikaitkan agar diam dan tidak lepas.

"masih khas, ya, setelah 1 tahun lamanya." si pria tersenyum. lantas memberikan dua bilah belati kecil yang ditaruh si puan di sabuk khususnya.

"semangat.

Kang Hyomi."

gadis bernama Hyomi itu tersenyum. "oh, terima kasih. tumben sekali." katanya, menatap iris ungu gelap yang sama dengannya.

logo organisasi pengusir makhluk gwido bersinar di bagian belakang jubah yang Hyomi pakai.

"aku pergi," katanya. ia melambai. "dadah, Gwi Do Hyun."

𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐔𝐒 [shinbi's house]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang