[END] twenty four

81 5 3
                                    

JASAD HAN RUNA perlahan melebur, menyatu ke udara seiring bangunan-bangunan yang hancur kembali tersusun. jalanan yang retak kembali bersatu, dan akar-akar menakutkan itu tertarik kembali kedalam tubuh Han Runa.

Hyomi terengah. ia terhuyung kebelakang, hendak jatuh. tombak cahaya yang tertusuk di perutnya mulai memudar. saat ia benar-benar akan jatuh, seseorang menahan tubuhnya.

pelukan tererat yang pernah Hyomi rasakan. lelaki itu menangis dibahunya, mengeluarkan separuh sesak yang ia pendam sedari tadi. sedangkan Hyomi masih bergeming, menatap jasad Han Runa yang memudar.

matahari mulai terbit, dan Hyomi sadar bahwa mereka sudah bertarung seharian penuh. ia menghela napas lega dan memegang lengan yang dibalut seragam putih itu.

"perang telah usai ...

Rion."

Hyomi tersenyum dan balik memeluk lelaki itu. yang masih terisak seolah tak mau berhenti barang sedetik saja. karena Hyomi yakin, bahwasanya peluk yang ia berikan adalah pelukan ternyaman bagi Rion.

semuanya mulai membaik. gedung-gedung mulai tersusun rapi, dan jalanan yang hancur sudah membaik lagi. matahari sudah mulai naik, menyinari tubuh mereka yang terbalut banyak luka.

Shinbi, Koo bersaudara dan Kanglim mendekati mereka yang sedang berpelukan. mereka tersenyum satu sama lain, menatap Hyomi dan Rion senang.

tampaknya gadis itu tak baik-baik saja. ia terbatuk dan menyemburkan sedikit darah. "bisa lepaskan aku sebentar saja? aku sesak. apalagi jika kau menekanku, pendarahannya akan semakin parah."

mendengar kata pendarahan, Rion refleks melepas pelukannya dan otomatis, Hyomi bisa melihat wajah lelaki itu merah, dan mata birunya masih mengeluarkan air mata.

"astaga ... dia menikammu juga?" bisik Rion dan terisak sebentar. ia mengernyit dan melihat Hyomi terkekeh.

"aku oke, aku masih bisa berdiri. dan ... kamu terlihat cengeng akhir-akhir ini. kamu sensitif sekali soal aku," ujar si kaum hawa, mengelus kepala Rion sensual. membuat lelaki itu tertarik lagi untuk bergelung di pelukan Hyomi.

"tentu! tidak usah bertanya lagi! diamlah!" seru Rion emosi. Hyomi terkekeh mendengar nada bicara lelaki itu yang sangat protektif, dan ia melirik kepada teman-temannya. ia lupa terhadap mereka.

"aku lupa. terima kasih, kalian. aku tak bisa membayangkan bagaimana jikalau aku bertarung sendirian disini. aku juga ... sangat salut dengan kalian."

"bukan apa-apa. kami tanpa bola makhluk dan Shinbi, kupikir aku dan Doori hanya akan jadi manusia biasa." Hari merangkul adiknya yang menangis bahagia, sekaligus akibat sebuah luka yang diterimanya.

"benar, itu. tanpa Shinbi, kalian tak bisa apa-apa." ujar Shinbi sombong, dan mendapat getokan dari Hari karena perkataannya yang sangat arogan.

"kami juga berterimakasih padamu, Hyomi. kalau bukan karenamu, para pemburu makhluk mungkin akan terus beroperasi." Kanglim tersenyum, senyumnya yang hanya ia tunjukkan pada Hari. dan Hyomi bisa merasakan amarah Hari memuncak.

"yah, tak masalah." Hyomi tersenyum dan menguap. "aku mengantuk, demi Tuhan. aku harus tidur selama ... hoam ..." perkataan Hyomi terpotong akibat perasaan mengantuk yang hebat. "... beberapa jam."

"yah, sebaiknya kita juga harus beristirahat." Shinbi tersenyum dan berkacak pinggang. "ayo adakan pertemuan besok! kita akan makan-makan! khusus dariku dan Geumbi!"

Doori, yang mendengar kata makan, langsung berhenti menangis dan berseru senang. Koo bersaudara, Kanglim dan Shinbi lantas masuk ke apartemen, sekalian mengecek Gaeun, Hyunwoo dan Geumbi.

kini, tersisa Hyomi dan Rion disana. Hyomi tersenyum pada Rion, yang masih memeluknya seerat yang lelaki itu bisa. "Rion, bangun."

lelaki itu menggeleng, membuat Hyomi geli karena rambut pirangnya yang berantakan menggesek bahunya pelan. "astaga. geli."

Rion menggeleng lagi. tampaknya ia sangat betah berada di pelukan Hyomi.

"dasar anak manja. ayolah, aku harus mengobati lukaku. kau mau aku ma─⁠─"

"jangan katakan apapun soal ajalmu, demi Tuhan. aku takut itu terjadi."

Hyomi tergelak setelah Rion melepaskan pelukannya, dan menggendong Hyomi dengan sikap sok dingin. "dasar."

dan akhirnya, mereka berdua kembali ke apartemen Shinbi sambil tersenyum lebar, karena perang memang sudah berakhir sekarang.

*****

WITH US

TAMAT















anjay tamat :3

𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐔𝐒 [shinbi's house]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang