─ sixteen

91 10 0
                                    

𝑐𝑜𝑙𝑙𝑦𝑤𝑜𝑏𝑏𝑙𝑒𝑠 ;
[ 𝒏𝒐𝒖𝒏. ] • 𝐛𝐮𝐭𝐭𝐞𝐫𝐟𝐥𝐲 𝐢𝐧 𝐬𝐭𝐨𝐦𝐚𝐜𝐡.

 ] • 𝐛𝐮𝐭𝐭𝐞𝐫𝐟𝐥𝐲 𝐢𝐧 𝐬𝐭𝐨𝐦𝐚𝐜𝐡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


****















PAGI ITU udara seakan mendorong semua orang masuk lagi ke kamar mereka dan bergulung di tumpukan selimut tebal. dinginnya kota Seoul sampai-sampai masuk berita di media sosial manapun. Hyomi─⁠─gadis itu tahan dingin. dia masih bisa berdiri tanpa sehelai syal ataupun jaket. ia hanya menambahkan sarung tangan di telapaknya. bahkan kemeja tipis yang dipakainya hampir terasa basah saking dingin udara di Seoul. rok berendanya juga sama.

siswa siswi di SMA Byeolbit ramai sekali mengeluh tentang cuacanya. banyak yang menyangkut pautkan hal ini dengan kemunculan makhluk; dan itu memang benar.

Hyomi menghabiskan jam pelajaran dengan menatap langit mendung di jendela kelasnya. wajah gadis itu sama mendung dengan awan-awan itu. bahkan ia sampai diancam akan dikeluarkan dari kelas jika tidak berhenti menatap lurus-lurus kesana.

tidak, Hyomi tidak melamun. Hyomi menyimak pelajaran dengan baik, jikalau ditanya ia masih bisa menjawab dengan baik. namun kepalanya berisik, mereka sedang berperang. logika dan hatinya sedang memperdebatkan sesuatu.

pertama, Hyomi memikirkan udara dingin itu. yah, itu memang membuatnya gelisah. sebab sebuah energi kuat diatas langit terasa kentara sekali.

kedua, pertarungannya dengan Rion kemarin malam. ada gerangan apa dia tiba-tiba disuruh untuk membunuhnya? Hyomi sendiri juga; kenapa dia tidak bisa memprediksi hal ini?

ketiga, aura aneh saat ia pergi. setelah Hyomi memeluk Rion tanpa alasan yang jelas, satu aura mencekam yang membuatnya tercekik sedang mengawasinya. Hyomi kenal aura itu. namun, kenapa sangat mencekam, dan lebih menakutkan daripada aura anggota biasa?

keempat, Rion. dimana dia?

Hyomi sudah melirik ke bangku kosong disamping Hari selama beberapa menit. berandai dan menciptakan pemikiran sinting atas kemana perginya lelaki itu.

Hyomi terus saja mengeryit, firasatnya seolah mengatakan sesuatu yang memang kurang benar bagi gadis itu. lantas Hyomi menyambar tas dan kabur dari kelasnya. beberapa orang berusaha menghentikan, namun sia-sia karena dia sangat gesit.

"maaf, pak guru. aku memang tidak berniat masuk kelas hari ini."

****














SEPANJANG JALANAN, Hyomi melihat hampir semua orang mengenakan syal dan jaket tebal. langit makin mendung dari menit ke menit, udara juga makin dingin dari yang seharusnya.

Hyomi mengadah dan menatap awan-awan gelap yang berkumpul dan menyatukan diri. nampaknya akan ada hujan deras disini.

Hyomi akhirnya masuk ke supermarket. ia berniat untuk makan mie sambil menunggu hujan reda─⁠─meskipun tak pasti turun tidaknya.

suara lonceng berdeting, kasir di konter mengucapkan selamat datang dan Hyomi hanya mengangguk. matanya menyusuri seluruh supermarket itu, mencari keberadaan seseorang yang kiranya ia kenali.

di rak bagian makanan ringan, Hyomi menemukan seseorang yang bergelung di sebuah mantel putih. ia kenal mantel putih itu; itu milik Rion.

lantas Hyomi mencetak seringai tipis di bibirnya. ia menyambar keranjang agar orang-orang tak curiga dengan tindakannya yang seperti hendak merampok. dengan perlahan, Hyomi mulai mendekati rak makanan ringan.

dengan jelas, dilihatnya Rion yang masih berdiri disana. entah apa yang ia lakukan di supermarket seperti ini. apakah ia sedang memata-matai seseorang? entahlah.

ditepuknya perlahan bahu Rion. lelaki itu terlonjak, menghadap kebelakang secara refleks dalam sepersekian detik.

"H-Hyomi? apa yang kau lakukan disini?!" Rion berbisik jengkel dan menghela napas.

"aku? aku mencarimu, dasar anak t*lol. absenmu sudah 9 buah bulan ini. ayo kembali ke kelas dan ikut setidaknya satu jam pelajaran saja agar kau bisa naik ke kelas 11." Hyomi merotasi bola matanya dan menarik Rion keluar.

"diam, aku sedang bertugas! setelah aku gagal─⁠─bukan, enggan membunuhmu, ketua pimpinan benar-benar murka dan memberiku misi yang berat."

"apa katamu? ketua pimpinan Aegis benar-benar aneh, ya." Hyomi berkacak pinggang dan akhirnya mengingat sesuatu.

"benar juga. ada yang ingin aku bicarakan padamu." ujar gadis itu pada Rion. Rion menunduk, menatap gadis itu curiga.

"jangan membantingku lagi. kepalaku masih berdenyut bahkan setelah diobati." Rion mendelik sebentar sebelum akhirnya pergi dari hadapan Hyomi.

"si*lan! aku tidak tahu itu kamu!"

****












HUJAN DERAS benar-benar turun beberapa menit kemudian. uap panas dari semangkuk mie yang Hyomi buat mengepul di udara, dan akhirnya melebur.

Rion menatap Gadis itu serius. "apa yang hendak kau bicarakan?" katanya dan mencomot sehelai mie dari sumpit yang kedua.

"itu..." Hyomi menyelipkan beberapa helai rambut yang lolos dari bandonya, dan membenahkan. "apa kamu... merasakan sesuatu dari sini? dari... awan gelap ini?"

Rion menunduk sebentar. ia mengangguk dan mendesah. "aku rasanya tersiksa dengan energi ini."

"aku juga." Hyomi mendesah. ia menatap Rion dan mengernyit karena wajahnya tampak tak nyaman dengan sesuatu. "ada apa, Rion? apa ada yang mau kau tanyakan padaku?" Hyomi bertanya.

"ah, itu..." Rion melirik kesana-kemari gelisah. tampaknya pertanyaan ini membuatnya agak takut. "saat sebelum bertemu denganmu kemarin malam, aku mampir sebentar ke apartemen Shinbi. namun... seseorang memancingku sampai aku bertemu denganmu. apa... kamu di apartemen Shinbi sebelum bertarung denganku?" jelas lelaki bersurai blonde itu.

Hyomi terbelalak. bola matanya melebar dari sekon ke sekon berikutnya. ketakutan yang sedari tadi dia rasakan makin menjadi-jadi, dan ia telah yakin bahwa semua ini sesuai seperti analisanya.

"Rion, itu... bukan aku."

Rion ikut terbelalak saat Hyomi menjawab pertanyaannya beberapa menit lalu. ia berdecih. dalam beberapa detik, ia menciptakan satu teori; apakah mungkin bahwa seseorang yang memancingku kepada Hyomi adalah organisasi Midnight Dream?

Rion menatap mangkuk mie Hyomi. yang telah dicuekinya selama beberapa waktu. helai-helai mie itu mulai mengembang, dan hujan makin deras.

"Rion, aku takut..."

Rion menatap bahu gadis itu. ia gemetar, kentara sekali merasa deja vu dengan energi yang sangat kuat; hanya dari setumpuk awan-awan gelap yang menurunkan buliran air sedingin es batu.

Rion tahu energi ini. Rion tahu apa ini. Rion juga tahu kenapa Hyomi gemetar, dan merasa takut. lantas diulurkannya tangan, mengelus punggung tangan Hyomi lembut. memberi afeksi hangat yang membuat gadis itu melirik.

"R-Rion?"

"tenanglah, aku juga tahu kenapa kau takut."

Hyomi menggigit bibir bawahnya, dan menatap tangan mereka yang masih bergenggaman diantara hujan deras yang melanda.

apa benar, dia akan baik-baik saja sekarang?

========

𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐔𝐒 [shinbi's house]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang