─ four

149 17 2
                                    

"KANG HYOMI," Kanglim berdehem, mengusir canggungnya. "kamu... punya kekuatan? atau, um, maaf. keunggulan? dalam sesuatu hal?"

Hyomi terdiam, mengerutkan dahi. "aku hanya bisa bermain pedang. kebetulan, kakekku orang Jepang. jadi, aku belajar banyak teknik bertarung dengan pedang dari beliau. apa itu cukup membantu?"

Rion mengangguk senang, "tentu! sangat membantu. terima kasih karena sudah mau bergabung dengan kami. kapan-kapan, aku ajarkan kamu pakai kartu Safir. mau?"

"um, sepertinya agak sulit." Hyomi terkekeh pahit. "kapan-kapan saja. terima kasih tawarannya, Rion."

"ekhem," Geumbi menginterupsi percakapan dengan dehemannya yang sekeras toa. "ramalannya sudah dimulai."

Hyomi terlonjak. "eh? secepat itu, kah?" tanyanya. semua bisa memaklumi keterkejutannya─⁠─dia masih baru disini.

"iya, tentu saja. lihat ini." Hyunwoo menyodorkan ponselnya pada Hyomi. di sebuah situs web, sebuah pesan terpampang dengan jelas.

"orang tuaku menghilang beberapa hari lalu saat bekerja. rekan-rekan mereka bilang bahwa ibu dan ayahku tertidur sebentar di kantor. tapi, setelah itu, mereka tidak kembali lagi ke rumah. apa maksudnya?" Hyomi mengernyit membaca pesan itu.

"ini adalah ulah makhluk di ramalan." jelas Gaeun, tidak terlalu spesifik namun cukup jelas. Hyomi makin mengerutkan dahinya, lantas menatap Rion yang sedang menaruh batu ramalan yang dipegangnya ke tanah.

"maksudnya... saat tulisan di batu ini menyala, sedetik kemudian ramalannya akan terjadi?" Hyomi merepresentasikan.

"benar. itu sebabnya kita harus delalu waspada." Hari tersenyum, dan merangkul Hyomi. "ayo berpakaian. kamu tidak mungkin memburu makhluk dengan piyama tipis itu, 'kan? oh iya, bawa pedangmu juga."

Hyomi bersemu, malu. ia lantas terkekeh dan bergegas ke lantai atas untuk berpakaian. juga, mengambil pedangnya. ia tidak tahu apa keahlian itu masih melekat ataukah tidak.

****











































BUKAN SUATU hal yang sulit untuk sekelas Kang Hyomi yang sangat stylish dan memperhatikan gayanya─⁠─untuk memilih pakaian.

tapi malam ini, dia bukan memilih pakaian untuk berbelanja ataupun duduk sambil minum teh di Kafe. ia akan memburu makhluk. iya, makhluk. roh gaib yang dikiranya akan langsung pergi ke alam baka setelah dicabut malaikat kematian.

agak bimbang, Hyomi menatap terus-terusan kepada dua kemeja kesayangannya. satunya berwarna hitam dan satu lagi berwarna putih. setelah menimbang beberapa saat, Hyomi memilih yang putih.

bawahannya sudah ia putuskan beberapa saat lalu. yaitu rok abu-abu tua (yang hampir menjadi hitam) dan stoking ketat berwarna hitam. Hyomi menyukai gaya berpakaian monokrom, itu sebabnya, ia memilih gaya ini untuk pemburuan makhluk pertamanya.

sekitar lima menit berkutat didepan cermin, Hyomi akhirnya puas dengan setelan kemeja putih yang dimasukkan ke rok longgar diatas paha. stoking hitam membalut kakinya, dipadukan dengan heels─⁠─iya, sepatu heels, karena Hyomi sangat ahli memakai sepatu tinggi itu─⁠─dan juga rambut yang diikat satu dibawah kepala.

Hyomi tersenyum, memberi kiss bye kepada pantulan dirinya sendiri di cermin. seraya mengambil pedang  yang bersemayan didalam sarungnya selama 7 Tahun lamanya, memasukkannya ke sabuk khusus yang mengitari pinggang gadis itu.

"baiklah, tunggu aku, Makhluk."

****
















SETELAH BERDEBAT singkat dengan Hari─⁠─yang mengajukan gugatan soal pakaian Hyomi yang menunjukkan lekuk tubuhnya, mereka akhirnya sampai ke rumah seseorang yang mengajukan permintaan kepada Hyunwoo. (kabarnya Hyunwoo membuka sebuah situs dimana orang-orang yang diganggu makhluk ataupun merasa diawasi oleh mereka bisa meminta bantuan kepadanya.)

rumah itu tidak terlalu besar. hanya terdiri dari satu lantai, palet warnanya meliputi cokelat, putih, hijau, dan kerabat-kerabat warna dasarnya. didepan, ada sebuah garasi mobil dan taman yang ditumbuhi tanaman spora.

seorang anak perempuan dengan rambut berwarna biru gelap tersenyum ketika membuka pintu dan melihat Hyunwoo. ia menghela napas lega.

"terima kasih sudah datang, kalian semua. maaf jika mengganggu malam-malam begini. padahal, aku sudah meminta untuk datang besok pagi saja." ujar gadis itu. kiranya, ia 1 tahun lebih muda dari mereka. "namaku Yun-Shik."

"salam kenal, Yun-Shik. ayo bicara didalam, agar tetangga-tetanggamu tidak dengar." Hari menjabat tangan anak itu senang. Yun-Shik mengangguk, lantas memberi isyarat untuk mereka masuk kedalam.

isi rumah Yun-Shik tidak begitu mewah. di ruang tamunya hanya ada sofa berwarna krem dan televisi. ada juga beberapa hiasan seperti tanaman palsu dan juga jam dinding.

"jadi..." Hari membuka topik. "apa kamu bisa ceritakan kronologinya? kalau bisa, dari awal sekali."

Yun-Shik mengangguk, raut wajahnya mendadak pucat─⁠─sepucat mayat. "baiklah," katanya. "kuharap kalian mengerti."

𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐔𝐒 [shinbi's house]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang