─ seven

109 14 2
                                    

SETELAH PUAS merayakan kemenangan, mereka mendekat kearah makhluk waktu, Hari berada dipaling depan.

ditatapnya iris merah makhluk itu seksama. jauh menerawang kedalam jiwanya, kedalam hatinya. sehingga setelah beberapa saat, Hari terlonjak dan terlihat menangis.

"begitu," katanya. "dia tidak jahat. dia hanya korban kecelakaan."

semua orang menatap satu sama lain. termasuk Hyomi, yang masih mengernyit bingung. bertanya-tanya kenapa Hari bisa melakukan hal seperti itu.

"namanya Su-Hae. dia seusia kita." Hari mulai bercerita. dengan lembut ia mengelus kepala makhluk itu. yang perlahan diterangi sinar matahari.

"beberapa tahun lalu, hujan deras turun di kota ini. orangtua Su-Hae yang baru pulang bekerja meminta tolong Su-Hae untuk memberitahu sopir untuk menjemput mereka, karena nomor ponsel sopir keluarganya tidak aktif saat itu."

"namun Su-Hae menundanya, karena dia masih bermain game. sampai orangtuanya harus berjalan pulang ke rumah. saat Su-Hae ingat dia harus memberitahu sopir untuk menjemput orangtuanya, sopir itu sudah pulang."

"akhirnya, Su-Hae bertekad untuk menjemput orangtuanya sendiri. namun, sayangnya, ada pengendara mobil yang mabuk dan menabrak keluarga kecil Su-Hae."

"dan pada akhirnya, mereka pergi ke atas bersama-sama. lalu, arloji itu, yang dihancurkan Hyomi, ternyata adalah pemberian terakhir orangtua Su-Hae. itulah sebabnya Su-Hae tidak menyukai orang yang menunda waktu."

cerita Hari membuat semua orang terharu. terutama Shinbi, yang sekarang sedang terisak dan mengelap air matanya dengan ujung jubah Kanglim.

"begitu, toh." Hyomi tersenyum, lantas berjongkok disamping Hari. "Su-Hae, beristirahat dengan tenang. sampaikan salamku kepada orangtuamu. juga, bisakah kamu kembalikan orang-orang yang menghilang?"

Su-Hae─⁠─makhluk waktu, mengangguk. tubuh seramnya sekarang sudah berubah, menjadi seorang anak 10 Tahun. rambutnya dikucir dua, dan tangannya menggenggam sebuah payung.

"terima kasih, kalian semua. dan... maaf sudah menyakiti kalian." ujar Su-Hae. ia melambai, dan naik ke atas dengan bahagia.

"satu misi selesai!" Sara berteriak senang. ia memeluk Hyomi sekali lagi dan disambut baik oleh gadis itu. jujur dari lubuk hati Hyomi, ia lumayan menyukai pelukan Sara (meski sangat erat).

Rion menatap Sara dan Hyomi bahagia. perlahan bibirnya membentuk lengkungan senyum, dan pipinya bersemu sedikit demi sedikit. matanya mulai melihat sosok orang lain. bayangan Sara mulai berganti menjadi seorang gadis kecil yang setinggi pinggang Hyomi.

gadis itu menggenggam tangannya. ia memiliki rambut hitam, milik seperti Hyomi. gadis itu juga menggenggam tangannya dengan erat, menyaksikan anak yang diawasinya tertawa senang.

sampai saat anak itu membuka mata, Rion cukup terkejut dengan iris berkilau yang memancarkan hawa positif baginya.



















" 𝙩𝙝𝙞𝙨 𝙞𝙨 𝙢𝙚 𝙥𝙧𝙖𝙮𝙞𝙣𝙜 𝙩𝙝𝙖𝙩

𝙩𝙝𝙞𝙨 𝙬𝙖𝙨 𝙩𝙝𝙚 𝙫𝙚𝙧𝙮 𝙛𝙞𝙧𝙨𝙩 𝙥𝙖𝙜𝙚
𝙣𝙤𝙩 𝙬𝙝𝙚𝙧𝙚 𝙩𝙝𝙚 𝙨𝙩𝙤𝙧𝙮 𝙡𝙞𝙣𝙚 𝙚𝙣𝙙𝙨
𝙢𝙮 𝙩𝙝𝙤𝙪𝙜𝙝𝙩𝙨 𝙬𝙞𝙡𝙡 𝙚𝙘𝙝𝙤 𝙮𝙤𝙪𝙧 𝙣𝙖𝙢𝙚
𝙪𝙣𝙩𝙞𝙡 𝙞 𝙨𝙚𝙚 𝙮𝙤𝙪 𝙖𝙜𝙖𝙞𝙣
𝙩𝙝𝙚𝙨𝙚 𝙖𝙧𝙚 𝙩𝙝𝙚 𝙬𝙤𝙧𝙙𝙨 𝙞 𝙝𝙚𝙡𝙙 𝙗𝙖𝙘𝙠
𝙖𝙨 𝙞 𝙬𝙖𝙨 𝙡𝙚𝙖𝙫𝙞𝙣𝙜 𝙩𝙤 𝙨𝙤𝙤𝙣
𝙞 𝙬𝙖𝙨 𝙚𝙣𝙘𝙝𝙖𝙣𝙩𝙚𝙙 𝙩𝙤 𝙢𝙚𝙚𝙩 𝙮𝙤𝙪
𝙥𝙡𝙚𝙖𝙨𝙚, 𝙙𝙤𝙣'𝙩 𝙗𝙚 𝙞𝙣 𝙡𝙤𝙫𝙚
𝙬𝙞𝙩𝙝 𝙨𝙤𝙢𝙚𝙤𝙣𝙚 𝙚𝙡𝙨𝙚
𝙥𝙡𝙚𝙖𝙨𝙚, 𝙙𝙤𝙣'𝙩 𝙝𝙖𝙫𝙚
𝙨𝙤𝙢𝙚𝙗𝙤𝙙𝙮 𝙬𝙖𝙞𝙩𝙞𝙣𝙜 𝙤𝙣 𝙮𝙤𝙪 "

─⁠─enchanted
taylor swift─⁠─
























RENUNGAN YANG sedari tadi membuat Rion merasa tenang terpecah oleh teriakan melengking Sara. Rion langsung melirik, terlihat Hyomi yang merebahkan kepala di bahu juniornya, dengan banyak darah keluar dari mulutnya. membuat seragam Sara yang tadinya berwarna putih pucat menjadi tercampur merah darah.

"HYOMI! HYOMI!"

Rion masih diam. kepalanya terasa pusing melihat Hyomi yang perlahan menutup matanya, hingga pada ujungnya dia pingsan di bahu Sara.

****


















SUARA ALAT deteksi detak jantung bergema di ruangan. berputar-putar di kepala Rion, seperti balapan motor di sirkuit. namun bunyinya mendenging dan sulit diterima.

"dia akan baik-baik saja, 'kan?" untuk kesepuluh kalinya Sara menekuk bibirnya, cemberut, dan menanyai keadaan Hyomi sambil menggoyang-goyang tangan Hari.

"iya, dia oke. dokter sudah bilang begitu, 'kan?" Hari tersenyum maklum sambil memberi sebuah afeksi yang lumayan menenangkan Sara.

"ada yang mengganjal," Gaeun mengernyit sambil bersedekap. gaun terusannya yang berwarna ungu terkena cipratan lumpur di beberapa tempat. membuat gaun itu sedikit becek.

"apa? ada apa?" Sara dengan raut yang aneh─⁠─mencondongkan tubuhnya dan menanti penjelasan Gaeun.

"Hari, apa kau ingat? saat Hyomi tiba-tiba muncul saat kita membicarakan ramalan? dia bilang dia hanyalah gadis biasa yang menguasai teknik pedang. tapi, saat aku melihat gaya bertarungnya... aku tidak cukup yakin bahwa dia hanyalah seorang gadis biasa yang ikut memburu makhluk, seperti Hyunwoo atau aku sendiri." jelas Gaeun panjang lebar.

"jadi, maksudmu... kamu merasa Hyomi menyembunyikan sesuatu dari kita. begitukah?" Hari mengambil interpretasi.

"kurang lebih begitu. aku sudah merasa janggal bahkan saat dia masuk ke sekolah ini." Gaeun menimpal. sementara Sara tetiba saja memprotes gadis berambut hitam lurus itu, karena menurutnya Hyomi normal-normal saja.

"sudah, kalian. oh, iya, Rion, apa pendapatmu tentang ini? apakah ka─⁠─oh? kemana dia?" Hari memotong ucapannya saat sadar Rion  sudah meninggalkan ruangan Hyomi, tanpa satupun jejak.

mereka tak sadar, ada seseorang yang menguping didepan dengan saksama. dia tersenyum, lantas meninggalkan ruangan itu dengan santai.

=======================

𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐔𝐒 [shinbi's house]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang