Bab 6 : Rasa sakit

28 6 0
                                    






Happy Reading






"Gue punya cara."
"Kita buat Jeno celaka."

Itu yang sedari tadi selalu terngiang-ngiang di benak Nam Jaemin. Dia menatap dengan pandangan dan ekspresi yang cukup cemas. Dari awal jam pelajaran pertama di mulai hingga dengan jam pelajaran terakhir selesai Nam Jaemin tidak bisa fokus.

Pikirannya terlalu sibuk menelaah dan mempertanyakan maksud dari perkataan itu. Apa maksudnya? Apakah orang-orang itu ingin melukai Jeno karena ia akan tetap ikut bertanding.

Ngomong-ngomong, sekolahnya mengadakan pertandingan basket melawan sekolah lain. Dan tentu saja pasti Jeno dipilih untuk memenangkan pertandingan itu mewakili sekolah bersama dengan teman satu tim nya.

Tapi Nam Jaemin tidak habis pikir. Siapa orang yang sedang berbicara dengan Jeno di ruangan laboratorium saat itu? Dan kenapa dia tidak ingin Jeno mengikuti pertandingan itu? Dan juga ada apa dengan tangannya Jeno?

Ah! Laki-laki itu jadi takut sekarang. Ia takut terjadi apa-apa dengan Jeno. Ia mendukung Jeno untuk tetap bertanding, karena ia tahu bahwa Jeno sudah berusaha sangat keras.

Hampir setiap hari ia melihat Jeno di lapangan basket bersama temannya atau hanya seorang diri. Dia berusaha agar bisa menang dalam pertandingan itu.

Tuk

Nam Jaemin langsung berkedip saat seseorang mengetuk mejanya pelan. Anak laki-laki itu mendongakkan kepala, menatap seorang gadis yang kini tersenyum padanya.

"Kamu mikir apa? Gak pulang?"

Benar. Jam pelajaran sudah berakhir dan dia malah duduk termenung di kursinya di saat murid lain sudah keluar meninggalkan kelas. Dia berpikir hingga lupa waktu.

Jaemin berdeham rendah. Kemudian ia membereskan buku-bukunya di atas meja. Memasukkan semua bukunya ke dalam tas ransel sekaligus.

Jung Juri yang melihat pergerakan Nam Jaemin nampak sedikit bingung. "Kamu kenapa? Sakit?"

Sang laki-laki mengedipkan mata dua kali, memandang sang gadis yang masih berdiri di hadapannya. Lalu ia menggeleng menjawab pertanyaan Jung Juri.

"Terus? Muka kamu pucet," katanya lagi.

Nam Jaemin lalu berdiri sambil menenteng tasnya di bahu. "Tidak Juri-ya, aku baik-baik saja."

Oh, tentu saja Jung Juri tidak percaya semudah itu. Dia kemudian memegang tangan Jaemin untuk memastikan namun itu malah membuat si empunya terkejut.

"Kamu belum makan siang ya? Tangan kamu juga dingin nih."

Dengan cepat Nam Jaemin menarik kembali tangannya. "Aku tidak apa-apa, hanya kedinginan sedikit."

Jung Juri memundurkan wajahnya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri secara bergantian, bingung dengan pernyataan Jaemin. "Memangnya di sini dingin ya? Kok aku gak ngerasa?"

Tapi yang menjadi lawan bicaranya itu tidak menggubris pertanyaan Jung Juri. Dia kembali melihat ke arah Nam Jaemin dan benar saja, laki-laki itu tidak menatap dirinya. Ia malah menatap ke arah pintu(?)

Story In The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang