Bab 5 : Hadiah dari Jena

33 6 0
                                    





Happy Reading



Apa yang sebenarnya ada di dalam pikiran manusia ketika mereka sedang jatuh cinta? Bahagia, bersemangat, penasaran, dan juga gugup pastinya.

Bahagia karena terus membayangkan dan memikirkan orang yang di cintai. Bersemangat ingin terus bertemu dengan orang yang di cintai. Selalu penasaran dengan suatu hal tentang orang yang di cintai. Serta gugup, ketika berbicara dengan orang yang di cintai.

Semua manusia akan merasakan hal yang sama dan setiap manusia pasti selalu jatuh cinta.

SELALU

Cinta itu tidak mengenal waktu dan tempat. Tidak peduli seberapa tua dan mudanya seseorang. Miskin atau kayanya. Jauh atau dekat. Jika sang maha takdir sudah mempertemukan dua insan dengan berniat untuk menyatukan keduanya, maka tidak ada yang bisa memisahkan kedua insan itu.

Bahkan, maut sekalipun.

Seorang gadis tengah duduk diatas kasur di dalam kamarnya. Memandang keluar dengan jendela yang terbuka lebar. Memangku wajahnya dengan kedua tangan sembari bersenandung tipis, terkadang ia juga senyum-senyum sendiri.

Jeon Jena merasakan angin sepoi yang berhembus mengenai wajahnya. Udara dingin cukup membuat kedua telinga si gadis nampak merah padam.

Tapi sang gadis sama sekali tidak memiliki niatan untuk menutup kedua jendelanya. Ia melihat pemandangan berupa hamparan langit luas dengan butiran-butiran bintang sebagai hiasan.

Meskipun kebanyakan yang ia lihat dari tempatnya adalah sebuah atap-atap rumah dari penghuni lain, tapi setidaknya gadis itu masih bisa melihat langit malam yang cerah itu.

Ah, di saat yang seperti ini tiba-tiba saja ia merindukan sang ayah. Ayahnya kira-kira lagi apa di sana? Apakah khawatir dia tiba-tiba saja pergi atau malah biasa saja?

Tapi sangat mustahil jika ayahnya itu akan bersikap biasa saja di saat ia tidak ada di rumah. Yaa, Jena hanya bisa berharap ia tidak cepat-cepat di temukan.

Dan jujur, Jena sebenarnya menyukai rumah Nam Jaemin karena tempat itu terbuka lebar, ia bisa dengan leluasa melihat bintang-bintang dan juga bulan.

Namun, hanya saja saat ini Jaemin tidak ada di rumahnya. Jena tengah menunggu laki-laki itu pulang, tapi ia tidak juga pulang. Gadis itu bahkan sempat bertanya, apakah sekolah Jaemin biasanya sampai malam hari?

Ini sudah mau larut, tapi Jena juga belum melihat Jaemin melintas di depan rumahnya. Oh, apakah dia sedang bersama teman-temannya?

Jeon Jena seketika menegakkan punggung ketika terlintas di dalam pikirannya untuk mengirimkan pesan saja kepada Nam Jaemin. Seharusnya itu yang ia lakukan beberapa menit lalu, dari pada termenung menunggu kepastian.

Jaemin Jaemin!

|Na, udah pulang belum?
|Kamu di mana?
|Kok lama yaaa?
21:56

Dia langsung mengirimkan tiga pertanyaan berderet kepada laki-laki itu, tapi sampai 3 menit berlalu Jaemin juga belum membalasnya. Artinya sang laki-laki belum membaca pesan dari nya.

Mau tidak mau akhirnya, gadis itu kembali menunggu. Dia membuang napas ke udara dan kembali memangku wajahnya, bosan.

Ngomong-ngomong, Jeon Jena jadi kepikiran tentang Nam Jaemin.

Story In The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang