Bab 8 : Aku menatapmu

17 6 0
                                    






Happy reading







"Jeno, kamu ngapain minta uang sebanyak itu?"

Laki-laki bertubuh tegap yang tengah duduk di atas sofa panjang depan televisi itu hanya melirik sekilas. Melanjutkan menatap layar ponselnya dengan muka datar. Ia menaikkan satu kaki kanannya di atas kaki kirinya.

Jeno lalu menjawab. "Untuk bayar uang lomba."

"Lho? Memangnya harus bayar kalau ikut?" Si wanita mengernyit.

"Iya, kalo ga bayar ga bisa ikut," ucap Jeno.

"Memangnya peraturannya sekarang begitu ya?" Sang wanita paruh baya yang berdiri di depan kompor itu bergumam, namun Jeno masih bisa mendengarnya.

"Ga banyak kok, ma. Nanti kalo menang kan juga untung."

Mama Seo-Yoon menghembuskan napas. Tangannya mengaduk sebuah kaldu di dalam panci sedang yang mendidih. "Tanya sama Papa kamu, Jen."

Jeno. Menaikkan pandangan. Ia menurunkan benda virtual itu dan meletakkannya di atas sofa. "Itu suami mama." Dia mulai memprotes.

Sang wanita mendecak dari tempatnya. "Tapi itu Papa kamu."

"Mama yang minta, kalo aku nanti Papa ga mau kasih." Jeno memutar tubuh, melihat mama Seo-Yoon yang tengah memasak.

Wanita paruh baya itu melihat Jeno selama dua detik, lalu ia bergerak menuju laci yang berada di belakangnya, mengambil satu buah sendok makan stainless dan membawanya kembali ke depan kompor.

Ia memutar knob kompor ke kiri hingga api dari kompor perlahan-lahan padam lalu menghilang. Sebuah uap menyerbu keluar saat ia membuka tutup panci bening di sebelah kiri, sementara panci di sebelah kanan tidak tertutup.

"Turnamen mu sudah tinggal dua hari lagi, tapi kamu baru ngomongnya sekarang. Dadakan banget," suara halus sang wanita, menatap anak laki-laki semata wayangnya itu.

Jeno menghela samar. "Ga tau. Baru aja di kasi tau tadi."

"Batas waktunya sampai kapan?"

"Besok jam dua belas siang."

Mama Seo-Yoon berhenti dari aktivitasnya. Dia melihat Jeno dengan pandangan yang sulit dibaca. Wanita itu kemudian mengambil sendok yang ada di sebelah tangannya, menyendok sebuah kaldu kemudian mencicipinya setelah meniup kuah kaldu panas itu.

Dia masih belum menjawab ucapan Jeno. Sang wanita memilih untuk fokus pada masakannya terlebih dahulu. Ia menambahkan seperempat sendok garam ke dalam kuah kaldu, karena menurutnya rasa kuah kaldu itu masih kurang gurih. Mengaduknya perlahan dengan centong lalu kemudian mencicipinya lagi dengan sendok.

Ia mengangguk kecil ketika rasanya sudah pas di lidah.

"Papa kamu belum pulang di jam segitu, Jen. Dia pulang jam empat sore," mama Seo-Yoon menjawab.

Itu benar. Jeno melupakan satu hal yang penting. Papa nya itu sekarang tidak berada di rumah selama 3 hari. Ia sedang berada di Busan, melakukan perjalanan bisnis selama 3 hari dan pulang besoknya pukul 4 sore.

Story In The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang