Happy Reading
Satu jam yang lalu.
Brak!
"Aduh! Lo taro dimana sih bukunya?"
"Tadi gue taro sini." Gadis dengan surai pendek menunjuk laci mejanya.
"Tapi ini gak ada." Jung Juri menghela frustrasi.
Dia mengusap rambutnya ke belakang dengan kasar. Entah sudah berapa kali ia menghembuskan napas ke udara, yang pastinya ini sudah ke sekian kalinya. Gadis itu mencari buku catatan biologinya yang beberapa jam lalu ia pinjamkan kepada Ryujin. Tapi saat ia ingin mengambilnya kembali buku itu sudah tidak ada di tempatnya dan membuat Ryujin panik.
Hujan sudah reda beberapa menit yang lalu. Menyisakan basah juga tetesan air yang jatuh dari atas atap. Jung Juri harusnya sudah pulang 20 menit yang lalu, dan seharusnya ia sudah berada di rumahnya. Tapi nyatanya kini, ia masih berada di sekolah yang semakin sepi karena para murid sudah memutuskan untuk pulang ke rumah.
Di karenakan ia harus mengambil kembali buku catatan biologinya agar ia bisa belajar di rumah, jadi ia memutuskan untuk tetap tinggal dan menunggu Ryujin yang sedang mengikuti ekskul seni musik bersama beberapa murid yang lain. Tidak banyak, hanya sekitar 10 sampai 15 orang.
Dan sekarang sudah pukul 4 lewat 30 menit. Hujan memang sudah reda, tapi Jung Juri yakin sekali seratus persen bahwa hujan akan turun kembali, karena ia melihat langit tidak kunjung cerah dan semakin gelap.
Dia harus pulang sekarang sebelum hujan turun lagi.
Juri kemudian menghampiri Ryujin yang masih sibuk mencari buku catatan biologi miliknya. "Lo yakin bukunya ada di situ?"
Ryujin berdeham. Dia mengangguk yakin.
"Gue yakin banget gue simpen di sini. Sebelum latihan juga masih ada," katanya tanpa keraguan.
"Trus bukunya mana?"
Ryujin menggeleng, napasnya sedikit menggebu. "Gue gak tau anjir! Kalo gue tau mungkin udah ketemu dari tadi."
"Kok lo yang ngegas?!" Juri mengernyit mendengar temannya itu menaikkan nadanya satu oktaf.
Sementara itu Ryujin tidak menjawab, dia sibuk memikirkan kemana perginya buku catatan biologi milik Jung Juri.
Dia yakin sekali bahwa ia meninggalkan buku catatan itu di laci meja miliknya, dan dia sangat yakin dan berani bersumpah bahwa dia tidak pernah memindahkannya kemanapun atau membawanya ke suatu tempat.
Sang gadis menghela pasrah ketika tak kunjung menemukan buku catatan milik Jung Juri. Dia bersandar di tepi meja dengan pandangan yang putus asa. "Nanti gue coba gantiin buku lo kalo kagak ketemu. Kayaknya ada yang ngambil buku lo sih."
Jung Juri terheran dengan pernyataan Ryujin. Bagaimana bisa? Siapa yang berani mengambil bukunya tanpa izin?
"Siapa?"
"Yang gue kagak tau ege. Kalo gue tau mungkin sekarang udah ketemu," Ryujin mendengkus.
Jung Juri juga ikut mendengkus samar. Dia memutar bola mata lalu kemudian melotot kaget ketika melihat arloji kulit yang melekat dipergelangan tangan kanannya. Tidak terasa sekarang sudah pukul 5 sore, dan dia belum juga keluar dari sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story In The Rain
Teen Fiction❝Ketika sang hujan menyimpan sebuah cerita kelam dari si pengagumnya.❞ Tentang hujan. Tentang cinta. Tentang keluarga. Tentang pertemanan. Dan, tentang si pengagumnya.