Bab 11 : Hujan dan Nana

15 4 0
                                    






Happy reading







"Jena-ya, kamu tidak kepanasan?"

Sang gadis yang mendapatkan pertanyaan itu langsung segera menoleh kearah Nam Jaemin yang berdiri menjulang disebelahnya. Jeon Jena menyipitkan mata saat terlalu banyak cahaya yang masuk ke matanya. Netra legam itu kini berubah menjadi warna coklat.

Dia lalu menggeleng sambil merapikan sedikit rambutnya yang berantakkan karena ulah angin. "Nggak kok, cuman panas dikit aja," katanya.

"Kamu kepanasan?" Kini gantian Jena yang bertanya.

"Tidak. Angin membuatnya tidak terlalu panas," jawab Nam Jaemin.

Pukul setengah 4 sore. Nam Jaemin dan Jeon Jena sekarang berada di taman Yeouido Hangang. Menikmati angin berhembus dan bertemu dengan air di sungai Han yang tenang. Banyak orang yang berjalan kaki, berlalu lalang. Entah hanya untuk sekadar berjalan atau berlari pelan. Dan ada beberapa dari mereka yang menaiki sepeda.

Ah, melihat sepeda. Nam Jaemin jadi merindukan sepedanya yang rusak dan sudah tidak berbentuk. Sepeda kesayangannya yang sudah menemaninya selama hampir 5 tahun. Meskipun itu hanya sepeda pemberian yang nampak usang, tapi sepeda itu setidaknya masih kuat untuk dikayuh dan mengantarkannya ke tempat yang ia inginkan.

Namun, kini. Sepeda itu sudah terpisah-pisah dan ia tidak bisa memperbaiki nya. Jena mengatakan kepadanya untuk perbaiki saja di bengkel. Tapi itu pasti akan memerlukan biaya yang tidak murah, dan uangnya tidak cukup untuk membayarnya. Jadi ia memilih untuk menabung saja terlebih dahulu.

Uang tabungannya telah habis karena ia harus membayar iuran sekolah yang sisa setengah. Ia juga masih bingung siapa yang membayar setengah uang iuran sekolahnya. Nam Jaemin tidak bisa menebak-nebak siapa orangnya. Ia tidak punya target.

Dan untung saja ia bisa membayar uang iuran sekolah dengan tepat waktu tanpa harus menunda-nunda lagi, jika ia tidak membayar uang iuran tepat waktu maka ia tidak akan bisa mengikuti ujian sekolah pergantian semester.

Sekarang ia masih duduk dibangku kelas 11 SMA. Dan ia membutuhkan waktu sekitar 5 bulan lagi untuk bisa naik ke kelas 12. Nam Jaemin memiliki tujuan, saat ia naik ke kelas 12 nanti, ia ingin belajar dengan giat agar bisa mendapatkan peringkat pertama, dan mungkin dia akan masuk ke universitas.

Awalnya, Jaemin pikir ia tidak ingin meneruskan ke universitas. Ia ingin bekerja saja, mencari uang agar ia tidak merepotkan orang lain termasuk pamannya. Namun hati kecilnya menyuruhnya untuk menyetujui tawaran sang paman. Dan dengan begitu, jika ia sudah sukses nanti ia bisa membalas kebaikan sang paman.

"Nana."

Nam Jaemin sedikit terperanjat, kembali ke kenyataan. Laki-laki itu menoleh kearah Jeon Jena yang memanggil sambil menepuk pundaknya pelan.

"Ada apa?" tanyanya.

Gadis itu terkekeh. Lensa matanya terlihat berwarna coklat saat terpapar sinar matahari. "Kamu mau naik sepeda nggak?" tawar si gadis.

Nam Jaemin memandang ke depan, kearah orang-orang yang sedang bermain sepeda mengeliling taman. Lalu ia kembali menatap sang gadis. "Kamu mau?"

Jena mengangguk antusias. Dia menunjuk sebuah sepeda dengan dua tempat duduk. "Ayo, naik yang itu."

"Kenapa yang itu?" Kening Nam Jaemin berkerut tidak terlalu dalam.

"Apanya kenapa?"

"Kenapa tidak yang terpisah saja?" tanya Nam Jaemin lagi.

Story In The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang