01

2K 68 0
                                    

sinaran mentari bahkan tak mampu mengusik Ganara Jinadhamo dari tidurnya. pekerjaan paruh waktu yang digelutinya benar-benar terasa melelahkan.

dering ponsel terus berbunyi menampilkan sebuah nama yg ia kenal

"Hoy! bangun, gila ya lo Gana. ini jam 10!" teriakan Mark berhasil mengusiknya, namun bukan Gana namanya jika rela meninggalkan kasur kesayangannya itu.

"berisik Mark. lagian baru juga jam 10"

"kita ada kelas jam setengah 11 Gana, jam nya pak Mulyo!" mendengar nama dosen yg terkenal Killer itu berhasil mengumpulkan jiwa Gana dalam sekali hentak.

seantero GMM&Universitas tentu tau siapa pak Mulyo. seorang dosen Fakultas Seni yang begitu tegas, bahkan pak Mulyo tak segan-segan menggoreskan huruf "F" pada siapapun yang melanggar segala rules nya.

"Mampus! lupa!"

"bodoh. buruan lo udah kagak usah mandi gakpapa"

memasuki semester 3 memang bukan masa yang bisa di bilang mudah sebagai seorang mahasiswa sekaligus pekerja. sudah sejak lulus SMA Gana memilih untuk tinggal seorang diri, keluar dari kehidupan mewahnya bersama keluarga Jinadhamo dan selama itu juga ia berjuang memenuhi kebutuhan hidupnya.

apakah tuan Michelle Jinadhamo membiarkan Gana hidup susah? tentu tidak. tumpukan amplop berwarna putih itu sudah tertumpuk di laci meja belajar kecil di sudut kamar kos Gana sejak ia keluar dari rumah. Gana tak pernah membuka amplop-amplop tersebut, semua uang yang Michelle Tranfer pada rekening nya pun selalu Gana kembalikan saat itu juga.

"Saya kirimkan kamu uang bulanan untuk bulan ini, jangan gak di pakai ya Gana" bar Notifikasi chat pada ponsel Gana kembali menampilkan pesan singkat dari Michelle. Gana tak merespon kendati memilih bergegas jika tak ingin gagal pada kelas seni terapan dari pak Mulyo.

......

....

..

"Gila pak mulyo kenapa tiap hari ngasih tugas sih? kan pala gua mau pecah" Mark, sahabat Gana sejak mereka duduk di bangku SMA. pria dengan rambut sedikit ikal itu memang tak suka pelajaran. beruntung Gana membantunya selalu dalam belajar

"yeh elu ajah senengnya nimbun tugas. tuhas kemarin aja belum kelar kan" ucap Neo. pria yg selalu berada di posisi dua setelah Gana. meski terlihat selewengan, Neo memiliki otak yang cukup pandai.

Gana hanya tersenyum melihat kedua temannya yang sejak tadi asik bertengkar, pemandangan yg tak asing lagi baginya.

"oh ya gan. lo masih belom balik? masih part-time? kebetulan kemarin abang gua nyari orang buat jaga Club nya, lo mau? cuman jadi waiters ajah kok, kerja dari jam 9 malem sampe jam 12. soalnya karyawan dia yang biasa lagi sakit." tawar Mark

Gana mengangguk, baginya sekarang part-time apapun akan ia lakukan demi menuntaskan pendidikan nya. "boleh deh, club yang si slipi itu kan? entar lo anter gua kesana"

"aman"

"lo, masih gak mau pulang Gan?"

"gua juga gak tau kemana harus pulang. udah ah gua ada kerjaan bentar lagi, cabut duluan ya"

"hati-hati lo" Neo dan Mark hanya bisa memandang punggung Gana yg mungkin dipaksa untuk tangguh. kedua orang itu tentu tau bagaimana kehidupan Gana sebelumnya.

Gana Jinadhamo bukanlah anak yg terlahir dari keluarga biasa. Michelle Jinadhamo adalah seorang pria kaya yang sukses di bidang properti khusus nya Hotel and Resort sementara suaminya Avian Witanata seorang pria yang sukses di bidang Fashion and Modeling. sejak zaman sekolah Gana sudah menjadi trendsetter, begitu banyak pria maupun wanita yang berharap menjadi kekasihnya. Sikap Gana yang begitu friendly, rendah hati, dan juga pintar membuatnya benar-benar nampak sempurna.

Gana tak pernah turun dari peringkat nya. sampai suatu ketika saat mereka berada di akhir kelas 3 SMA Gana berubah, entah apa yang membuatnya memilih melepas segala privilege keluarga Jinadhammo. Gana bahkan melepaskan Beasiswa nya ke Inggris dan memilih berkuliah di Jakarta meninggalkan kota bandung yang kala itu menjadi kota paling menyenangkan untuknya.

.....

...

..

Jam dinding menunjukkan pukul 12 lebih 30 menit, sudah 30 menit berlalu sejak shiftnya berakhir namun Gana masih terdiam di belakang Bar tempatnya bekerja, menyesap sebatang rokok di tangannya. langit Jakarta pada malam hari selalu nampak begitu menyedihkan, Gana merindukan kebahagiaan nya dulu. saat dimana rumah adalah sebuah tempat terhangat untuknya.

lamunan Gana terhenti kala sebuah notifikasi pesan masuk kedalam ponselnya

Pappo: 

"Gana, lusa Naka wisuda. kamu bisa pulang kan gan ke bandung? sekalian pappo kangen kamu"  Gana terdiam seraya membuang sisa rokok yg masih setengah itu. tangannya seolah tak mampu menekan tools huruf pada keyboard ponselnya selepas membaca pesan dari Pappo.

Gana: 

"Gana kerja pap, besok juga ada kuliah pagi. gak bisa"  

Bohong jika Gana tak ingin berlari ke bandung saat ini juga. ia begitu merindukan papponya. rindu Bihun goreng kecap masakan Pappo, rindu bagaimana dengan telaten Pappo mengurusnya.

Pappo :

"Gana. kamu ga pernah hadir di setiap moment adik kamu, Naka sedih. apa lagi lusa itu kelulusannya, dia bakal kecewa banget kalo kamu ga datang nak. biar gimanapun Naka itu adik kamu" 

"adik? haha" Gana hanya dapat tertawa nanar meratapi hidupnya kini

Gana: 

"gana usahakan. tolong jangan paksa" 

pesan Line itu berakhir setelahnya, Gana tak kuasa menahan air matanya malam ini. rasanya begitu menyakitkan kala mengingat memorinya di beberapa tahun kebelakang. memori dimana semuanya masih baik-baik saja, dimana semuanya masih pada tempatnya masing-masing.

"ppo, gana kangen. gana juga kangen Naka. gana kangen daddy. kangen rumah"

.....

...

..

Gana terdiam di bawah sebuah pohon di halaman sekolah nya dulu. siang itu begitu banyak orang yang bersuka cita merayakan kelulusan mereka, setiap keluarga terlihat begitu bahagia. termasuk sebuah keluarga yang kini menjadi fokus pandangannya.

Naka dengan kedua orang tuanya. Pappo dan Daddy terlihat begitu bahagia berkat kelulusan Naka, Pria kecil itu juga terlihat begitu bahagia karena siapa sangka bahwa ia mendapatkan begitu banyak stiker pada baju seragamnya.

naka yang tak pernah memiliki teman, Naka yang hanya mau mengekor pada Gana, naka yang menganggap bahwa Gana adalah teman yang cukup untuk ia miliki.

"lo berhasil Naka. selamat atas kelulusan lo" bisik Gana tanpa sedikitpun mendekat. Gana tak ingin merusak kebahagiaan semua orang hari itu. semua sudah terlihat sebagaimana seharusnya

Keluarga Jinadhammo tanpa Gana adalah sebuah porsi yang seharusnya. Gana ingin memilih membalikan tubuhnya menjauh pada keluarganya itu. sudah cukup baginya mengganggu apa yang bukan menjadi miliknya. sudah saatnya Gana berikan tempatnya pada pemilik yang seharusnya. Naka Jinadhammo satu-satunya ahli waris keluarga Jinadhammo.

"maafin gua Naka. sekarang semuanya gua kembaliin ke lo. semua yang seharusnya jadi punya lo. maaf gua udah rebut semuanya"

...

..

.

Semesta Untuk Naka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang