Pintu ruangan berwarna Abu itu terbuka menampilkan sosok Naka yg sedikit terengah akibat berlari. Gana tersenyum seraya masih terduduk di atas kasur.
"Hai adek"
"Abang!!" Naka menghambur dalam dekapan Gana. Hangat. pelukan Gana selalu hangat dan penuh ketenangan. Naka menangis seraya bersandar pada bahu sang abang
"aduh haha hati-hati nanti jatuh"
"abang kenapa hikss abang tega. abang jahat!"
"aw aw Sakit dek ampun" Gana meringis kala Naka yg semula memeluknya kini menghujami tubuh lemah nya dengan pukulan-pukulan ringan namun tetap sakit bagi Gana yg baru saja pulih dari tidur panjangnya
"eh-sakit bang? maaf-maaf. mana yg sakit"
"engga, engga. udah. abang baik-baik aja kok hm" Naka yg melihat senyum teduh sang Abang seketika kembali memangis. sungguh Naka bersyukur karena tuhan masih mengizinkannya memiliki Gana
"abang, Naka kangen abang" keduanya kembali saling berpelukan, Gana memejamkan kedua matanya merasa lega karena akhirnya semua baik-baik saja. Gana bersyukur karena Tuhan masih melindungi adik mungilnya itu.
"abang juga kangen Naka. kangen banget. maafin abang yah abang terlambat"
"no. engga abang, abang ga terlambat maaf karena Naka ga dengerin abang dan buat abang jadi kaya gini"
"ga apa Naka, abang udah janjikan bakal terus jaga Naka hm"
"iyah. abang" Gana tersenyum menatap lembut kearah sang adik.
"Naka udah tau semuanya, mulai sekarang biarin Naka ikut jaga abang. Naka mau temenin abang sama kaya abang yg selalu nemenin dan selalu ada buat Naka, Naka mau marah tadinya karena abang rahasiakan hal sebesar itu tapi Naka ga bisa marah sama abang, karena Naka sayang abang"
Gana sedikit terheran dengan ucapan sang adik dirinya melirik ke arah Mile dan Al yg sejak tadi menyaksikan kemesraan keduanya. Mile dan Al menganggukkan kedua kepala mereka dengan kompak seolah tau apa yg akan jadi pertanyaan Gana pada mereka
"maaf. maafin abang Naka"
"hm. don't worry bang, everything will be oke"
....
..Sudah dua hari sejak Gana sadar, pria itu seolah memanfaatkan kesempatan dengan baik. Naka sering menghela nafas menghadapi tingkah manja sang abang
"Naka mau minum" rengek Gana, Naka melirik sekilas kearah gelas yg berada diatas meja nakas tepat di samping Gana
"itu udah adek isi kok gelasnya bang, tinggal minum aja"
"maunya di suapin" tolong seseorang tahan Naka untuk tidak melemparkan remot tv pada kepala sang abang
"ish. kayanya yg luka perut kenapa yg rusak otak si bang?" omel Naka namun pria mungil itu masih menuruti permintaan Gana
perlahan ia mendudukan diri tepat disamping Gana, menyuapi pria itu minum secara perlahan
"udah?"
"hm. makasih hehehe" Naka menggeleng sekilas merasa kesal dengan tingkah sang abang.
"eeh-" Naka sedikit terkejut kala sebuah tangan melingkar di pinggangnya rampingnya. tentu siapa lagi pelakunya jika bukan Gana
Gana memeluk pinggang Naka, menyandarkan kepalanya pada dada bidang sang adik. Nyaman. Gana tak pernah menemukan pelukan seseorang senyaman ini selain Naka.
Naka? jangan di tanya. pria mungil itu sudah terlihat begitu mirip dengan tomat. wajahnya memerah bahkan ia sulit menghentikan debaran yg begitu cepat pada jantungnya. Naka tau bahwa Gana bukanlah saudara kandungnya namun apakah tidak apa untuk melewati batas seperti ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Untuk Naka
FanfictionGana tak pernah tau siapa dirinya namun ia tau pasti bahwa ia mencintai sang Adik