23

773 56 1
                                    

Gana masih berdiri pada posisinya sejak satu jam yang lalu. udara bandung yg mulai dingin pada malam hari itu berhasil membuat nya sedikit mengigil, beruntung jaket lepis yg ia kenakan cukup tebal.

"Naka, please maafin abang" bisiknya seraya menatap kearah jendela di mana kamar Naka berada. Gana tau jika pria mungil itu belum tertidur karena Naka tak pernah bisa tidur jika lampu kamar nya masih dalam keadaan menyala.

"Naka, kamu beneran ga mau nyuruh abang masuk? kalian itu ada apa sih?" ucap Al yang sejak tadi tak tahan ingin membukakan pintu untuk Gana

biar bagaimana pun Gana adalah putranya, Al tak tau ada prahara apa di antara kedua putranya itu hingga Naka begitu marah pada Gana. Naka dan Gana memang tak jarang bertengkar namun keduanya selalu bisa kembali baikan bahkan hanya beberapa menit saja.

"biar aja pappo, biar abang belajar"

"sayang, kasian itu abangnya mana mau hujan, di luar pasti dingin loh. daddy aja ga tega liat abang"

baik Al maupun Mile bukan tak ingin membukakan pintu, sayangnya kunci rumah utama serta cadangan mereka sudah berhasil di sembunyikan oleh Naka yg membuat keduanya mau tak mau hanya pasrah dengan apa yg Naka lakukan.

"Ppo. Naka ngantuk mau tidur, Pappo bisa keluar dulu ga?"

"sayang, ada baiknya kamu bicarain masalah kamu sama Abang baik-baik. apapun itu kalau di hadapi dengan emosi ga akan ketemu jalannya nak"

"iyah tapi sekarang Naka ga mau ketemu abang. Naka mau sendiri dulu ppo, bisa kan kasih Naka ruang?"

"baiklah, kalau kamu butuh apa-apa bilang pappo yah? pappo ada di ruang tengah"

"um"

Sepeninggalan Al dari kamarnya membuat Naka kini kembali mengintip dari celah gordennya. dari atas sana Naka memperhatikan bagaimana Gana yg tak merubah posisinya selama lebih dari 1 jam. pria itu masih terus berdiri memandang kosong ke arah pintu sambil sesekali mendongak memandang kamar Naka, berharap jika dirinya bisa berbicara dengan Naka walau sebentar.

Naka benar-benar memblok akses Gana untuk sekedar menjelaskan apa yg terjadi, bagi Naka segala apa yg keluar dari mulut Gana hanya akan menjadi sebuah kebohongan saat ini.
.....
...
..
Naka terkejut dari tidurnya kala sebuah alarm di ponselnya berbunyi, jam menunjukkan pukul 8 pagi.

Yah, Naka tak sengaja tertidur tadi malam. ia bergegas melirik kembali kearah jendela kamarnya. jalanan terlihat basah bahkan beberapa jejak hujan masih tertinggal di pepohonan.

"semalem hujan? terus abang gimana?"

langkah kaki Naka terdengar terburu-buru menyusuri anak tangga membuat Mile dan Al yg tengah berada di meja makanpun menoleh

"awas jatuh adek udah berkali-kali juga pappo kasih tau jangan lari-"

"Abang mana?" ucapan Al tertahan kala pertanyaan itu keluar dari mulut Naka yg terlihat begitu panik.

Naka begitu paham jika sang abang tidak sekuat dirinya, fakta bahwa pria itu mudah terserang penyakit saat terkena hujan membuat Naka begitu mengkhawatirkan sang abang

"kamu itu, sebegini khawatirnya sama abang pakai segala jual mahal. abangnya di kunciin kaya gitu sekarang panik kan" ledek Mile seraya membuka lembaran demi lembaran koran di tangannya

"ishh daddy Naka serius."

"ya daddy ga tau, coba tanya pappo"

"ppooo?"

"ga tau sayang, tadi pagi begitu pappo buka hordeng abang udah ga ada. mungkin dia pulang kali sebelum hujan"

"tapi kalo dia kehujanan gimana? abang tuh ga bakal nyerah gitu aja ppo"

Semesta Untuk Naka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang