08

454 37 1
                                    

waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, Gana baru saja kembali dari pekerjaan paruh waktunya di bar. lelah, tapi Gana tak ingin larut dalam kepayahannya. Mile masih terus mengiriminya uang bulanan, bahkan pria itu tak segan menginvestasikan dana pada minimarket tempat Gana bekerja tentu tanpa sepengetahuan pria jangkung itu

"Naka" Gana terdiam kala melihat sosok Naka berdiri tepat didepan kosannya, bukan karena Naka yg masih berdiri di depan kosan padahal pria mungil itu tau dimana Gana meletakkan kunci kamarnya. namun karna penampilan Naka yg berbeda. Naka hanya mengenakan piyama tipis dengan kaus kaki sebagai alas pijakannya.

"hiks hikss abang...pappo.. hiks"

"Naka hey hey, kamu kenapa pelan-pelan pappo kenapa?"

tubuh Naka lemas, ia bahkan tak sanggup berdiri tegar di depan sang abang, beruntung Gana dengan sigap menopang tubuh Naka. "pappo di rumah sakit bang, hikss. pappo.. ayok pulang bang"

"pappo masuk rumah sakit?"

Hati Gana terasa menjerit kala mengetahui fakta tentang keadaan pappo, Alvian mungkin memang bukan papa kandungnya namun Alvianlah yg membesarkannya dengan penuh cinta, mendidik Gana sepenuh hatinya sehingga pria jangkung itu tumbuh menjadi anak yg cerdas. Gana mengkhawatirkan papponya.

Mobil putih itu melaju menerjang keheningan malam kota Jakarta, beruntung jalanan menuju bandung cukup lenggang. di keheningan malam itu Gana menangis seorang diri, sudah berapa tahun ia tak kembali, sudah berapa lama ia meninggalkan sang pappo sendirian.

pandangan Gana kini menatap sekilas ke arah Naka yg tertidur, pria mungil dengan mata sembab dan hidung merah itu begitu pulas dalam tidurnya. Gana sadar, begitu banyak orang yg dirugikan akibat ulahnya.

"maaf" gumam nya.

......
...
..

Mile tersenyum kala menangkap sosok Gana di lorong rumah sakit pagi itu. sungguh mile sangat merindukan putranya itu. "hai abang. dari mana?"

"beli sendal sama baju di toko depan. Naka semalam panik, dia sampai ga pakai alas kaki dad, bajunya juga tipis. takut dia masuk angin" Gana tak berubah. dia masih tetap begitu perduli pada adiknya, Mile begitu ingat bagaimana putra sulung nya selalu mengutamakan sang adik.

"ngobrol dulu yuk?" Gana tak menjawab namun mengekor pada Mile yg kini menempatkan keduanya di salah satu bangku taman. memandang beberapa pasien yg sibuk dengan aktifitas masing-masing.

"gimana jakarta gan?"

"nothing special."

"kuliah lancar?"

"yah begitulah"

"kamu masih belum menemukannya?" Gana terdiam mendengar pertanyaan yg dilontarkan Mile padanya. karena memang itu kenyataannya. sampai detik ini Gana tak tau dimana orang tua kandungnya bukan.

"Gana. kamu tau tidak dahulu Daddy dan pappo kami sulit memiliki anak. sampai akhirnya kami pergi kesebuah panti asuhan di jakarta. disana kami melihat begitu banyak anak kecil yg lucu dan menggemaskan tapi pappo saat itu jatuh cinta sama anak yg bahkan belum bisa berjalan."

Mile tak kuasa menahan air matanya. kenangan tentang Gana yg mereka adopsi saat usianya baru 7 bulan. Gana begitu terlihat menggemaskan saat itu. benar-benar membuat siapapun yg melihatnya akan jatuh cinta pada nya. "akhirnya kita adopsi kamu. kamu begitu cerdas gana, mudah belajar. dan kamu begitu periang. daddy dan pappo begitu bahagia. sampai saat usia kamu satu tahun, Naka hadir di rahim pappo. kamu seneng banget waktu tau mau punya adik loh"

hening. Gana masih terdiam mencoba mengingat kembali masa kecilnya yg bahkan tak begitu jelas ia ingat. "kamu seneng banget tiap Pappo ajak siapin keperluan buat Naka, sampai pas Naka lahir kamu yg paling sigap segala urusan Naka. kamu suka banget kalo udah disuruh pappo jagain Naka yg masih bayi waktu itu padahal usia kamu juga belum 2 tahun. ah daddy inget, waktu kamu mau ulang tahun yg ke dua, kamu nangis karena Naka ga bisa niup lilin hahaha padahal Naka masih kecil pas itu"

Semesta Untuk Naka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang