Malam itu Naka tak bisa tidur karena tubuhnya yg tiba-tiba demam di tambah luka di sekujur tubuhnya akibar perbuatan Prima tempo hari benar-benar menyiksa.
"astaga sakit" Naka memegangi perutnya. entah karena pukulan itu atau penyakit lain rasanya begitu menyiksa.
"abang. sakit-" Dengan tubuh gemetar ia mencoba menghubungi Gana meminta bantuan namun sepertinya pria tinggi itu sedang sibuk.
20 panggilan Naka tak terjawab, kepala Naka mulai pusing, Naka tak ingin berakhir mati konyol di kamar hotel seorang diri. dengan sedikit terhuyung dirinya memilih berjalan perlahan keluar kamar untuk mendapatkan bantuan
"to-tolong" lirihnya sebelum semua nya menjadi begitu gelap. tubuh Naka tak dapat ia kendalikan lagi hingga dirinya kehilangan kesadaran. namun Naka sempat mendengar seseorang memanggil namanya.
"Naka!"
.....
..
.Gana berlari setelah mendapat kabar dari seorang anonim bahwa Naka di larikan kerumah sakit malam itu. pikirannya kalut, bahkan ia tak menghiraukan segala omelan dari Daddy mile di grup keluarga nya
Gana merasa bersalah, apa yg Daddy bilang benar. Gana tak pernah berhasil dalam menjaga Naka. sejak dulu hingga detik ini.
"maaf. maafin abang Naka" ucapnya seraya terus menyusuri koridor rumah sakit yg mulai sepi.
"sus, maaf kamar pasien Nakara Jinadhammo di mana ya? saya abangnya." ucapnya tepat di depan meja perawat di lobby rumah sakit.
"Tuan Nakara ada di kamar VIP 1 kak. boleh lihat KTP nya terlebih dahulu kak?"
"oh ini, saya beneran kakaknya sus" ucap Gana berusaha meyakinkan sang perawat. setelah berhasil mendapatkan kartu kunjungan Gana kembali berlari mempercepat laju nya agar bisa menemui Naka
....
...
..Pintu coklat itu seketika terbuka, Naka tekerjut kala melihat sosok Gana yg seketika berlari kearahnya dan mendekap erat tubuh lemahnya itu. "a-abang"
"hikss. maaf, maafin abang Naka" ucap Gana yg menahan isak nya dalam dekapan Naka.
Naka tersenyum seraya mengusap lembut punggung sang abang guna memberikan pria jangkung itu ketenangan.
"abang. omongan daddy jangan di dengerin yah? Naka gak kenapa-kenapa kok. abang gak salah, jangan nangis dong masa cengeng gini"
pelukan itu merenggang memberikan jarak bagi keduanya. kedua tangan Naka terulur menangkup kedua pipi milik Gana, mengusap jejak air mata di wajah manis sang abang yg sungguh ia rindukan. "udah gede, gak boleh nangis hm"
"kamu juga nangis." ucap Gana seraya mengusap sedikit air mata dari sudut mata indah milik Naka.
"abang sih nangis, Naka jadi ikutan-"
"abang kangen naka." satu kata yg berhasil membuat kedua pipi Naka memerah.
"Naka juga kangen abang, kangen banget."
Malam itu menjadi saksi bahwa pertahanan Gana telah hancur. Hatinya berhasil mengalahkan ego nya. Gana tak mau meninggalkan Naka lagi.
"Naka ada salah yah sama abang?"
"kenapa Naka bilang gitu?"
"karena abang menjauh. abang keluar dari rumah terus abang jarang chat, jarang pulang juga"
"engga Naka. abang ga marah sama Naka. maafin yah naka, abang hanya sibuk aja"
"bener? terus abang mau pulang dong? Aduh-" satu sentilan mendarat tepat di kening Naka membuat pria itu meringis dan mengerucutkan bibirnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Untuk Naka
FanficGana tak pernah tau siapa dirinya namun ia tau pasti bahwa ia mencintai sang Adik