Semua orang tidak menyukai flashback. Menengok ke masa lalu hanya akan membuat ingatan ingatan menyedihkan menggenang kembali. Namun dari masa lalu tersebut terkadang membawa sebuah kesimpulan.
Flashback
Amanda Sukma Puspita. Bocah berumur 12 tahun yang baru saja memasuki fase remaja tengah mengorek gundukan tanah basah yang baru saja tertumpuk tinggi. Bocah kecil itu mengorek tanah dengan pandangan ke arah batu yang tertancap.
Bocah itu menghela napas berat setalah usai dengan pikiran negatifnya. Tangan kecil bocah itu menggapai tangan besar pria di sampingnya. Dia dengan menengadah bangkit seraya menggenggam.
"Sudah ?" Bariton yang tidak pernah terdengar oleh si bocah kini justru sering terdengar belakangan .
"Iya Yah , sudah" jawab Amanda kecil
Pada akhirnya , pria itu yang tidak lain adalah ayah dari si bocah menarik Amanda menjauh dari gundukan itu. Menyeret lebih tepat di katakan bila kalian melihat .
"Yah , ngga pamit dulu sama Ibu?"tanya Amanda kecil tidak memedulikan bahwa tubuhnya lebih terlihat terseret.
"Banyak omong ya kamu , diem bisa ?"
Namun jawaban menyakitkan justru keluar dari pria yang sudah dia anggap sebagai cinta pertama miliknya.
Bocah itu menunduk diam.
Sudah 2 Minggu semenjak kepergian Ibunya , sang ayah berubah jauh dari yang sebelumnya ia kenal. Sangat amat berubah hingga rasanya Amanda tidak mengetahui siapa pria di sampingnya itu kini .
Suara bantingan pintu mobil terdengar memekikan telinga bocah 12 tahun itu . Dia dengan tangan kecilnya menggapai seat belt kemudian memakai sebelum pria di tempat kemudi menegur.
"Lain kali jangan pernah merengek tentang hal merepotkan. Ibumu sudah mati, diam dan jalani saja hidup. Paham ?"
Melihat kesamping kemudi, Amanda mendapati tidak ada yang diekspresikan oleh pria di sampingnya . Benar benar sebuah ungkapan sadis yang tidak pernah sekalipun bocah itu dengar selama ibunya masih hidup .
"Iya Yah , maaf" ujar Amanda.
Mobil pun berjalan menjauh dari area komplek pemakaman.
Apa yang terjadi adalah kematian. Ibu Amanda meninggal setelah bertahan dengan penyakitnya selama beberapa bulan. Tidak ada tangisan yang Amanda keluarkan sebab bocah itu terlalu diam. Kemudian di minggu ketiga setelah kematian ibunya, bocah itu mengamuk menuntut untuk menemui sang mendiang ibu. Karena geram akan kekacauan yang disebabkan oleh anaknya , ayah Amanda pun memutuskan untuk menuruti keinginan bocah itu walau terlihat jelas bahwa pria itu tidak benar benar peduli.
.
.
.Rumah Amanda pukul 07.00 PM
Terjadi kerusuhan di rumah besar itu , benda benda melayang pecah akibat dari amukan seseorang .
"Amanda ! Turun kamu !"
Suara bariton pria menggelegar di heningnya ruangan. Semua maid yang berada di rumah besar itu hanya terdiam dengan kepala di tundukkan. Tidak ada seorang pun berani menghentikan kekacauan yang tengah di ciptakan oleh majikannya . Bahkan saat majikan mereka kini hendak melakukan hal keji kepada anaknya.
"Iya Ayah Amanda disini"
Naas sekali , bocah kecil itu berdiri dari tempatnya berhenti justru terbentur dengan keras oleh vas bunga . Menjadikan kepala si bocah berdarah dan pening . Namun bocah itu tidak berani untuk sekedar meringis ngilu . Ia sangat ketakutan sekarang.
"Ini semua gara gara kamu ! Bisnis saya hancur ! Anak sialan !"
Pria itu meneriaki Amanda dengan sentakkan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indira - Final End
FanfictionKamu adalah kesempurnaan yang lembut tanpa cela. Wujud dari ciptaan-Nya yang selalu ingin ku bahagiakan. Bagaimana mungkin ku biarkan kau jatuh menderita diantara sumpahku yang ingin selalu membahagiakan dirimu. Hmm "gua kotor Mand,,," "Engga raa...