Amanda POV
Mengartikan sebuah perasaan bahagia dan duka adalah dua hal yang kurasa sama. Beberapa berharap kebahagiaan membuat mereka merasa puas , namun tidak akan ada kebahagiaan sebelum adanya duka bukan . Aku bahkan akan merasa sebuah kekosongan apabila tidak menangis dan tertawa .
"Terus planning lu sekarang gimana Mand ?"
Gabriella dengan rokonya berjalan menuju diriku terduduk . Kami berada di apartemen si manusia itu dengan ditemani beberapa cup coffee dan soda. Tidak ada alkohol, mungkin nanti .
"Ngga ada yang harus di planning apa apa Gabie , gua cuma bisa jalanin aja hidup. Yang nentuin sama ngatur mah Tuhan"aku terkekeh setelahnya .
Memang apalagi yang ingin di rencanakan sebuah ciptaan ? Bukankah kita hanya harus menjalani saja apa yang sudah di takdirkan ?
"Lagian , gua yakin Tuhan ngasih yang terbaik ko buat ciptaan-Nya. Gua cuma bisa berusaha sama berdoa aja udah. Itu udah paling titik" lanjutku .
Kuraih cup coffe milikku kemudian meminumnya untuk membasahi kerongkongan yang kering .
Jika dapat dikatakan , terkadang memang aku merasa muak. Muak karena diriku sendiri dan Muak terhadap kegagalan untuk meraih takdir Tuhan.
Takdir mana yang ku maksud ?
Tentu saja takdir yang Tuhan kehendaki untuk dapat di rubah ciptaan-Nya.
Kulihat Gabie menghembuskan napas nikotinnya di seberang sofa yang ku duduki. Dia berlagak layaknya pejabat yang khawatir dengan semua tanggungan kemanusiaan.
"Iya, Indira emang udah kelewatan sih. Tapi gua juga ngga bisa ngebiarin si Aldo bebas nggunain Indira seenak nya Mand ! Dia sahabat kecil gua."
"Aish Indira emang bocah bodo !!! Kesel gua anjir ! Kenapa cwe senaif itu sih !"
Gabie memukul keras pegangan sofa dilanjut merebahkan dirinya dengan lengan yang menutup mata .
Aku tersenyum
"Itu semua terjadi karena dia manusia Gabie." Ujarku
"Cih , dia manusia paling bebal yang pernah gua temuin. Indira Putri Seruni bener bener naif !" Sahut Gabie dengan nada terkandung emosi amarah.
Kupijat ruang diantara kedua alisku , manusia di hadapanku ini memang termasuk kedalam spesies penuh amarah .
"Kita ngga tau dari sisi Indira nya Gabie . Dia mungkin punya alesan dan ya , dia juga cinta Aldo"
Ugh tidak terdeteksi tiba tiba saja tangan ku merasakan linu yang menyengat . Benar benar menyusahkan di saat seperti ini .
"Ah ! Kenapa ngga sama lu aja si Mand ! Lu yang selama ini selalu ada buat dia loh ! Bahkan saat saat terpuruk dia pun lu ada ! Kacau ! emang goblok aja dianya. Dah lah gua mau tidur"
Amanda POV end
Ella bangkit dari posisi tidurnya kemudian berjalan masuk ke dalam kamar tidur meninggalkan manusia bergips dengan kelinuannya .
"Anying linu banget tangan guweh !" Bisik Amanda kecil .
Amanda memandang kearah langit di balik jendela balkon. Terlihat banyak bintang malam ini dan bulan juga ikut menemani mereka.
"Ibu bahagia disana kan ?"
Entah kenapa Amanda bisa sampai di apartement Ella. Dia juga tidak menyadari apa yang baru saja terjadi seperkian jam lalu dengan Indira . Yang pasti hanya , hatinya terasa sakit.
Tangan kiri Amanda terangkat menyentuh dada kirinya . Terasa jelas debaran jantung yang tengah merasakan sakit. Bahkan debaran itu lebih menyakitkan tinimbang melihat ayahnya menjadi manusia menjijikkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indira - Final End
FanfictionKamu adalah kesempurnaan yang lembut tanpa cela. Wujud dari ciptaan-Nya yang selalu ingin ku bahagiakan. Bagaimana mungkin ku biarkan kau jatuh menderita diantara sumpahku yang ingin selalu membahagiakan dirimu. Hmm "gua kotor Mand,,," "Engga raa...