16. The End

246 29 11
                                    

"Amandaa, sayangg. Bangun heyy!"

"Amandaa! kamuu ngelindur ya woy!"

"Bangun gak!"

Apa? Kenapa? Dimana aku. Mengapa suaranya jelas terdengar lembut di telinga ini. Nafasku terasa sesak. Air mata terasa mengalir namun seseorang masih berusaha mengguncang tubuhku agar bangun.

"Woy bego! Bangun monyet!"

Damn

Mataku terbuka sempurna. Keterkejutan membuat tubuhku menghentak duduk. Aku meremas suraiku hingga kusut. Sial, aku bahkan masih menangis.

"Kamu kenapaa heyy! Ko nangiss"

Suara lembut itu. Tidak salah lagi.

Ku tengokan pandanganku mencari pemilik suara. Dan dengan cepat ku peluk erat tubuhnya. Meraung dengan tangisan yang semakin berderai.

Sial, ternyata mimpi yang buruk.

"Sayangg, kamu kenapa heumm?"

Indira, masih disini. Dengan tubuh yang kurengkuh erat. Tubuh kecilnya yang harum. Kami tidak mati.

"Astaga! Cengeng banget lu buset dah! Kenapa siii kenapaa. Indira tadi cuma ngobrol sebentar doang njir sama Aldo!".

Tunggu

"Ih! jangan bahas si monyet nama bie! kamu ini merusak mood aku aja!".

Ah, ada Callie juga ternyata. Gadis itu masih dengan cahaya indah di mata berkilaunya. Gabie berdiri tepat di sebelah gadis itu.

Ku urai pelukan dengan gadisku. Apakah benar dia gadisku? Jujur saja semua yang terjadi di dalam bunga mimpi terasa sangat berat. Apakah kebenaran yang terjadi sejatinya seperti sekarang atau sebaliknya.

"Ini, tahun berapa?". Tanyaku memastikan.

Indira terlihat mengerutkan keningnya, kemudian dia dengan sangat mengusap suraiku turun hingga ke pipi dan dagu.

"Kamu kenapa sii Mandut! Ini masih tahun yang sama dan semester yang sama! Kita mau kuiss sama Pak Ijat. Kamu lupa kah? Tidurmu cuman satu jam padahal hmm".

Tunggu, semester 5?

Sial, bunga tidur ku berdurasi seumur hidup yang kujalani di dunia! Aku bahkan mati dengan kondisi mengenaskan!

Ku peluk kembali raga gadis di depanku dengan erat. Memastikan dengan benar bahwa inilah kenyataann.

"WOY ANYING! CEPET NGAPA AH! MO QUIZ EGE!"

Teriakan dari arah Gabie yang terlebih dulu keluar kelas membuatku menghela napas lelah. Sepertinya ini memang kebenaran yang asli.

"Udah yoo, itu Gabie udah cerewett bangett. Ayoo sayang!".

***

Terhitung tiga hari setelah tersadarnya Amanda dari tidur 1 jamnya. Manusia itu menjadi lebih sering mengungkapkan isi hatinya. Dia juga berperan sebagai kekasih yang clingy terhadap pasangan.

Sejujurnya, manusia itu hampir tidak percaya bahwa dirinya telah menjalin kasih dengan Indira Putri Seruni. Gadis yang sedari awal pertemuannya telah dengan keseluruhan menarik atensi dan perhatian dari Amanda.

"Sayang, bangun yo. Katanya kamu mau ketemu Ayah".

Di apartemen mereka berdua, Amanda dan Indira tentu saja tengah terisi dengan suara lembut dari si gadis. Membangunkan kekasih yang sulit untuk bangun itu sangat menguras tenaga.

Indira - Final EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang