13

357 42 34
                                    

Amanda dan Chyntia beserta sepupu gadis itu kini telah tiba di apartement si gadis. Benar, Chytia membawa sepupunya untuk tinggal sementara di kediaman miliknya. Gadis itu telah di ceritakan secara detail oleh Oline.

Semuanya tengah bersantai di sofa ruang keluarga. Tidak, tidak semua sebab Oline dan Amanda justru tengah meroko di balkon. Mereka memandang langit Jakarta yang telah menghitam. Malam ini tidak ada bintang, hanya ada bulan di temani dengan hiruk pikuk lampu kota Jakarta yang ramai.

"Ka Ma-" panggil oline

"Selesein dulu rokonya"Amanda menyela sebelum manusia di sampingnya menyelesaikan.

Amanda memandang kosong ke arah jalanan di bawah. Ramai namun sunyi. Itulah isi pikiran dan hatinya saat ini. Dia belum dapat menerima kebenaran yang baru saja didengarnya.

Roko Amanda mulai mengecil, dia buang ujung sisa benda itu ke arah pembuangan. Bertepatan dengan hembusan nikotin terakhirnya.

"Gua pikir dia udah sembuh dan bahagia. Ternyata gua salah." Mulai Amanda membuka topik.

Oline di sebelahnya berbalik badan, kini menatap kearah Chyntia Indira dan Dika yang tengah bermain.

"Itu cuma kata manis yang ayahnya ka Indira bilang ka. Kenyataannya berbanding terbalik."

Amanda menoleh ke arah pandang si jangkung sekilas. "Kenapa lu ngga bilang gua ?"

Jelas, amarah benar benar menguasai isi kepla Amanda saat ini. Mengapa semua kebenaran selalu membuatnya pening.

"Kenapa lu ngga bilang gua Oline Manuel !"

Amanda membentak dan memukulkan tangannya pada pembatas balkon. Kecewa, amarah, kesedihan semuanya bercampur disini. Dia merasa ingin membakar semuanya.

Namun tangan kecil tiba tiba menggaet celana yang di kenakannya. Tangan itu meremas kecil celana Amanda dan menariknya lembut.

Amanda tiba tiba terdiam, pandangannya mengarah pada benda kecil di bawah lebih tepatnya manusia kecil.

"Kakaa keren,, kenapaa"

Hari Amanda tersentuh, dia mensejajarkan tingginya dengan si manusia kecil. Matanya berlinang melihat sosok didepannya itu kini.

"Kakaa kerennn, hug eumm"

Manusia kecil itu langsung memeluk Amanda saat tinggi mereka telah sejajar. Entah siapa yang mengajari, namun anak ini benar benar datang di waktu yang cepat sebab semua amarah yang terkumpul seketika menghilang dari pikiran Amanda saat tangan tangan kecil itu memeluk lehernya erat.

"Kaka kerennn hmmm" gumam anak itu.

Sementara di sisi oline, dia diam untuk mempersilahkan si kecil bertindak. Dia menahan tangis saat melihat adegan didepannya. Benar, jika saja dia memberitahu Amanda saat awal semuanya terjadi maka tidak akan serumit sekarang. Indira tidak akan mengalami kekerasan di kehidupannya dan Indira juga dapat bahagia bersama Amanda .

"Ka, maaf. Awalnya gua juga mau ngehubungin lu ka, cuma Aldo ngeyakinin gua bahwa dia mau berubah. Tapi dengan anjingnya dia bertindak lagi lebih dari binantang !"

"Maaf ka, gua juga baru tau pas kemaren kumpul keluarga. Gua nemuin ka Indira pingsan di temenin Dika yang nyoba bangunin. Maaf ka" jelas Oline.

Amanda bungkam, dia tidak merespon karena sibuk merasakan kenyamanan pelukan manusia kecil di tubuhnya itu. Dia mendengar namun tidak ingin merespon.

Lantas, Amanda menggendong manusia kecil itu kemudian membawanya ke dalam.

"Di luar dingin anak kecil, nanti kamu sakit." Ujar Amanda di sela jalan .

Indira - Final EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang