10

428 36 20
                                    

Amanda POV

Ternyata dunia sangat amat bising. Rancauan di kepalaku tidak hentinya bertengkar. Semua bercampur dengan perkataan yang sama. Sangat ramai layaknya pertempuran antar kelompok.

"Amanda ? Ndaa,,, Amanda bangun Amanda !"

Ah , tubuhku terasa terguncang ringan. Samar kudengar gadis menyebutkan namaku dan memerintahkan untukku bangun. Bangun ? memangnya aku tengah tertidur ?

"Amanda !"

Suara itu semakin terdengar jelas, gadis itu menaikkan nada bicaranya kah ? Bukankah aku tengah berbaring diantara lautan sunyi ini ? Semuanya hitam bahkan aku hanya melihat kekosongan disini.

Mengapa aku di lahirkan ? Semuanya berjalan kacau. Ibu pergi dengan meninggalkan kerinduan dan ayah menjadi manusia yang layaknya tidak pernah ku kenal.

Kemudian Indira. Siapa dia ? Mengapa selalu ada di dalam pikiranku.

"Amanda !"

Amanda POV end

"Amanda !"

Benar, seorang gadis tengah meneriakki dan sedikit mengguncang manusia yang tertidur dengan racauan di seiring terpejam. Keringat deras mengalir dari seluruh tubuh manusia itu. Tidak dapat terbaca apa yang tengah ia mimpikan. Yang jelas sekarang manusia itu telah terbangun dengan kondisi terkejut.

"Raa,, aku dimana" demikianlah beberapa kalimat yang terucap.

Si gadis mengusapkan tangannya ke pipi si manusia. Amanda Sukma benar benar terlihat menyedihkan .

"Kamu di kamar aku Amanda."

"Kamu kenapa hmm" pertanyaan halus bagus untuk mengontrol keterkejutan.

Amanda Sukma , si manusia yang masih dalam kondisi mengatur napasnya perlahan mulai tenang. Dia tangkup kembali tangan yang menyentuh permukaan pipinya seraya terpejam.

"Kamu kenapa hmm" sekali lagi gadis itu mengulangi pertanyaannya. Masih dengan nada yang sama.

Amanda menggeleng namun kini justru merengkuh tubuh si gadis. Memeluknya dengan seerat mungkin.

"Kenapa" ketiga kali, si gadis mengulang pertanyaanya.

"Nggapapa Ra,, aku cuma pengen meluk" Amanda menjawab dengan seadanya .

Benar, dia membutuhkan pelukan untuk ketenangan atas apa yang telah diingat dalam mimpinya. Kenangan buruk menyatu di dalam mimpi itu. Dan entah kenapa untuk kali ini dia sangat takut.

Takut untuk menjalani hidup .

Beberapa menit berlalu dengan posisi yang sama, si gadis dengan setia mengusap lembut punggung manusia yang tengah memeluknya. Entah kenapa, pelukan itu juga membuatnya merasa rileks dan merasa aman.

Namun pelukan itu perlahan terlepas dengan bergeraknya Amanda untuk melerai. Manusia itu menangkup pipi si gadis dengan kedua tangannya sebelum berbicara.

"Aku mau kamu sembuh, kita terapi ya ? Indira Putri Seruni"

Gadis itu memejamkan matanya , menikmati usapan lembut Amanda pada kedua pipinya kemudian mengangguk sebagai jawaban.

"Iyaa, bawa aku buat keluar dari dosa ini. Amanda"

Senyuman terbit di sudut bibir Amanda, dia lantas mencium lembut kening gadis di depannya sayang.

"Ayo siap siap, aku juga."

***

Semuanya berjalan lancar, Indira menjalani pengobatan pada psikologi kepercayaan orang tua Ella.

Indira - Final EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang