Bab 5

163 6 1
                                    


~ lagu hanya untuk mengiringi ketika membaca ~

Kebingungan dan penyesalan Surya

Setahun telah berlalu sejak Indra pertama kali menerima diagnosis yang mengubah hidupnya: gagal ginjal kronis. Meskipun perjuangannya melawan penyakit ini, setiap hari terasa seperti bertarung melawan badai yang tak kunjung reda. Namun, dengan tekad dan dukungan dari Eca serta semangatnya sendiri, Indra terus melangkah maju.

Suatu hari, saat sedang syuting Talkpod, Indra merasakan kelemahan yang begitu mendalam. Tubuhnya terasa berat, setiap gerakan terasa seperti menuntut usaha yang luar biasa. Matahari yang biasanya menyinari setiap syuting dengan hangatnya, kali ini terasa menyengat dan menusuk kulitnya. Namun, Indra bertahan dengan segala kekuatannya, menunjukkan senyumnya yang penuh semangat di depan kamera.

Namun, di dalam dirinya, perasaan lemah itu semakin menguat. Seakan tubuhnya memberontak, menolak untuk terus bergerak maju. Setiap langkah terasa seperti beban yang tak tertahankan. Wajahnya yang biasanya penuh dengan ceria, kali ini terlihat pucat dan letih. Bahkan senyumnya pun terasa seperti hanya menyamar, menyembunyikan rasa sakit yang begitu mendalam di baliknya.

Ketika kamera berhenti merekam, Indra merasakan seakan-akan dunia berputar di sekitarnya. Suaranya terdengar samar, dan pandangannya mulai kabur. Dia merasakan kelemahan yang begitu dalam, tubuhnya tidak lagi mampu menopangnya. Dan di tengah-tengah kesadaran yang mulai memudar, Indra merasa seperti terlempar ke dalam lautan kegelapan yang tak berujung.

Surya dan Eca yang melihat keadaannya segera berlari mendekatinya. Mereka mencoba untuk menopang tubuh Indra yang semakin lemah, namun tak ada kekuatan yang mampu menghentikan laju kelemahan itu. Detak jantung Indra terasa semakin lambat, hampir seperti menghadap pada pintu kematian yang terbuka lebar di hadapannya.

Dalam keadaan yang hampir tak sadar, Indra merasakan cengkeraman tak terlihat dari kematian yang mengintainya. Dia merasakan ketakutan yang begitu besar, namun juga ada kelegaan dalam hatinya. Mungkin ini adalah akhir dari perjuangannya yang begitu panjang. Mungkin ini adalah saatnya untuk beristirahat, dari segala beban dan penderitaan yang telah dia tanggung selama ini.

☁️

Ketika Indra tidak sadarkan diri di tengah syuting Talkpod, Surya dan Eca segera bertindak cepat. Meskipun Surya biasanya cuek terhadap Indra, kali ini wajahnya penuh dengan kekhawatiran yang tak tersembunyi. Setiap ekspresi pada wajahnya mencerminkan kegelisahan yang mendalam. Matanya yang biasanya tajam, kali ini terlihat sayu dan penuh dengan ketidakpastian.

Tanpa ragu, Surya segera mengambil kendali, menuntun Eca dan tubuh lemas Indra ke mobil. Menurut dia terlalu lama kalau harus menunggu Ambulans. Meskipun setiap gerakannya mantap, namun ada getaran kegelisahan yang terasa di setiap langkahnya. Ketika Surya memegang kemudi, tangannya gemetar sedikit, mencerminkan ketegangan yang melanda pikirannya.

Di belakang, Eca duduk di samping Indra yang lemah. Wajahnya penuh dengan kecemasan dan doa-doa yang terucap dalam hati. Dia meraih tangan Indra dengan lembut, mencoba memberikan sedikit kehangatan dalam keadaan yang dingin dan suram.

Saat mobil melaju menuju rumah sakit, suasana di dalam begitu tegang. Meskipun tidak ada yang mengucapkan sepatah kata pun, namun kekhawatiran terasa begitu kental di udara. Setiap detik terasa seperti berjam-jam, dan setiap nafas terasa begitu berat.

Tiba-tiba, dalam keheningan yang hampir menakutkan itu, Surya merasa sesuatu yang aneh. Sebuah kesadaran yang tiba-tiba menyadarkan dirinya: Indra cukup penting dalam hidupnya. Meskipun dia selalu menutupi perasaannya dengan sikap cuek, namun di dalam lubuk hatinya, Indra memiliki tempat yang tak tergantikan.

sayang dalam keheningan (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang