Tepat 20 menit sebelum bel istirahat selesai, ketiga anak itu telah selesai makan.
"lu aja yang naruh piring kotornya gih Bim" perintah Aksa kepada Bima
"iya sono, nurut sama yang lebih tua" kata Rakha
Bima hanya melongo melihat kedua kakaknya, sungguh ia benar benar di suruh seperti itu? oke, ia akan segera melaksanakan tetapi di iringi ocehan.
"gede juga nyali lu pada nyuruh ketua naruh ginian" kata Bima
"ya udh lah ya, iyaa ini gua taruh nihh iyaa iyaa" nyerah Bima dan langsung bangkit berdiri dan menuju tempat piring kotor.
Aksa dan Rakha bertosan karna telah mengerjai sang adik bungsunya itu. Wajar jika mereka berdua itu sefrekuensi, ya karna mereka berdua lahir dengan 1 rahim yang sama walupun berbeda waktu dan tahunnya, kecuali adiknya itu. Bima.
"udh? makasih yaa adek kita yang ganteng udh mau nurut sama perintah kita uhuyyyy" ejek Rakha
Aksa hanya terkekeh melihat tingkah laku adik kandungnya itu, sedangkan Bima hanya bisa mendengus kesal karna sikap sang kakak. Rakha hanya tertawa kecil dan merangkul adiknya itu, ia tau adiknya itu sedang kesal.
"bercanda beb, jangan ngambek ya dek ututututu"
"Rakha bangke, diem gak lu"
"teu hayang, haha" kata Rakha dan langsung berlari ke arah kelasnya
"RAKHAAAAA!" kata Bima dan langsung mengejar sang kakak
"lah? beneran ketua ganteng ini di tinggal? WOY TUNGGUIN" ucap Aksa yang langsung berlari juga mengikuti kedua adiknya
***
"Rakha, kamu di panggil sama Bu Ririn nak"
"saya? ohh oke Bu, saya keluar sebentar ya"
"iyaa, oke anak anak kita lanjutkan pelajaran kita"
Rakha langsung melangkah ke luar kelas dan datang ke ruang guru untuk menemui guru yang memanggilnya.
"buk? ibu memanggil saya?" tanya Rakha
"ehh Rakha, iyaa ibu manggil kamu tadi. Ini ibu boleh minta tolong sebentar?"
"boleh Bu, mau minta tolong apa? nanti Rakha bantuin"
"ini tolong taruh buku ini di kelas MIPA 1 yaa sekalian bilang kalau ada tugas di buku ini halaman 50 okk, bisa ya soalnya ibu ada rapat di ruang kepsek tolong ya nak" ucap guru tersebut
"ohh iya buk bisa bisa, nanti Rakha bilangin ya Bu"
"ahh syukurlah kalau begitu, makasih ya udh mau bantuin ibu"
"iya Bu sama sama"
Tak sengaja mata Bu Ririn menotis plester jumbo yang di pakai Rakha di lengannya. Wajar jika gurunya itu menotis, sebab plester nya lumayan panjang.
"Rakha, tangan mu kenapa? kok di plester?" tanya Bu Ririn dengan sedikit khawatir
"ohh ini.."
'gara gara ayah buk"' batin Rakha
"ini karna kemarin Rakha main sama Aksa dan Bima, terus gak sengaja Rakha kesandung batu di depan Rakha pas lagi lari, ternyata lengan Rakha kena ranting pohon jadinya kegores panjang Bu" jawab Rakha, tidak ia bohong lagi
"ohh begitu, ya udh makanya hati hati kalo main tuh,"
"hehe iya buk, ya sudah saya anterin bukunya ke kelas Aksa ya Bu" kata Rakha dan langsung mendapat jawaban dari anggukan Bu Ririn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abadi Selalu dan Selamanya
Random"ayah kalo emang muak sama kita, tinggalin lah kita biar hidup ayah ngga sengsara seperti sekarang, kita rela ayah pergi asal ayah bahagia" ucap Rakha Perkataan Rakha mampu membuat sang ayah diam tak bersuara "iya ayah kita rela ayah pergi ke mana...