21

134 9 0
                                    

Bima bungkam dan sedikit memundurkan dirinya dari posisi semula, ia menatap lekat wajah merah Aksa dan terlihat pipi Aksa yang sedikit mengeluarkan darah ia tau bahwa yang melakukan ini pasti ayahnya

Devan hanya bisa menyimak paham dan juga sedikit memundurkan dirinya, dalam hatinya sangat panas ketika melihat keponakan sulungnya datang dengan wajah yang merah dan sedikit darah

Nathan hanya bisa diam dan tidak bergerak sama sekali, ia bingung harus sedih atau marah, selama ini Nathan tidak sama sekali memukul Juna jika Juna melakukan anak nya seperti ini, hanya memberi nasihat dan ternyata nasihat itu tidak sama sekali di dengar oleh adiknya itu

"gue..gue gak berguna" kata Aksa yang masih menatap lantai di bawahnya

Bima justru menggeleng keras, tak terima jika Aksa bicara seperti itu, jika Aksa tidak berguna tidak mungkin Bima bisa menerima kenyataan yang telah terjadi dengannya

"ngga, ngga dan ngga lu itu anak yang berguna, buktinya lu bisa jaga gue sama Rakha, itu udh lebih dari kata berguna sa"

"gue bisa jaga kalian berdua? tentu ngga Bim, buktinya Rakha sekarang lagi keadaan koma, gue bener bener gak bisa jaga kalian berdua, gue..gue akhg" kata Aksa dan kembali mengacak acak rambutnya kesal

Pergerakan Aksa kini terhenti karna tangan Bima memegang tangannya untuk berhenti

"yaa Aksa, kalo kamu gini terus, kamu bisa gila" ucap Devan dan Nathan yang menyadari ucapan kakaknya itu kurang berkenan dengan cepat ia menyenggol lengan Devan

"goblok kamu ini bang, udh tau Aksa lagi kacau malah di katain gila, yang ada kau itu yang gila ngomel ngomel Mulu kek orang bener, padahal otaknya aja miring, ehh keceplosan" ucap Nathan yang mengikuti nada bicara Devan tadi, itu langsung membuat Devan memutar bola matanya malas

Bima hanya menggeleng kan kepalanya dan kembali menenangkan diri Aksa agar bisa lebih tenang lagi

Setelah Aksa tenang, barulah Bima bertanya kembali dan berhasil, Aksa langsung menceritakan tentang kejadian tadi

***

Ribuan kupu kupu beterbangan di hadapan pemuda tampan, pemuda itu dengan tenang menghirup udara segar di sana, betapa indahnya pemandangan yang di lihat oleh pemuda itu

Ternyata pemuda itu tidak sendiri, ada seorang wanita dengan paras yang begitu indah bagaikan pemandangan biru di depan mata pemuda itu

Tampak sih wanita lebih tua dari sih pemuda, dan bisa di bilang mereka adalah seorang anak dan seorang ibu

"nak, ayo kita pulang" ucap seorang wanita tersebut dengan nada yang lembut bagikan kain sutra

"tapi mereka gimana kalo aku pulang?" jawab si pemuda tampan itu sambil menunjuk ke arah 2 pemuda di sana

Perempuan itu tersenyum manis dan sedikit mengusap Surai sang anak

"kenapa kamu peduli dengan mereka? bukannya mereka sudah jahat dengan kamu?" tanya kembali perempuan itu

"tidak semua bunda, hanya mereka yang  sangat baik kepadaku bunda, apakah aku boleh membawa mereka pulang juga?" jawab dan tanya sang pemuda itu sambil memperlihatkan senyum lebarnya

"mereka belum waktunya untuk pulang sayang, waktu mereka masih panjang untuk bermain nak, jadi hari ini kamu dulu yang pulang ya" jawab wanita itu dan masih mengusap surai si pemuda

"lalu kenapa waktu aku sangat singkat untuk bermain bersama mereka bunda? aku juga ingin bermain dengan lama bersama mereka berdua" kata pemuda tampan itu

Abadi Selalu dan Selamanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang