"om, yang bener aja, masa Rakha koma, gak mungkin om, coba sekali lagi di cek siapa tau ada yang salah" ucap Bima memastikan dan membutuhkan alasan mengapa kakaknya itu bisa koma, padahal menurut dirinya Rakha hanya luka biasa, walau aslinya tidak seperti itu
Gavin kembali menghela nafas kali ini lebih berat, jujur ia ingin sekali mengatakan kalo Rakha itu mempunyai penyakit serius, tapi ia juga tak ingin mengecewakan Rakha jika ia bicara jujur pada saudaranya
"om bilang sama Aksa kalo Rakha kenapa kenapa, biar kita berdua gak bingung om" kata Aksa karna dilihat lihat Gavin seperti orang gelisah yang sedang di antara benar dan salah
"iya om kita berdua saudara Rakha, dan harus tau keadaan Rakha om, ayolah om jangan diem aja" kata Bima meyakinkan Gavin untuk memberi tau keadaan Rakha
Lagi dan lagi Gavin hanya membuang nafasnya bingung, ia mengira kalau tak ada salahnya untuk memberi tau penyakit Rakha, tapi di sisi lain Gavin juga akan merasa bersalah karna telah memberi tau penyakit Rakha jika ia tidak izin dulu
Karna ini semua ulah Rakha, ia benar benar tak mau memberi tau kedua saudaranya dengan alasan mereka akan khawatir, jika di bilang khawatir atau tidak pasti sangat khawatir jika keduanya tau tentang ini, tapi juga mereka akan lega karna mereka sedikit tau keadaan Rakha
"okok pertama, om gak mungkin salah ngecek kalo Rakha itu koma, karna kalian tau sendiri bahwa om adalah dokter, kedua sudah om bilang kalo keadaan Rakha itu memang sedang memburuk makanya koma, kalo kalian nanya lagi apa Rakha mempunyai masalah lain di tubuhnya ya seperti yang om bilang, kalo tulang punggung Rakha kemarin sempat kegeser tapi sekarang sudah mendingan, dan sekarang banyak sekali memar biru di punggung Rakha dan itu sudah menjadi alasan kenapa Rakha koma, Rakha juga manusia yang kadang bisa menyerah dan bertahan, om harap kalian mengerti maksud om, udh ya jangan nanya keadaan Rakha lagi, dari sini kalian sudah jelas kan? apa masih kurang paham?" jelas Gavin karna memang kenyataannya benar
Aksa dan Bima lagi lagi hanya diam,
"tapi om, hal apa yang buat punggung Rakha jadi banyak memar?" tanya polos Aksa padahal tadi pas ia ingin menemui Rakha ia jelas jelas menginjak ikat pinggang, dan apakah dia benar benar lupa?
"kamu gak tau atau bagaimana Aksa? jelas jelas itu luka sabetan ikat pinggang" kata Gavin
Aksa dan Bima kembali diam, kali ini bukan karna bingung tapi karna kaget, ayahnya? yang melakukan kejam itu? apakah mereka gak salah dengar? sabetan?
***
"akkkgghhhh" suara seseorang yang sedang asik memukul pohon di hadapannya
"apa yang saya lakukan?"
"kadang Rakha iri sama anak anak di sekolah Rakha maupun di luar sekolah, yang di antar jemput sama ayahnya, di cium keningnya, di peluk sebagai semangat belajar, di antar ke kelasnya pas mpls" kata kata itu masih terbayang di pikiran Juna. ya Juna
Mata Juna tiba tiba memerah seperti sedang menahan sesuatu di matanya, tiba tiba 1 2 3 tetes air jatuh dan kian menderasTangan Juna menutupi wajah yang sudah banjir dengan air mata
Inilah keseharian Juna ketika selesai memberi anak anak nya hadiah, merenung di pinggir sungai atau danau dan memukul keras pohon yang ada di sana
"apa yang telah aku lakukan dengan tangan ini?" kata Juna sambil melihat tangannya yang banyak bercakan darah, ia sengaja tak mencucinya lebih dulu, agar ia tau itu darah dari anak yang sering ia katai anak sialan
KAMU SEDANG MEMBACA
Abadi Selalu dan Selamanya
Aléatoire"ayah kalo emang muak sama kita, tinggalin lah kita biar hidup ayah ngga sengsara seperti sekarang, kita rela ayah pergi asal ayah bahagia" ucap Rakha Perkataan Rakha mampu membuat sang ayah diam tak bersuara "iya ayah kita rela ayah pergi ke mana...