Gavin mulai mengamati gerak-gerik Juna setelah dirinya mengatakan bahwa Rakha mengalami atau mempunyai penyakit mental.
"Lu beneran gak tau anak lu punya penyakit mental?" Tanya Gavin serius.
Juna yang tadinya gelisah, kini hanya diam, benar jika dirinya adalah ayah yang buruk, benar jika dirinya adalah ayah yang pengecut, hingga masalah penyakit anaknya pun dirinya tak tau.
"Vin." kata Juna. Gavin menanggapi panggilan itu dengan anggukan.
"Menurut lu, seberapa jauh gue sama anak anak?"
"Masih nanya hal itu? kenapa baru sekarang lu nyadar kalo lu udh jauh dari anak anak lo? kenapa baru ngeh sekarang kalo lo, bahkan udh gak pernah komunikasi sama anak anak lo, kenapa baru sadar?" kata Gavin kesal terhadap pertanyaan konyol itu.
Juna kembali diam, niatnya untuk mencela sepertinya sangat tidak mungkin sebab semua yang di katakan Gavin benar apa adanya.
"Kok diem Jun? bener berarti kalo lu baru sadar akan satu hal itu? gila" ucap Gavin kembali sembari menyenderkan tubuhnya kepada senderan bangku dan memijit pelipisnya.
"Gue rasa, gue udh lama sadar sama hal ini, tapi baru sekarang gue berani bilang, seperti yang lu bilang waktu itu. Gue ayah yang pengecut, dan hilang tanggung jawab gue sebagai ayah, bahkan sekaligus ibu buat anak anak gue. Gue sadar dan gue ngeh Vin." ucap Juna dalam keheningan.
Gavin sekarang yang diam tetapi tangannya tetap memijit tipis pelipisnya sebagai Nanda jika dirinya masih setia menunggu sahabatnya itu meneruskan kata katanya.
"Alasan gue kaget akan tentang Rakha mengalami penyakit mental, ya gue takut itu karna keturunan dari gue Vin." kata kemudian dari Juna yang langsung mendongak dan menatap ke arah Gavin.
Gavin berhenti memijit pelipisnya, kali ini ia tersadar mengapa Juna kaget dan gelisah mendengar hal bahwa Rakha mengalami penyakit mental.
"Jun?"
"Semoga lu gak lupa pada puluhan tahun lalu. Bahkan gue sendiri lupa kalo gue dulu juga mempunyai penyakit mental itu. Kenapa baru sekarang Rakha ketahuannya?" kata Juna.
"Saking kerasnya penyakit itu sama gue, lu ingat? gue sempat mau loncat dari jembatan yang bawahnya lautan saking berisiknya kepala gue. Tapi untung ada Airyn waktu itu, makanya gue gak jadi loncat, dan ada lu juga di sana Vin. Anak gue ngalamin sampe sana gak Vin? Anak gue sempet mau gitu juga gak Vin? Kali ini, gue rasa ini adalah kesalahan gue, entah memang karna keturunan atau apalah, tapi gue yakin separah apapun penyakit mental Rakha dengan penyakit mental gue pasti sedikit ada kesamaan."
"Keadaan anak gue ternyata lebih kacau dari keadaan gue dulu ya Vin?"
Gavin membisu, Gavin benar benar melupakan 1 kejadian itu. Dan itu sebabnya Juna selalu berkeliaran di luar rumah untuk mencari pelarian? dan makanya itu ia tak mau dirumah karna setiap kambuh, yang kena pasti anak anaknya.
"Gue dulu pernah hancur Vin, hancurnya anak gue, itu pasti karna gue. Sampai sekarang penyakit itu masih tetap ada di jiwa gue Vin. Gak akan pernah hilang, gak akan pernah sembuh. Jujur Rakha bukan anak sial, bukan anak pembunuh, bukan anak yang gak guna, itu semua yang bilang bukan gue, tapi raga gue."
"Gue pukul dia, gue seret dia, gue tendang dia, gue.. ayah yang buruk, semua yang gue lakuin nyatanya gue sendiri gak sadar."
"Rakha, Alrakha Arga Mahendra. Anak kedua gue, anak bungsu dari rahim Airyn. Dia masih kecil ya Vin sekarang? masih jadi Rakha kecil ya Vin? masih suka ngambek kalo permintaannya gak di kabulin ya Vin? masih suka tidur bareng guling kesayangannya ya Vin?"
"Dia masih tetep manggil gue ayah kan Vin? Dia gak akan benci mati kan sama gue?"
Gavin masih setia mendengarkan ocehannya Juna, tanpa sadar hatinya ikut sakit mendengar pengakuan itu, nyatanya, Gavin hanya memikirkan Rakha, tanpa memikirkan Juna yang juga tak bisa terbebas dari ikatan ikatan masalah dari A sampai Z.
"Setiap gue mau sama dia, setiap gue mau ngobrol sama dia, setiap gue mau main sama dia pasti perasaan tak mau bersama dia selalu datang Vin, bahkan jadi benci."
"Gue lari dari masalah, gue selalu menghindar dari semua masalah, gue cuma cari pelarian di luar, entah itu ngebut ngebutan, entah itu merenung sendiri di danau, semua gue lakuin gak ada yang berhasil. Apa Rakha bakalan lebih kacau keadaannya dari gue Vin? Semua masalah selalu dia yang tanggung, semua tanggung jawab selalu dia yang kerjain, Anak gue masih kecil Vin, tapi selalu bersikap dewasa demi sempurna di mata gue"
"Anak bungsu gue, anak manja gue, anak ceria gue, anak pembawa kebahagiaan harus menghadapi ayah yang sialan. Gue.. buruk banget kayaknya buat di panggil ayah. Seharusnya gue jadi pelindung buat dia Vin, bukan jadi perusak buat dia, bukan jadi luka pertama buat dia"
"Gue selalu lawan semua yang nyerang gue, ujung ujungnya gue juga di seret sama raga gue buat menjauh dari itu semua. Berat, berat yang gue rasain kalo ngelawan semua."
"Buat peluk semua anak anak gue aja rasanya sulit banget. Susah ya Vin kalo memang awalnya lari dari itu semua."
"Gue juga mau ngejaga anak anak gue, gue juga mau jadi seseorang favorit mereka di hidupnya. Tapi kenapa susah banget ya?"
"Gue kangen mereka kecil, yang selalu lari ke arah gue setiap pulang kerja, setiap dari luar, kangen mereka saat mereka nyebut gue aya, aya udh pulang? aya udh makan? aya kangen kita gak? kapan itu terulang lagi?"
"Gue juga mau ngejaga mereka kalo lagi sakit, pegang tangan mereka yang dingin, ngelus rambut mereka supaya nyaman, cium mereka supaya tau arti dari kecupan sekarang ayah, susah Vin."
"Kasih pertolongan pertama buat anak bungsu gue ya Vin? gue gak bisa ngawasin mereka lewat dekat, bisanya lewat jarak jauh."
•••
"Aya aya, akha ada celita balu, aya mau dengelin akha gak?"
"Aya aya, Aya udh ma'am?"
"Aya aya, akha tadi jatuh di taman aya, kaki akha cakit"
"Siapa dia?"
"aya mau semua sini sini cerita"
"Kenapa itu kayak gue kecil? ayah?"
-Sorry typo bertebaran.
awoawoak selamat membaca dah
VOMENT YAA
SEE YOU
KAMU SEDANG MEMBACA
Abadi Selalu dan Selamanya
Diversos"ayah kalo emang muak sama kita, tinggalin lah kita biar hidup ayah ngga sengsara seperti sekarang, kita rela ayah pergi asal ayah bahagia" ucap Rakha Perkataan Rakha mampu membuat sang ayah diam tak bersuara "iya ayah kita rela ayah pergi ke mana...