34

188 20 17
                                    

Malam ini, di cuaca gelap ini, semua yang bertentang gelap, kini harus bisa menerima apa yang telah terjadi pada hari sore itu. Malam menjadi saksi bisu akan terjadinya 2 pilar cahaya harus terbaring lemah akibat perbuatan 1 pilar kebencian.

"Gila lo berdua sumpah, demen bener bikin gua capek sendiri"

Suara tercampur suara bayi terdengar sendu di dalam kamar kematian bagi dirinya yang bertulisan ICU. Mengapa hanya dirinya yang bangun? Mengapa dirinya tidak ikut terbaring di kamar itu?

"Mentang mentang saudara kandung apa apa harus berdua, sampe masuk rumah sakit aja berdua. Masih anggep gue gak sih?" Kata pemuda bermata bulat

"Kapan bangun kalian? seharusnya tadi gua juga ikutan ketabrak biar bareng kalian, kalo sendirian kayak gini sama aja gua di tinggal pergi"

"Gua juga belum sepenuhnya minta maaf sama kalian berdua, aish, ini kalian sengaja ya biar gua ngerasa bersalah?"

Lelaki itu terus berucap seakan ada yang menjawab semua ucapannya itu. Bima, dengan kesalnya ia langsung menaruh kepala peningnya pada tumpuhan kaki yang bergetar.

"Rakha, gua belum sempet minta maaf, jangan nyerah dulu ya?"

Flashback

'RAKHAAAAA!"

"AHKKKHHG!"

Suara tabrakan yang tercampur dengan suara jeritan kini menggema di jalanan sepi itu. Suara yang biasa di gunakan untuk membuat lelucon yang tak masuk akal, suara yang biasa terdengar cempreng bagai piring yang jatuh. Harus berubah menjadi hening dalam beberapa hari kedepan.

Saudara yang sempat bertengkar hebat akibat hal yang tak masuk akal, saudara yang dulu pernah melindungi satu sama lain, dan juga saudara yang biasa berkeluh kesah satu sama lain, kini, di sore ini, harus menjadi salah satu penghuni di kamar ICU.

"RAKHAA, AKSAAA!" Teriakan adek bungsu dari kedua saudara yang sudah terbaring di temani darah di sekeliling nya. Terlebih dengan Rakha yang ternyata terlempar jauh akibat dorongan dari Aksa dan juga truk itu.

"Aksa? bangun woy bangun. Gak ush bikin prank kayak gini"

"Rakha? Rakha!!"

"Rak? Ayo ih bangun, jangan gini dong"

"Bima"

Yang di panggil menoleh bingung, karna siapa yang memanggil. Ternyata, Juna.

"Ayo bawa Aksa dan Rakha ke rumah sakit, bawa mereka ke dalam mobil ayah"

"Anda siapa? ayah? ayah siapa?"

Juna yang tadi sudah berdiri dan bergegas membawa mobilnya mendekat ke TKP, sekarang hanya diam mendengar suara anak tunggalnya.

Juna menoleh

"maksud kamu?"

"Saya bertanya, siapa ayahnya? saya tidak mempunyai ayah sekarang. Ayah saya sudah menghilang meninggalkan tubuhnya dan membawa pergi jiwanya, lalu Anda siapa?" jawab Bima lantang.

"Kita tidak ada waktu untuk ini Sabima."

"Saya tidak Sudi membawa kedua saudara saya menggunakan mobil anda tuan Arjuna. Saya bisa membawa mereka menggunakan kendaraan lain selain mobil dan adanya anda disana."

Bima mencari keberadaan taxi yang lewat dan beruntung ada taxi yang lewat dan dengan cepat dirinya berhentikan taxi tersebut.

"Bima kenapa tidak mau memakai mobil ayah saja?"

"Karna saya tidak mau mengotori mobil anda dengan darah daging anda sendiri. Bukankah Anda pernah berbicara seperti itu tuan? Ayah? Kenapa baru sekarang anda menyebut diri anda dengan sebutan ayah? Anda sudah sadar? Anda sudah mengetahui dimana letak salah Anda? Terlambat."

"Tapi Bima—"

"Apa? Saya sudah tidak memikirkan bahwa saya akan hormat pada anda, saya sadar bahwa saya tidak pantas berhormat pada anda yang hanya berani bermain fisik terhadap saya dan juga kedua saudara saya."

"Saya tidak ada waktu untuk ini, keselamatan kedua saudara saya lebih penting dari pada mengurusi urusan yang tidak penting seperti Anda."

"Ayah ikut."

"Tidak usah, Anda lebih baik mengurusi urusan pekerjaan anda di banding mengurusi urusan anak PEMBAWA SIAL."

Setelah mengucapkan itu Bima meminta bantuan kepada orang orang disana untuk menaruh diri kakak kakaknya kedalam mobil taxi (2 taxi).

Juna hanya mampu diam, tubuhnya membeku seketika karna ucapan Bima.

Sejauh ini ternyata dirinya dengan anak anaknya.

Flashback off

"Bangun yuk bangun, gua kesepian ini.."

"Gua tadi ketemu ayah, tapi gua malah jahat sama ayah."

"Gua ... egois ya? tapi kalo gak gini dada gua tambah sakit brother. Gua tau itu kelakuan gua emang udh di luar nalar, mau gimana lagi, udh kejadian juga."

"Durhaka ya gue?"

***

"Sih Rakha masuk RS cok, masuk ruang ICU lagi"

"hah? lah? sih Aksa juga masuk ICU njir"

"Hoh sih Bima juga"

"masuk ruang ICU?"

"iya masuk temenin"

"ehh sia anying"

"Tau kan ulah saha?"

"Henteu, lah maneh henteu nyarios ka kuring uy"

"Sok Sunda lu anying"

"Biar kayak di wp wp gitu wey, udh lah ayo ke RS"

"GASSS!


















Sorry typo bertebaran

VOMENT YA GESS

See you again guys ☝🏻 

Abadi Selalu dan Selamanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang