eight

3.7K 217 24
                                    

"l-lo mau ngapain, sunghoon?" tanya heeseung yang gelagapan karena pemuda di depannya itu tiba-tiba saja membuka celananya dengan paksa.

"menurut lo?" heeseung menggeleng, berusaha menarik kembali celananya yang sudah setengah terbuka itu. "oh, udah berani berontak ya?"

"bukan gitu, hoon. tapi please, kali ini mau lo masukin apalagi? yang kemarin masih nyeri banget."

si submissive memasang wajah semelas mungkin, memohon kepada sunghoon agar tidak melakukan itu lagi padanya.

sementara itu, sunghoon yang sudah hafal kelakuan heeseung hanya berdecak malas.

celana tipis itu ia tarik kembali hingga tubuh si manis ikut tersentak kebawah saking kasarnya tarikan sunghoon.

"h-hoon! akhh sak-nghh! sakitt!" heeseung merintih sejadi-jadinya kala sunghoon meremat miliknya dengan sangat kuat tanpa aba-aba.

tiba-tiba sunghoon mencium liar bibir si pihak bawah hingga benda kenyal itu tampak bengkak. heeseung berusaha mendorong dada sunghoon dengan tenaga seadanya, tapi tangannya tiba-tiba dikunci diatas kepalanya.

tangan satunya tetap tak tinggal diam, diurutnya kuat-kuat kejantanan milik heeseung hingga sang pemilik refleks mendongakkan kepalanya sambil mengerutkan dahi dan memejamkan mata.

"shh ngh a-anghh! s-stophh"

"muka lo aja keenakan kak, gitu minta berhenti."

"i-ini s-sak-sakithh hoon! bukanhh n-nhh e-enakhh nghh ahh!"

sunghoon menyeringai. di posisi ini rasa ingin mengasari lelaki di depannya itu semakin tinggi.

kejantanan heeseung mulai tegang, sukses membuat sunghoon terkekeh pelan. sementara itu heeseung hanya bisa menutupi wajahnya yang memerah itu karena malu.

"hoon, please no-"

"gak sakit kok, udah diem aja."

sunghoon melebarkan kaki heeseung, meskipun awalnya lelaki itu sempat memberontak hebat tapi sunghoon tetap memaksa untuk membukanya.

diusapnya kasar lubang basah milik heeseung hingga si pemilik mendesis pelan, kedua mata heeseung menatap dominannya dengan mata yang berkaca-kaca.

justru menurut sunghoon lelaki itu ingin lebih dari perlakuannya ini. "lo mau ini kan? tenang gue kasih kok nanti."

heeseung melotot sempurna. bagaimana tidak? ia ketakutan saat melihat kejantanan sunghoon yang sama besarnya dengan tongkat baseball yang waktu itu pernah masuk ke dalam lubangnya.

"gue gak mau hiks! gue gak mau!"

plak!

wajah manis itu tertoleh ke samping cukup kuat, heeseung merintih nyeri. "jangan hoon, jangan."

"ck, lo emang ngundang banget buat gue kasarin."

heeseung menggeleng, namun tangan sunghoon segera bertindak meraih rambutnya dan menarik dengan kuat.

dibaliknya tubuh heeseung hingga membelakanginya, sunghoon menampar pantat yang sudah lecet itu berkali-kali.

"s-sung-hngh! s-sakithh angh!"

tubuh heeseung dibalik lagi seperti semula, dilihatnya wajah lelaki itu sudah pucat, matanya basah karena air mata.

"sok melas jalang."

tiba-tiba sunghoon menyambar leher jenjang milik heeseung, permukaan mulus itu digigit sekuat mungkin hingga menimbulkan bekas serta ringisan kuat dari sang pemilik.

bekas gigitan itu begitu dalam, warna merah keunguan itu dipastikan akan lama hilangnya jika memang tidak disengaja dihilangkan dengan sesuatu yang khusus.

"lo cuma punya gue sekarang anjing," gertak sunghoon setelah memukul kepala kakak kelasnya itu cukup kuat, hingga akhirnya ia mengangguk dengan terpaksa. "kalo ada yang nyentuh lo selain gue,"

"gue gak segan buat bunuh orang itu."

"l-lo berlebihan, sunghoon."

plak!

"gue berlebihan gini karena lo."

plak!

plak!

plak!

plak!

tamparan terakhir yang diberikan sunghoon membuat heeseung kembali tumbang di atas kasur, kepalanya pusing bahkan pipinya terasa sangat panas.

namun sunghoon menarik kerah seragamnya lagi, heeseung yang sudah tidak kuat menahan keseimbangannya kini menyandarkan kepalanya pada dada sunghoon.

si dominan hendak mendorongnya, tapi ia sadar jika keadaan heeseung kini begitu lemah.

tidak lama setelah itu, sunghoon merasakan kaosnya basah, bahkan ada sesuatu yang mencengkram bagian belakangnya dengan kuat.

dalam diam sunghoon mendekap tubuh tak berdaya itu sambil mengusap kepalanya perlahan.

heeseung refleks menjauhkan ponsel dari telinganya kala ada suara bentakan yang keras dari seberang sana, lelaki itu mengelus-elus telinganya sendiri.

"pelan dong ngomongnya, telinga gue sakit."

"lo dimana sih? rapat kacau gak ada lo!"

"maaf sungchan, gue lagi sakit."

"sakit apanya hah? alasan lagi lo gak ikut rapat, bilang aja udah males."

"gue gak males, gue cuma-"

"apa? murid kesayangan guru mah santai ya, seung."

"apasih chan? ada perlu apa? aku bisa kesana sekarang."

"gak usah, siapa juga yang butuh lo."

"tapi-"

tut.

panggilan dimatikan sejenak dari sungchan, si wakil ketua osis yang sifatnya begitu bertolak belakang dengan heeseung.

"itu tadi kak sungchan?"

dahi heeseung mengerut bingung. "lo kenal?"

"iya." singkatnya.

"kok bisa? lo kenal-"

"kepo banget sih bangsat, bukan urusan lo juga."

heeseung langsung terdiam atas ucapan sunghoon. "hoon, aku harus ke sekolah."

"sekarang?" sunghoon beralih melirik jam dinding. "ada perlu sama siapa?"

"rapat osis, sunghoon."

"sama siapa aja?"

"sungchan, terus sama anak-anak osis lain juga."

"semisal boong gue sogrok lagi lubang lo."

"beneran hoon, astaga."

sunghoon pun menghela nafasnya kasar. "oh yaudah, ayo gue anter."

"makasih sunghoon." ucap heeseung tersenyum tulus.

"jijik, gak usah senyum-senyum gitu."

kakel ; hoonseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang