twelve

3.5K 225 30
                                    

sekali lagi kutegaskan, homophobic please dni!

hari berlalu hingga sampailah malam dimana besok pagi-pagi sekali heeseung harus datang ke sekolah sesuai yang diperintahkan oleh jeno di grup chatnya.

kali ini sunghoon menginzinkannya pulang, bahkan ia juga menemani dan membantu heeseung untuk menyiapkan baju-bajunya untuk besok.

"bawa jaket, dingin," titah sunghoon dengan ketus. "ngapain bawa celana pendek?" tanya lelaki itu sambil meneteng sebuah celana jeans selutut milik heeseung.

"nanti—"

"apa? mau tebar pesona sama siapa?"

"ya ampun enggak kok, gak ada maksud gitu."

"terus?"

"ya cuma bawa aja."

"gak, gak boleh."

"kenapa?" heeseung menoleh, menatap sunghoon heran.

sedangkan si dominan hanya mendengus kesal "nanti dilirik orang selain gue."

"emang kenapa? kan gue cuma punya lo seorang."

mendengar itu, sunghoon mengerutkan dahinya. "hah? apa? ulangin."

"umm... AKH!" belum sempat melanjutkan ucapannya, rambut heeseung lebih dulu dijambak oleh sunghoon dari belakang. "gue cuma punya lo shh s-seorang.."

sunghoon tersenyum menang, kemudian melepaakan jambakannya itu. "good boy."

"lo bener-bener ngakuin gue?" tanyanya lagi.

heeseung menoleh pada sunghoon yang duduk di atas kasur di belakangnya. "apanya?"

"jangan pura-pura polos."

"serius sunghoon aku gak tau."

sunghoon menyipitkan matanya sesaat. kemudian mengamati sosok manis di depannya itu dengan tatapan heran. "lo ngakuin gue sebagai apa?"

"itu terserah kamu sunghoon, bukan aku yang nentuin."

"terus maksud omongan lo tadi apa?"

heeseung menggigit pipi dalamnya sambil berpikir. "waktu itu kamu bilang kalo aku punya kamu, kan?"

"jadi lo anggep itu serius? lo mikirnya kita pacaran?"

sosok itu mengangguk dengan polosnya, membuat sunghoon tertawa. "gue gak mau pacaran, tapi apapun itu intinya lo punya gue."

"dan," sunghoon menarik kerah kaos heeseung hingga mendekat pada dirinya. "gak ada yang boleh nyentuh lo selain gue, ngerti?"

"n-ngerti."

sunghoon menyeringai dibuatnya. "sejauh ini, lo cukup baik kak."

"beneran?" sunghoon menanggapinya dengan anggukkan kepala, kali ini terlihat begitu tulus. "tapi.. apa boleh aku bilang ini?"

kedua alis tebal milik sang dominan terangkat secara bersamaan. "bilang aja."

"a-aku suka kamu, sunghoon. aku suka kamu." ucapnya dengan pipinya yang terlihat sangat memerah.

"hm?" sunghoon menghampiri heeseung yang tengah duduk di lantai menata bajunya itu.

kerah kaosnya kembali ditarik, namun kali ini lembut tak seperti sebelumnya. sunghoon sedikit memiringkan kepalanya lalu melumat bibir heeseung.

gerakan itu membuat si submissive tak percaya dan sontak membelalakkan mata, lalu sesaat kemudian mata cantik itu terpejam dengan rona merah yang masih tercetak jelas di pipi serta telinganya.

bahu heeseung didorong hingga berbaring di lantai, kemudian sunghoon menyingkap kaos yang dikenakan lelaki itu, mengelus bahkan menciuminya dengan lembut.

"sshh anhhhh.."

"rileks kak, gue gak bakal masuk kok."

kepala sunghoon mulai masuk ke dalam kaos heeseung, menyerang dua tonjolan kecil disana, perut serta dadanya ia jelajahi sambil dijilatinya.

tak cukup disitu, sunghoon menggigit perut dan juga dada heeseung hingga timbul beberapa bekas gigitan disana. tangan heeseung menahan kepala si dominan saat ia sampai tepat di leher mulusnya.

"j-jangan ninggalin bekas.."

"gak papa, gue tau cara ngilanginnya."

"tapi sunghoon—anghhh!"

terlambat sudah. sunghoon memberi banyak sekali bekas pada leher heeseung, rintihan demi rintihan terlontar dari bibir bengkaknya itu.

setelah dirasanya puas, lelaki itu mencium pipi sosok dibawahnya itu seolah penuh dengan kasih sayang. bahkan heeseung tak pernah merasakannya sekalipun.

"gue suka nyakitin lo kak, jangan pernah capek, ya?" ucap sunghoon yang memang terdengar tak tahu diri.

sementara itu entah heeseung ini bodoh atau bagaimana, anggukkan kepalanya begitu enteng, bahkan ia juga sambil tersenyum menatap sunghoon.

"i love you, kak."

"i love you too—"

plak!

"ah!"

"salah."

"um, i love you more—"

plak!

"t-terus apa?"

"salah lagi gue tampar sampe bonyok."

"sshh.." heeseung mendesis sambil memegangi pipinya yang nyeri, kemudian ia menatap sunghoon sayu. "i love you in universe, more than myself."

"hm, masih salah." sunghoon hendak membenarkan rambut heeseung, namun tiba-tiba lelaki itu menunduk dengan tangannya yang seakan melindungi wajahnya. "lo kenapa? gue gak mukul."

"jangan lagi, sakit."

sunghoon sadar mata lelaki itu mulai berair, kemudian terdengar juga suara isakan dari mulutnya. "lo bisa nangis?"

heeseung tidak menjawab, ia langsung meraih pinggang sunghoon lalu memeluknya erat, heeseung menenggelamkan wajahnya pada dada sunghoon.

"ck, lo kenapa sih?" sunghoon mendorong bahunya, namun tiba-tiba ada sedikit perasaan iba pada dirinya kali ini.

dengan berat hati, sunghoon menghela nafasnya kasar, kemudian menarik kembali heeseung yang melonggarkan pelukannya. punggungnya ia elus perlahan, tapi justru membuatnya semakin menangis.

"gue gak ngapa-ngapain lo kak, kenapa nangis? yang tadi sakit? nanti gue obatin."

"bukan itu.."

"maaf kak."

setidaknya sekali dalam seumur hidupnya, heeseung mendengar kata itu terlontar dari mulut sunghoon. senyuman tipis kini terukir alami pada bibir heeseung.

"nanti gue obatin kak, jangan nangis lagi."

"gak usah sunghoon, ini gak sakit kok,"

"bohong, gue gak suka kalo lo sering bohong sama gue."

"aku nggak bohong."

"terus—mmh.."

heeseung dengan lancangnya memberanikan diri mengawali ciuman pada sunghoon, ia merasa tengkuknya ditahan saat hendak melepaskannya.

sunghoon pun mengakhirinya. "candu ya sama bibir gue?"

dengan polosnya lagi, lelaki itu hanya mengangguk. "lucunya."

santai ges sunghoon ini bisa tobat bisa kumat jd jangan saltinq dulu😁

kakel ; hoonseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang