Episode 1

4 1 0
                                    

"Kata orang-orang, mendaki gunung adalah perjalanan untuk meninggalkan kesombongan diri."

"Dengan mendaki gunung, kita akan mengerti siapa yang menjadi teman, siapa yang menjadi lawan. Karena, gunung tidak pernah mengajarkan kita untuk mempunyai dua muka."




"Andhini!" jerit seseorang.

"Lihat dia, Dhini!" saling bersahutan kemudian.

Dalam renungan, terdengar suara sayup-sayup gelak tawa yang akan mengisahkan sebuah cerita yang begitu membekas dihati siapa saja.

Kisah sebuah persahabatan yang melibatkan 3 orang didalamnya. Dua orang pemuda bernama Tito Maheswari , Muchammad Chayunbaqi Choirudin dan seorang pemudi bernama Andhini Bintang Bestari.

Sebut saja mereka Tito, Udin dan Andhini. Mereka merupakan seorang mahasiswa dan mahasiswi di sebuah universitas di Indonesia.

Tito merupakan seorang anak yang lahir dari garis keutuhan orang kaya. Sang ayah merupakan seorang pengusaha dan sang ibu merupakan seorang desainer di Bandung. Ia berusia 21 tahun.

Udin merupakan seorang anak yang sederhana dan pintar. Ia juga seorang yang periang, penuh canda tawa dan begitu humoris. Ia berusia 20 tahun. Ia tinggal hanya dengan ibunya yang merupakan seorang guru di sekolah dasar didekat rumahnya.

Andhini merupakan seorang anak yang besar di sebuah panti asuhan yang letaknya tak jauh dari universitasnya. Ia merupakan anak yatim-piatu. Andhini berusia 19 tahun. Ia merupakan sosok gadis remaja yang cantik rupawan, cerdas dan berambut coklat nan bergelombang. Ia periang dan memiliki senyuman yang begitu menawan.

Mereka merupakan 3 orang sahabat yang sudah dimulai sejak mereka saling mengenal pada masa orientasi siswa sekolah menengah pertama hingga detik ini.

Suatu hari dimana sekolah tinggi tersebut tengah mengadakan kegiatan pembelajaran di kelas.

"Baiklah, hari ini kita semua kedatangan mahasiswa didikan universitas yang sudah lama pergi jauh untuk menimba ilmu!" ucap dosen.

Kedua mata Andhini begitu seksama menatap kedepan. Terlihat Udin yang duduk di sampingnya itu hanya terdiam sembari menggigit pena.

"Kalau begitu, silahkan untuk Tito masuk kedalam kelas dan sapa teman-temanmu disini!"

"Hah? Tito?" Udin penasaran.

"Huaaa!" Andhini nampak kegirangan.

"Tito! Hai Tito!" sapa semua orang.

Benar saja, sosok yang selama ini pergi kini muncul dihadapan mereka semua. Hal tersebut membuat Andhini dan Udin begitu bahagia menyambut kedatangan sahabat lamanya itu.

Tak lama kemudian, jam istirahat berbunyi. Semuanya tengah menikmati makan siang bersama di kantin termasuk Andhini dan 2 sahabat laki-lakinya.

"Oh ya, ngomong-ngomong! Aku dengar kamu sukses untuk membuka bisnis di Jepara! Apakah itu benar?" Udin memulai pembicaraan.

"Hahaha! Ya, tentu!" Tito nampak senang.

Andhini tersenyum menatapnya.

"Wah! Kamu semakin hebat saja ya, To!" puji Andhini.

"Hahaha! Terimakasih Dhini! Tapi, tanpa dan berkat doa kalian juga, aku bukan apa-apa!" katanya malu.

"Ah! Kamu ini Tito! Biasa itu! Haha!" canda Udin.

"Oh ya, aku ada bawa oleh-oleh dari Jepara! Apakah kalian suka permen kacang? Enak loh! Mau coba?" Tito menawarkan.

"Ah! Aku mau!" sahut Udin begitu semangat.

Dekapan (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang