Episode 6

1 1 0
                                    

"Kami baik kok! Kamu bagaimana? Mengapa kau lama sekali tidak ada kabar, hah? Hahaha!" Udin menepuk pundak Tito berkali-kali.

"Aduh! Udin hentikan! Hahaha! Kamu usil sekali!" Tito tertawa.

"Kamu ini! Kami tunggu-tunggu kedatanganmu! Tapi tidak pernah sedikitpun memberikan kami kabar!" Udin mendekati Andhini dan nampak bahagia melihat kehadiran sahabatnya itu.

"Haha! Iya! Maaf aku sibuk sekali! Soalnya aku ada banyak projek di perusahaan Papa aku dan ada suatu hal yang harus aku rencanakan dalam waktu yang dekat ini!" jelas Tito sembari menatap Andhini beberapa kali.

Andhini tersenyum tipis.

"Hah? Dalam waktu yang dekat? Rencana? Apakah itu agenda mendaki gunung kita?" beribu tanya dari Udin.

"Yap benar sekali! Dan oh ya, aku mau memperkenalkan kalian dengan perempuan ini!" kata Tito yang langsung merangkul pinggang gadis rupawan itu.

"Oh ya! Ini siapa?" tanya Udin tersenyum.

"Ini Tita, tunanganku!" ucap Tito.

Betapa terkejut dan semakin hancurnya hati Andhini ketika mendengarkan pernyataan yang terlontar dari bibir manis Tito. Kedua matanya melotot menatap Tito.

Seketika ia terdiam membisu. Udin pun terdiam sejenak sembari menoleh ke arah Andhini secara perlahan. Udin sedikit menganga.

"Tunangan Tito? Yang benar?" Udin bertanya.

Tito menganggukkan mantap. Tita tersenyum.

"Iya! Aku Tita, tunangannya Tito!" kata Tita tersenyum bahagia.

Andhini terpaku. Terdiam membisu.

"Yang benar saja! 'Potongan' badan seperti Tito bisa bertunangan dengan gadis cantik rupawan seperti Mbak Tita! Yang benar saja kamu, To!" Udin bercanda.

"Iya! Hahaha! Kami sudah pacaran hampir 2,5 tahun!" jelas Tito.

"Hah? Serius?" Udin terkejut.

Andhini tidak dapat membendung air matanya lagi. Tiba-tiba, Andhini berlari sekuat tenaga, pergi meninggalkan mereka. Mereka terkejut bukan main.

"Eh? Andhini kenapa?" Tito terkejut.

"Andhini! Tunggu, Andhini! Kamu kenapa? Hei!" Udin terkejut dan langsung berlari mengejarnya.

Andhini tidak menghiraukan hal tersebut dan tetap berlari sekuat tenaga. Akhirnya, ia pun sampai di panti asuhan.

Di sana, ia langsung memasuki kamar dan membanting tubuhnya. Ia menangis sejadi-jadinya. Hatinya begitu sakit. Pedih terasa menusuk relung hati.

Sesekali ia membanting-banting bantal demi meluapkan emosinya. Tak lama kemudian, ia merasa lelah dengan semua ini dan memutuskan untuk menutup kedua matanya.

Andhini tertidur dengan air mata yang mengalir dan mulai mengering. Keesokan harinya.

Pagi itu, merupakan pagi yang begitu cerah namun tidak untuk Andhini. Hari ini juga merupakan hari dilantiknya Andhini sebagai ketua dalam kegiatan bakti sosial di universitasnya.

Di dalam kelasnya, Andhini berdiri dihadapan semua mahasiswa dan mahasiswi. Terlihat sosok Udin dan Tito yang menyaksikan masa pelantikan itu.

Tampak wajah Andhini yang begitu datar dan seakan-akan memaksakan diri untuk tersenyum.

Seakan-akan Udin tahu apa yang sedang dirasakan oleh sahabatnya itu. Ia berusaha memberikan Andhini semangat dan senyuman yang paling lebar baginya.

"Hari ini, dengan resmi! Kami melantik Andhini Bintang Bestari sebagai ketua organisasi dalam kegiatan sosial di kampus kita!" ucap seorang dosen.

Dekapan (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang