Episode 16

0 0 0
                                    

Andhini menangis sejadi-jadinya.

"Andhini! Dengarkan aku! Aku katakan padamu, pergi! Pergi!!" bentak Udin.

"Tidak!" Andhini berteriak.

Ia menangis. Udin nampak menitikkan air matanya.

"Pergi! Ini perintah!!" bentakan keras dari Udin yang membuat hatinya seketika hancur berkeping-keping.

"Baqi!!!" bentak Andhini keras.

Beberapa batu pun melesat lagi. Mereka benar-benar ketakutan dibuatnya.

"Pergi!!" teriak Udin.

"Baqi!" Andhini menggelengkan kepalanya sembari terus memegang tangan Udin.

Hujan batu pun terus berlangsung hingga hampir mengenai mereka berdua.

"Pergi, Dhini! Pergi! Pergi!!" Udin pun langsung mendorong tubuh Andhini.

"Baqi!" Andhini terjatuh disamping tubuhnya.

Darah pun mengalir dari hidung Andhini. Perlahan, Andhini berusaha bangkit dan berlari menjauhinya. Sesekali ia menatap ke belakang. Begitu menyayat hati.

"Aa!!" teriakan Udin terdengar jelas di telinganya.

Andhini menatap Udin sejenak. Dengan cepat, Andhini berlari menjauhinya.

"Aku akan mencarikan kau bantuan! Kau akan selamat, Din! Kau akan selamat!" bisik batin Andhini sembari terus berlari menjauh.

Kondisi yang benar-benar intens. Hatinya begitu tertusuk melihat pemandangan itu. Andhini terus berlari hingga akhirnya ia tak kuat lagi.

"Aa!" Andhini pun terjatuh berguling-guling ke bawah.

Kepalanya pun langsung terbentur tanah. Begitu sakit sehingga membuat kepalanya berdarah.

Napasnya terengah-engah. Penglihatannya seakan kabur. Akhirnya Andhini tergeletak begitu saja diatas tanah.

Tubuhnya ditutupi tanah dan darah yang mengalir dari kepalanya.

"Aku harus mencari bantuan untukmu, Din!" bisiknya lemah.

Asap keabu-abuan menyelimutinya. Ia begitu panik di dalam hatinya. Tiba-tiba.

Muncullah sebuah angin yang cukup kencang. Asap tersebut perlahan menghilang dan Andhini pun menengadah ke atas langit.

Ia seakan lemah tak berdaya sembari terus menatap ke atas langit. Benar saja, matanya langsung menatap sebuah helikopter dengan baling-baling yang begitu besar.

"Bantuan?" bisik batinnya.

Ya, helikopter tersebut perlahan mendekatinya.

"Tolong! Tolong aku! Tolong temanku! Tolong Udin!" bisiknya lirih sembari mengangkat tangan kanannya ke udara.

Begitu menyayat hati. Namun perlahan, cahaya di sekitarnya semakin terang sehingga menyilaukan penglihatannya.

Andhini pun menutup kedua matanya. Tiba-tiba Andhini merasakan ada yang aneh pada dirinya.

Terlihat ia tengah berdiri di sebuah ruangan kelas yang begitu sepi. Ia tersadar dan menoleh ke kanan dan kiri. Ia menatap kesegala arah.

Sampai akhirnya telinga Andhini menangkap sesuatu dari belakangnya. Perlahan, ia langsung menoleh ke belakang dan menatap sesuatu yang diluar dugaannya.

"Udin?" bisik batinnya.

Benar saja, mata Andhini menangkap sosok Udin dan Tito yang tengah berdiri di depan pintu kelas itu sembari tersenyum bersama.

Dekapan (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang