Episode 3

2 1 0
                                    

"Tapi, jika kamu makan mie begitu banyak, maka perutku bahkan ususmu akan keriting!" jawab Andhini.

"Ah! Tidak apa Andhini! Sekarang kan hari persahabatan kita! Tenang saja, aku traktir! Andhini mau apa?" kata Tito.

"Aa! Hm, aku pesan yang ini saja! Terimakasih ya, Tito!" Andhini gagap.

"Terimakasih kembali cantik!" jawab Tito.

Hal itu sontak membuat detak jantungnya berdegup kencang. Wajahnya merah merona.

"Ah! Jangan dipanggil cantik dia! Andhini kan gadis bawel!" sahut Udin.

"Hahaha!" Tito tertawa.

"Ih! Kamu ini, Din! Apaan sih?" Andhini kesal.

"Hahaha! Bercanda Andhini cantik jelita, anak manis!" kata Udin lebay.

"Kamu terlalu berlebihan, Din!" Andhini tertawa sembari menepuk pundak Udin.

"Hahaha! Kalian ya!" Tito tertawa geli menatap kedua sahabatnya itu.

"Hahaha!" Udin dan Andhini tertawa bersama.

Tak lama kemudian, mereka menikmati makan malam bersama.

"Oh ya, aku punya sesuatu untuk kalian!" kata Udin.

"Hah? Apa itu?" tanya Tito.

"Ini dia! Untuk Tito!" kata

"Hm, apa ini ya? Aku penasaran dibuatnya!" Tito nampak antusias menerima hadiah dari Udin.

"Buka saja!" kata Udin.

Andhini pun menatap wajah Tito yang penasaran itu.

"Wah! Bagusnya, Din! Aku suka sekali!" kata Tito menerima sebuah kaos.

"Ya! Aku tahu kamu suka itu, bukan?" kata Udin.

"Wah! Terimakasih! Kamu adalah sahabat terbaik, Din!" ucap Tito.

"Hehehe! Kamu juga, To!" Udin tersenyum.

"Hm, apakah untukku tidak ada?" ucap Andhini.

"Hahaha! Tunggu!" kata Tito.

"Oh ya, kalau aku ada hadiah untukmu, ratuku!" Udin meledeknya.

"Hih! Kamu ini, Din! Haha! Apa itu?" Andhini nampak senang.

Seketika mereka mengeluarkan hadiah secara berbarengan untuk Andhini.

"Heh? Mengapa bisa serentak seperti itu?" Andhini terkejut.

"Hahaha! Aku tidak tahu!" kata Udin.

"Haha! Ayo, Dhini! Ini untukmu!" ucap Tito.

Sebuah bunga dari Udin dan sebuah kado dari Tito.

"Wah! Terimakasih ya! Kalian adalah sahabat yang terbaik yang pernah kumiliki!" kata Andhini gemas pada mereka.

Sesekali ia mencubit pipi kedua sahabat laki-lakinya itu sembari tertawa kegirangan.

"Huaaa! Sakit Dhini!" Tito nampak kesakitan.

"Ampun! Ampun!" sambung Udin.

"Kalian menggemaskan sekali!" Andhini nampak gemas padanya.

"Kyaa! Ampun!!" kata Tito dan Udin berbarengan.

"Hihihi!" Andhini melepaskan tangannya dari pipi mereka dan tersenyum bahagia.

Lalu, mereka pun berpelukan. Sungguh hangat, sungguh erat dekapan itu. Dan tanpa disadari, Andhini begitu dekat dengan Tito.

"Terimakasih sudah menjadi sahabat terbaikku selama ini!" kata Tito senang.

Dekapan (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang