"Oh!" singkat Andhini.
"Andhini!" jeritnya.
"Ya?" Andhini mengangkat dagunya.
"Terimakasih ya sekai lagi! Aku benar-benar beruntung memiliki sahabat seperti dirimu! Benar kata Udin! Kamu pantas mendapatkan julukan "Si Bidadari Kampus", Andhini Bintang Bestari!" jelasnya dengan nada lembut.
Andhini seketika terpaku menapatnya. Tito pun tersenyum manis menatapnya. Tiba-tiba, Tito mendekati wajah Andhini perlahan.
"Apa?!" bisik batinnya.
Tito pun menutup kedua matanya perlahan sembari terus mendekati wajahnya.
"Tidak..mung..kin!" kedua matanya melotot dan wajahnya memerah.
Seakan Tito hendak memberikannya ciuman.
"Maaf Tuan Muda!" kata pembantu Tito tiba-tiba.
"Eh?" Andhini dan Tito terkejut.
"Teman Tuan sudah disini!" ucap pembantunya.
"Oh iya! Ha..hai Udin!" Tito nampak kikuk.
"Silahkan!" kata pembantunya.
"Terimakasih!" ucap Udin datar.
Andhini dan Tito nampak kikuk dibuatnya.
"Oh ya, kamu sudah dari tadi ya disini? Atau baru datang?" tanya Tito berusaha mencairkan suasana.
"Belum! Aku baru saja datang untuk menjenguk sahabatku ini hehe!" kata Udin berusaha terlihat baik-baik saja.
"Terimakasih!" katanya.
"Ah! Iya, sama-sama!" Udin sesekali tersenyum.
"Oh ya! Terimakasih Andhini!" ucap Tito.
"Sama-sama!" Andhini nampak malu.
Andhini pun berjalan meletakkan kotak obat itu dan Udin melirik ke arahnya.
Beberapa bulan telah berlalu. Kini, Andhini merupakan seorang yang begitu aktif dalam kegiatan kampusnya di universitas.
Tak ketinggalan juga sosok Udin yang ikut berpartisipasi dalam acara kegiatan kampus tersebut. Ya, pagi itu mereka semua nampak melakukan bakti sosial, membersihkan sampah di pantai bersama.
Andhini nampak begitu semangat mengarahkan semuanya untuk melancarkan kegiatan pada hari ini.
"Oh ya, Irfan! Yang ini jangan lupa dibawa ya!" kata Andhini.
"Siap, Dhini!" kata temannya.
Dari kejauhan, Udin selalu mencuri pandang padanya. Udin nampak tersenyum padanya. Tak lama kemudian, mereka semua kembali ke universitas sembari menikmati istirahat makan siang.
Sementara itu, Andhini tengah berada di sebuah ruangan organisasi sembari meletakkan beberapa buku absen.
"Hm, dimana Tito? Mengapa ia tidak hadir hari ini?" beribu pertanyaan yang mengisi otak dan batinnya kini.
Sebab, Tito tidak hadir dalam kegiatan sosialisasi ini. Ada rasa cemas di dalam dirinya. Tapi, ia berusaha untuk tetap positif.
Tiba-tiba sesuatu terjadi.
"Kenapa? Mengapa?" bisiknya sembari memegang kepalanya.
"Bruukk..!!"
"Andhini!" jerit seseorang yang samar-samar menghilang dari pendengarannya.
Benar saja, Andhini terjatuh dan pingsan begitu saja. Tak berselang lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dekapan (TAMAT)
Romance"Kata orang-orang, mendaki gunung adalah perjalanan untuk meninggalkan kesombongan diri." "Dengan mendaki gunung, kita akan mengerti siapa yang menjadi teman, siapa yang menjadi lawan. Karena, gunung tidak pernah mengajarkan kita untuk mempunyai dua...