"Hehehe! Aku bercanda!" Udin tertawa.
Andhini tersenyum menatapnya.
"Hm, apakah kita akan berkemah disini untuk semalam saja?" tanya Andhini.
"Tentu! Kita akan bermalam disini! Disini lumayan aman kok! Jika kita paksakan diri untuk ke atas sekarang, maka kamu akan kelelahan! Aku dengar, kata pemandu tadi kita harus berhenti disini untuk semalam! Karena ada salah seorang dari regu 2 ingin beristirahat! Ia kelelahan dan sempat terjatuh tadi!" jelasnya.
"Kasihan!" kata Andhini.
"Iya! Begitulah resiko jika kamu menaiki gunung! Tapi, tenang saja! Semuanya sudah dalam pengawasan pemandu kok! Hm, ngomong-ngomong! Makanan ini enak sekali!" ucap Udin.
"Iya! Enak ya! Hehe!" katanya.
"Hm, semakin lama! Kamu semakin, cantik saja, Dhini!" Udin memujinya sembari menatap Andhini dalam.
"Eh?" Andhini menatapnya.
Udin tersenyum manis. Wajahnya memerah.
"Jangan menatapku seperti itu! Ih! Kamu ini! Kalau dilihat-lihat, semakin lama kamu semakin menyebalkan, Din!" Andhini menepuk pundak Udin.
Andhini pun bangkit dan bergegas pergi.
"Apa? Aku menyebalkan? Kemarilah kamu! Aku akan tunjukkan hal yang menyebalkan itu seperti apa!" Udin pun merespon candaan itu dan bangkit dari tempat duduknya.
"Lari!" Andhini berlari sekencang-kencangnya.
"Kemari kau Andhini! Jangan lari!" Udin mengejarnya.
"Hahaha!" mereka tertawa lepas.
Dari kejauhan, Tito menatap mereka yang tengah bercanda. Wajahnya nampak datar.
Malam pun tiba. Kini, di depan api unggun, mereka tengah menikmati kebersamaan mereka. Sesekali mereka bercanda dan tertawa bersama.
Dan beberapa orang diantara mereka tengah memberikan sebuah lelucon. Mereka tertawa bersama.
Sesekali Andhini yang duduk berhadapan dengan Udin menatap wajah Udin.
Seolah-olah, ia tidak bisa memalingkan pandangannya tersebut. Udin terlihat begitu bahagia.
Seakan, waktu terhenti perlahan. Angin menghembus dirinya. Beberapa helai rambut beterbangan di langit malam.
Hal itu begitu membekas dihatinya. Andhini tersenyum manis. Tak lama kemudian, mereka semua tidur di tenda masing-masing.
Perlahan, Andhini pun menutup kedua matanya. Ia pun menarik napas panjang dan terlelap didalam tidurnya.
"Andhini!" terdengar suara yang memanggil dirinya.
Nampak gelap, tak ada yang terlihat sama sekali.
"Andhini!" jeritnya lagi.
Perlahan,kedua mata terbuka.
"Andhini!" jeritan itu terdengar lagi dan lagi.
"Udin?" tanya Andhini.
"Andhini!" bisik halusnya.
Andhini pun mengerutkan dahinya dan menatap ke segala arah. Benar saja, ia berada di suatu tempat yang tidak tahu apa namanya.
"Udin?" jeritnya.
"Andhini!" suara itu perlahan menjauh.
Dengan cepat, Andhini yang dalam posisi duduk diatas tanah hijau itu pun langsung bergegas lari mengejar suara itu.
Keesokan harinya, merekapun melanjutkan perjalan mereka hingga menuju puncak.
Tepat pukul 04:00 dini hari, mereka bergegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dekapan (TAMAT)
Romance"Kata orang-orang, mendaki gunung adalah perjalanan untuk meninggalkan kesombongan diri." "Dengan mendaki gunung, kita akan mengerti siapa yang menjadi teman, siapa yang menjadi lawan. Karena, gunung tidak pernah mengajarkan kita untuk mempunyai dua...