Kedua mata terbuka dan menatap ke atas. Perlahan, ia terbangun dari tidurnya dan menatap ke kanan dan kiri.
"Udin!" jerit Andini.
Terlihat sosoknya yang tengah tertidur pulas sembari berselimut disampingnya.
Seketika hening. Andhini menatapnya.
"Permisi! Apakah di tenda ini sudah ada yang bangun? Ayo! Saatnya kita sarapan!" jerit seorang pemandu pendakian.
"Sudah!" jawab Andhini.
"Hm! Iya!" Udin terbangun dari tidurnya.
"Udin! Apakah kamu sudah bangun?" tanyanya.
"Hm! Iya, Dhini! Maaf, aku bangun!" kata Udin.
"Iya! Tak apa! Kata mereka, kita harus sarapan dahulu sebelum mendaki!" ucap Andhini.
"Hm! Baiklah! Aku cuci muka dahulu! Apakah kamu sudah siap?" katanya.
"Hm, belum!" singkat Andhini.
"Ayo! Kita bersiap-siap!" ajak Udin.
"Iya!" katanya.
Tak lama kemudian, mereka kembali berkumpul di dekat perapian. Terlihat sosok Tito yang terus merangkul Tita dengan senyuman bangga.
Udin nampak cuek terhadapnya. Sesekali, Andhini menatap mereka. Hatinya teriris.
"Baiklah! Pada pukul 02:00 dini hari kali ini, kita akan menikmati sarapan terlebih dahulu! Setelah itu, kita akan membentuk 2 kelompok yang dimana masing-masing kelompok memiliki seorang leader dan seorang sweeper!" kata pemandu.
Mereka pun nampak memperhatikan pemandu pendakian itu menjelaskan beberapa hal tentang pendakian.
"Baiklah, disini sudah tersedia beberapa roti isi dan buah-buahan! Tak ketinggalan air mineral dan susu!" katanya.
Mereka pun nampak menikmati sarapan bersama. Terlihat sosok Udin yang berusaha mengajak Andhini bercanda.
Benar saja, Tito pun melirik ke arah mereka. Andhini sesekali tertawa dan membalas candaan itu.
Seakan-akan mereka begitu akrab, Tita pun menatap mereka dan tersenyum sinis. Akhirnya, mereka selesai sarapan dan bersiap-siap untuk mendaki.
"Baiklah! Untuk kelompok pertama, ada Tito, Tita, Baqi, Andhini Bintang, Sahara, Talitha, Lala, Sintia, Billy, Irvan!" kata pemandu pendakian.
Seketika, Udin dan Andhini saling bertatapan satu sama lain. Tito dan Tita pun menatap mereka dengan tatapan sinis dan senyuman tipis.
"Baiklah! Jika sudah semuanya terbagi! Saatnya kita bagi tugas! Seorang menjadi pemimpin yang berjalan di depan dan seorang yang berjalan di belakang untuk memastikan semua anggotanya!" kata pemandu pendakian.
"Hei! Kalian yang merasa 1 kelompok denganku, kemarilah! Merapatlah! Jangan menjauh! Aku takkan memukul kalian! jerit Tito.
"Hahaha! Tito bisa saja bercandanya!" kata teman-temannya.
Udin dan Andhini pun berjalan mendekati mereka. Udin nampak kesal.
"Haha! Hm, kalian adalah reguku! Maka, akulah yang akan menjadi pemimpin didalam regu ini!" kata Tito angkuh.
Udin nampak cuek dan buang muka terhadapnya. Andhini terdiam menatapnya.
"Nah! Kamu menjadi sweeper saja!" jerit Tito sembari menunjuk ke arah Udin.
Udin menoleh sesaat dan membuang mukanya lagi. Andhini menatapnya. Tak lama kemudian, mereka pun berdoa bersama sebelum melakukan perjalanan yang begitu panjang menuju puncak Gunung Semeru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dekapan (TAMAT)
Romance"Kata orang-orang, mendaki gunung adalah perjalanan untuk meninggalkan kesombongan diri." "Dengan mendaki gunung, kita akan mengerti siapa yang menjadi teman, siapa yang menjadi lawan. Karena, gunung tidak pernah mengajarkan kita untuk mempunyai dua...