"Berapa kali sih aku harus katakan? Dia itu tidak peduli denganmu! Kamu harus melupakan dia!" kata Udin.
Andhini menitikkan air matanya.
"Kalau kamu seperti itu terus! Ya! Tidak baik untuk ini kamu, Dhini!" Udin perlahan merendahkan nada bicaranya sembari menujuk-nunjuk hatinya.
"Aku tidak percaya kamu melakukan hal ini padaku, Din!" Andhini tidak bisa menahan segala macam emosinya di dalam hati.
Akhirnya, Andhini pergi meninggalkan dirinya. Udin hanya terdiam menahan emosinya. Akhirnya, Udin pergi dari tempat itu.
Udin pun berjalan seorang diri menuju rumahnya. Di sepanjang perjalanannya, Udin sesekali menitikkan air matanya dan berpikir keras akan kejadian tadi.
Tanpa disadari, seseorang mengikutinya hingga pulang ke rumah. Setibanya ia di rumah..
"Assalamu'alaikum!" ucap Udin.
"Waalaikumsalam!" sahut Ibunya.
"Ibu!" Udin mendekati sang Ibu.
"Ya Nak! Bagaimana keadaan Andhini?" tanya Ibunya.
Udin pun langsung jatuh ke dalam pelukan sang Ibu. Ia menangis sejadi-jadinya. Ia memeluk erat tubuh sang Ibu.
"Ada apa, Nak?" Ibu nampak kebingungan.
"Capek!" kata Udin.
"Kamu mengapa, Nak?" tanya Ibunya halus.
Udin pun mengeratkan pelukannya.
"Udin capek! Capek, Bu! Udin capek!" Udin menangis sejadi-jadinya.
"Ya Allah, anakku Baqi!" ucap Ibunya.
Andhini yang melihat mereka dari luar jendela seakan merasa bersalah. Ia nampak kasihan menatap sosok Udin.
Beberapa hari kemudian, telah berlalu. Dan kini sudah menjelang H-3 agenda pendakian mereka. Namun, hubungan persahabatan mereka nampak sedikit berantakan.
Entah apa yang ada di pikiran Andhini sekarang, antara tetap melakukan agenda, mempersatukan kembali sahabatnya itu atau harus diam hanya karena tidak tahu harus melakukan apa.
Ia bingung sendiri. Di samping itu juga, Udin, Tito dan Andhini tidak pernah berhubungan lagi semenjak kejadian tersebut.
Udin memutuskan untuk mengambil libur sekolahnya hanya karena ia sakit dan tidak mau diganggu oleh siapapun sama sekali.
Sementara itu, Tito memutuskan untuk pergi keluar kota bersama dengan Tita. Hingga suatu ketika, di sore hari yang begitu tenang dengan pemandangan senja yang begitu indah.
"Tok..tok..tok..!"
"Assalamu'alaikum!" kata seseorang.
"Waalaikumsalam! Eh?" Udin yang membukakan pintu seketika terkejut bukan main.
"Udin!" kata Andhini.
Tiba-tiba Udin menutup pintu masuk rumahnya dengan begitu kuat. Andhini nampak sedih dan berusaha keras untuk mengetuk pintu kembali.
"Assalamu'alaikum! Udin, ini aku Andhini! Aku mau bicara!" Andhini mengetuk pintu berulang kali.
"Ada apa, Nak?" tanya Ibu Udin yang mendekatinya.
Udin pun menatap sang Ibu dan langsung berjalan cepat menuju kamarnya. Sang Ibu kebingungan.
"Tolong Udin! Buka pintunya! Aku mohon! Buka pintunya!" jerit Andhini dari luar.
"Waalaikumsalam! Eh! Calon menantuku! Ada apa Nak, Andhini?" sambut Ibu Udin.
"Ibu, apakah Udin sibuk? Aku ingin berbicara dengannya!" katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dekapan (TAMAT)
Romance"Kata orang-orang, mendaki gunung adalah perjalanan untuk meninggalkan kesombongan diri." "Dengan mendaki gunung, kita akan mengerti siapa yang menjadi teman, siapa yang menjadi lawan. Karena, gunung tidak pernah mengajarkan kita untuk mempunyai dua...